Prolog

540 Words
DOR DOR DOR "Hahaha apakah kemampuan mu hanya segini?" ejek seorang gadis. "s**t ! Akan ku bunuh kau Salsha," Geram seorang pria kepada gadis itu yang bernama Salsha. "Coba saja kalau bisa Marco Grundsten yang terhormat," ucap nya meledek. Lalu terjadilah aksi saling menyerang, bunyi pistol saling bersahutan, padahal mereka hanya berdua, tapi begitu ramai suara yang mereka timbulkan. Marco terus menembaki Salsha tapi tidak satu pun peluru mengenai Salsha. "Dasar pecundang, menembak saja tidak bisa huh." Salsha meremehkan Marco dan Marco hanya mendengus kasar. "Baiklah aku tau kau lelah iya kan? Maka menyerah lah lebih baik," ucap Salsha "Cih tidak akan." "Baiklah bagaimana jika kita bertarung dengan tangan kosong?" tantang Salsha. "Baiklah, itu akan mudah untuk ku melawan mu seorang gadis kecil, apakah ada kata-kata terakhir cantik?" ujar Marco meremehkan gadis di depan nya ini. "Huh terlalu percaya diri, kita lihat saja nanti." Salsha tersenyum sinis. Lalu Marco memukul wajah Salsha tapi segera ditangkis oleh Salsha dan langsung menendang wajah nya. Marco terjatuh lalu Salsha menarik kerah baju nya untuk berdiri belum sempat Marco membalas, Salsha langsung menendang kaki Marco hingga terduduk lalu menendang wajah nya dengan lutut Salsha dan memukul tengkuk Marco keras hingga tak sadarkan diri. "Huh lemah dasar payah, tadi kau meremehkan ku sekarang malah kau yang tak sadarkan diri," gumam Salsha melihat lawan nya yang sudah tidak berdaya ini. Salsha menelfon teman-teman nya untuk membawa Marco untuk di interogasi. *** "Wow lihat p**************a itu wajahnya penuh dengan luka sedangkan kau luka kecil pun tidak ada," ucap seorang pria kagum. "Ya dia payah baru sebentar aku bermain dia sudah pingsan," ujar Salsha santai. "Siapa nama dia?" tanya pria itu sambil menunjuk p**************a yang telah di kalahkan oleh Salsha. "Marco Grundsten," jawab Salsha singkat. "Baiklah aku akan pulang ke rumah, ayah ku dari tadi sudah menelfon," lanjut Salsha sambil beranjak bersiap untuk pulang. "Ok, selalu aktif kan hp mu salsha supaya jika terjadi sesuatu kau bisa langsung ke markas," teriak pria itu kepada Salsha. "Iya iya Farel yang tampan, aku pulang dulu sampaikan salam ku pada Rizky," ucap Salsha. Dan Farel hanya mengacungkan jempol sambil tersenyum. *** "Ayah, ayolah Salsha masih muda," ujar Salsha membujuk ayahnya agar tidak dijodohkan dengan pria yang sama sekali tidak dikenalnya. "Salsha dengar ayah, kau tau Black Wolf?" Salsha mengangguk dengan malas. "Mafia yang sangat berbahaya, yang sampai saat ini membuat para secret agent, FBI maupun polisi kebingungan akibat ulah mereka yang semakin hari semakin menjadi-jadi, kau tau mereka sangat berbahaya bagi kita semua." Salsha memeluk ayahnya seraya mendengarkan penjelasan ayahnya itu. "Apa kau ingat bahwa mafia itu menginginkan apa?" tanya nya sambil menatap anak perempuan nya. "Uang, harta, kekayaan, kekuasaan." "Ya benar, tapi ada yang membuat ayah harus menikahkan mu saat ini juga." Salsha menatap ayahnya. "Mafia itu menginginkan kalung mu." "Memang ada apa dengan kalung ku?" Salsha kebingungannya dengan perkataan ayahnya. "Kalung pemberian ibu berbentuk kunci bukan?" Salsha mengangguk. "Itu bukan hanya sekedar liontin kunci saja tapi kunci itu yang mafia itu cari-cari." "Kenapa?" tanya Salsha. Ayah Salsha hanya menggeleng menjawabnya. "Ayah tidak tau sebabnya mengapa mafia itu menginginkan kalung ku," ujar Salsha seraya menyentuh kalung nya. Ayah salsha hanya mengangguk sambil mengusap kepala Salsha. "Tapi kenapa aku harus menikah?" tanya Salsha. "Suatu saat kau akan mengerti Salsha."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD