01.

1183 Words
    Menjadi anak rantau itu hebat, apalagi jika kamu perempuan dan merupakan anak tunggal di keluargamu, karena akan sangat susah mendapatkan izin.     Contoh kasusnya adalah aku yang nekat kabur ke Ibu Kota setelah lulus SMA. Aku tidak bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan, jalur beasiswa pun tidak sanggup ku tempuh karena aku juga tidak sepandai itu.     Dan bermodalkan nekat, akhirnya aku pun bekerja seadanya disini, salah satunya adalah menjadi cleaning service callingan di sebuah hotel berbintang 5. Aku sudah pernah mencoba melamar disini sebagai pegawai tetap, tapi sayangnya aku langsung ditolak karena katanya sudah tidak menerima lowongan lagi, alhasil aku hanya dipanggil saat hotel sedang ramai-ramainya dan disaat mereka kuwalahan seperti sekarang ini.     Libur akhir tahun telah tiba dan banyak sekali pelancong yang melakukan reservasi di hotel ini. Dan seperti yang di duga walaupun tempat ini sudah berbintang 5 dan memiliki banyak pegawai mereka tetap saja kelabakan mengurusi pelanggan yang membeludak.     Malam ini banyak sekali yang melakukan check in maupun check out, setiap ada pelanggan yang check out selang kemudian pasti akan ada pelanggan yang check in sehingga pembersihan kamar harus segera dilakukan agar tidak mengganggu kenyamanan pelanggan, dan ini sudah kamar ke sekian yang akan ku bersihkan.     Katanya kamar bernomor 609 ini adalah kamar terakhir yang akan aku bersihkan karena pelanggan juga sudah mulai sepi mengingat sekarang sudah pukul 2 dini hari, untunglah kamar ini tidak terlalu berantakan sehingga aku hanya perlu merapikannya saja dan menyedot beberapa debu nakal. Tak perlu waktu lama, mungkin hanya memakan waktu sekitar 15 menit semuanya selesai. Rencanaku setelah ini adalah pulang ke kos-kosan dan menghitung berapa banyak uang yang ku hasilkan malam ini, membayangkannya saja sudah membuatku senang bukan kepalang.     Baru saja ku pegang knop pintu berniat untuk keluar dari sini, tapi dari balik sana sudah ada yang memutarnya lebih dulu sehingga membuatku mundur tiga langkah juga dengan kereta dorongku yang mengangkut semua alat kebersihanku. "selamat datang tuan selamat beristirahat, saya sudah membersihkan kamar yang anda pesan semoga anda merasa nyaman" ucapku seramah mungkin dan berniat untuk pergi, tapi sang pelanggan malah berdiam diri diambang pintu dengan sebotol alkohol, sepertinya dia mabuk. "permisi tuan, bisa anda menepi sebentar? saya harus membersihkan beberapa kamar lagi" kataku beralasan agar orang ini cepat memberiku jalan, perasaanku tidak enak. "gue udah bayar lo mahal-mahal, jangan pikir lo bisa kabur!" ujarnya yang membuatku bingung. 'kapan dia bayar gue?'  monologku dalam hati. "maaf tuan, sepertinya ada kesalah pahaman disini, saya hanya pegawai kebersihan di hotel ini" terangku, berharap orang mabuk ini mengerti.     Tapi harapanku pupus begitu saja saat laki-laki mabuk yang sayangnya tampan ini malah menutup pintu dan menarikku secara kasar kearah ranjang.     Semua temanku selalu mengakui tenaga superku sebagai seorang perempuan, entah itu teman SD, SMP maupun SMA. Tapi percayalah sekuat-kuatnya tenaga perempuan tetap tidak ada apa-apanya dengan tenaga laki-laki.     Aku sudah berusaha melepaskan diri dari kungkungan laki-laki mabuk ini yang tengah menciumi wajahku bak orang kesetanan, tapi laki-laki ini malah dengan gampangnya mengikat kedua tanganku keatas menggunakan dasi yang tadi ia kenakan dilehernya.     Tak sampai disitu saja, kini ia mulai mencengkeram rahangku dengan kasar yang berakibat terbukanya mulutku secara paksa. Mengingat dia yang datang membawa sebotol alkohol membuatku semakin panik, sepertinya ia ingin mencekokiku dengan minuman laknat itu.     Dan benar saja, kini cairan berwarna coklat kekuningan itu mengalir lancar di tenggorokanku, sensasi pahit dan membakar tenggorokan itu langsung membuatku tak sadarkan diri mengingat toleransi alkoholku 0%. ***     Aku terbangun begitu mendapati ponselku berdering nyaring dan saat aku mengangkatnya aku malah mendapati suara asing yang terdengar. "Hun, sorry cewek yang gue pesenin buat lo gue pake dulu, nggak papakan?"  suara dari seberang sana. "haha?" hanya tanggapan bodoh yang aku suarakan. "anijir!! Udah dapet sendiri ternyata ini bocah, ngapain gue panik kalo gitu"  kekeh orang diseberang sana. "hah?" lagi-lagi aku hanya itu yang bisa ku lakukan, jujur saja aku belum sepenuhnya sadar dan orang ditelfon ini malah berbicara sesuatu yang tidak ku mengerti. "hehehe.... sorry gue ganggu, selamat bersenang-senang"  ucapnya kemudian sebelum akhirnya memutus sambungan.     Setelah menutup panggilan aku masih bingung dengan keadaanku sekarang, kepalaku terasa sangat pusing, tenggorokanku pun terasa sangat kering, badanku juga sangat pegal. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah ponsel yang tengah ku genggam saat ini ternyata bukanlah milikku, pantas saja aku tidak mengerti dengan ocehan orang tadi. Tapi tunggu dulu, lantas ponsel siapakah ini?     Tiba-tiba saja perasaanku tidak enak mengingat mimpi burukku tadi malam. Di mimpiku aku hampir saja diperkosa oleh seseorang tak dikenal dan aku dicekoki minuman beralkohol, aku hanya bisa bergidik ngeri mengingatnya. Baru saja aku hendak bangun, tapi aku menyadari sesuatu. Kenapa kamar kosku jadi sebagus ini?     Tubuhku menegang, pikiranku pun mendadak kalut begitu mendapati pakaianku tercecer dilantai, aku sangat ingin tidak mempercayainya tapi kondisiku saat ini tengah telanjang bulat. Semuanya semakin jelas dan menakutkan begitu tangan kekar melingkar dengan nyamannya di pinggangku.     Pikiranku melayang, jadi ternyata ingatanku itu bukanlah sebuah mimpi melainkan kenyataan? Dan sekarang si pelaku pemerkosaan ini malah dengan asyiknya tidur sembari mengeratkan pelukannya ke tubuhku.     Perlahan kusingkirkan lengan kokoh dengan otot bisep yang menggiurkan itu kemudian aku ingin kabur diam-diam sebelum orang ini bangun, inginku terisak tapi ini bukan waktu yang tepat.     Kupakai pakaian lengkapku di kamar mandi, sedikit susah memang mengingat betapa sakitnya organ intimku karena ini merupakan pengalaman pertamaku, aku juga mendapati pergelangan tanganku yang membiru, aku sempat bingung kenapa tapi setelah mengingat bagaimana kencangnya laki-laki itu mengikat tanganku dengan dasinya membuatku tersenyum kecut. Aku merasa sangat hina.     Aku keluar dari kamar mandi dan laki-laki itu masih terlelap dengan nyenyaknya dibalik selimut, air mataku menetes, aku bahkan tidak mengenal siapa laki-laki ini tapi aku harus kehilangan kehormatanku karena dia.     Aku berjalan kearah celana milik laki-laki itu yang tergeletak mengenaskan dilantai dan mengambil dompetnya. Tidak, aku tidak sebejat itu yang akan merampoknya, aku hanya ingin tahu identitas laki-laki ini.     Batinku mencelos begitu saja saat mengetahui ternyata laki-laki ini adalah Oh Sehun pemilik hotel ini, niatku yang awalnya ingin meminta pertanggung jawaban darinya pun menguap begitu saja, aku sadar dia terlalu jauh untuk diraih.     Aku menghela nafas berat, sudah 3 tahun aku tidak pulang dan hanya mengirim uang kepada orang tua ku, haruskah aku menelpon Ibuku sekarang dan menyuruhnya mencoret namaku dari kartu keluarga? Karena jika mereka tahu keadaanku sekarang pun mereka juga akan melakukan hal yang sama.     Aku keluar dari kamar hotel 609 itu dengan keadaan kacau, aku juga berpapasan dengan Mbak Irene yang juga bekerja sebagai pegawai kebersihan disini tapi sayangnya dia pegawai tetap tidak sepertiku yang serabutan. "kamu semalem kemana? mau dibayar kok malah ngilang" tanya Mbak Irene yang kudiami, pikiranku terlalu kalut. "kamu semalem nggak pulang?" tanyanya lagi begitu menyadari pakaian yang ku pakai masih sama dengan semalam. "Mbak... bayaranya kirim ke rekening aku aja ya" kataku dan berlalu pergi begitu saja tanpa memedulikan teriakan dari Mbak Irene yang mengkhawatirkanku.     Jarak kosku dengan hotel bisa dibilang dekat jika menaiki kendaraan, kalau untuk jalan kaki itu beda cerita, tapi entahlah pikiranku masih terlalu kacau untuk saat ini, pandanganku kini hanya terfokus pada apotek yang baru saja dibuka, tanpa pikir panjang aku pun melangkahkan kakiku ke sana. "selamat datang... cari obat apa Mbak?" sapa ramah penjaga apotek tersebut. "Mbak.... ada pil kontrasepsi?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD