•Blurb•

170 Words
"Fina.." Suara lirih seorang pria dan juga ketukan pintu yang tidak bernada itu terdengar gusar. Sang wanita hanya bisa menggigit bibir bawah. Tidak tahu harus berbuat apa. Sikap yang di perlihatkan suaminya sore tadi benar-benar membuat seluruh hatinya hancur. Bahkan nyaris tidak bersisa. Safina menghapus pelan air matanya. Ia menatap anak laki-laki nya yang tertidur dengan dahi di perban dan lutut yang di perban juga. Erlangga nya terjatuh. Dahi nya bocor dan lututnya lebam, tapi Revan lebih memilih membantu Sabima dari pada anaknya. Ya Tuhan. Safina menekan kuat-kuat dadanya. Merasa tidak sanggup. Ia patah. Ia terluka. "Buka pintunya, Fina. Aku mohon!" Revan terduduk di depan kamar putranya dengan lesu. Ia sadar akan kesalahannya. Kesalahannya yang terlalu mengabaikan Erlangga dan Safina. Kesalahannya yang selalu bersikap tidak imbang pada kedua anaknya. Revan menarik kasar rambutnya, menikmati rasa perih yang langsung menjalar ke seluruh kepala. Revan menyembunyikan wajahnya di atas lutut, membiarkan lututnya basah oleh air matanya sendiri. Damn, selama ini gue nggak becus jadi ayah dan suami yang baik buat istri-istri gue! •••••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD