EPILOG

462 Words
Perempuan itu menjejakkan kaki jenjangnya disebuah mansion mewah, terlihat para maid sibuk berbaris dan menunduk memberi hormat secara serentak. Gadis itu menganggukkan kepalanya anggun dan berlalu begitu saja. Sepi. Gumamnya sendirian. "Nona, tuan muda sudah menunggu." Ujar salah seorang maid. Hailey Robinson. Gadis itu menoleh sejenak dan berlalu, "baiklah." Gadis itu berjalan menaiki tangga dengan raut wajah datar, bahkan tak berekspresi sedikitpun. Memasuki kamarnya dan terdiam sejenak, "Apa yang kau lakukan dikamarku?" Reinal menatap gadis itu tanpa ekspresi, sedetik kemudian dia bangun dan memeluk Rhea dengan sangat erat, "Oh astaga, adik kecilku sudah tumbuh begitu besar." Soraknya kegirangan. "Come on, Reinal. Gue capek." Dengus Rhea. Melepaskan jas dan tasnya begitu saja. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya lagi. "Aku merindukanmu," "Sayangnya aku tidak." "Ya! Kau benar benar, Rhea!" Reinal menatap Rhea sengit. "Pergi kekamarmu dan jangan menggangguku." Usir Rhea namun tampaknya Reinal tak mengindahkannya. Ia masih asik bergelung di kasur ukuran king size Rhea, "Tempat tidurmu terlalu besar untukmu, sayang." Ujarnya. "Tapi sepertinya sebentar lagi akan terasa sempit untuk kalian berdua." Tambahnya dengan senyum sumringah. Tak ada respon apapun dari Rhea, ia justru memasuki kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Sungguh hari yang melelahkan. Reinal tertawa melihat adiknya yang berusaha menghindari obrolannya. "Dia sudah benar benar dewasa sekarang, bahkan mendahului aku." Gumamnya lagi. Rhea mengernyitkan keningnya segera setelah melihat Reinal. Laki laki berumur tak jauh darinya itu tampak tenang, bergelung dalam selimut tebal Rhea. Jasnya tersampir begitu saja di sofa, ponselnya bahka diletakkan sembarangan. Dengan hati-hari Rhea mendekat, meletakkan ponsel Reinal di nakas dan menarik selimut menutupi seluruh tubuh Reinal terkecuali wajahnya. Tiingg..... Rhea menoleh menatap ponsel Reinal, "Bukan miliknya," gumam Rhea. "Berarti milikku." Tambahnya lalu merogoh tasnya dan menemukan ponselnya.  Terlihat beberapa notifikasi di layar ponselnya. Keyna : Kau dimana? Devhira : Entahlah, gue juga kagak tau Arka RS : Rhea, gue mau minta tolong nih, gue gatau harus kesiapa lagi minta tolon... Manusia penggangu itu, dengusnya kesal. "Kau dimana?" -Keyna "Sweet home" Rhea beralih dan membuka pesan Arka, "Rhea, gue mau minta tolong nih, gue gatau harus kesiapa lagi gue minta tolong. Lo mau kagak nuker shift sama gue hari Minggu?" "Ada urusan apaan sih?" "Gue anniv sama Dewi" "Lah gue dimanfaatin." "Gue minta tolong, nanti gue traktir deh di kantin, gimana?" "Iyadeh iyaa." Rhea baru akan meletakkan ponselnya namun benda itu lebih dahulu 'bernyanyi'. "Halo.." "....." Rhea menatap jam dikamarnya. "Baiklah." Telepon terputus dan ia kembali sibuk dengan dirinya. "Dia benar benar sudah gila. Seenaknya nyuruh gue prepare."  Desis Rhea. --- "Nona, tuan muda sudah menunggu," itu suara Heiley. "Ya aku datang." Jawab Rhea kemudian menatap cermin sekali lagi.  Mengambil tas dan ponselnya kemudian segera beranjak keluar dari kamarnya. Meninggalkan Reinal yang masih tertidur pulas dalam gelungan selimutnya. Mau tak mau ia harus memantapkan hatinya. "Kau pasti bisa, Rhea." Tbc..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD