Bab 1A. DJ Rere

1047 Words
Suara hingar bingar dengan ritme super cepat dan menghentak memenuhi ruangan. Lampu sorot warna-warni silih berganti seperti laser di tengah temaram. Beberapa pasang muda-mudi bergerak menggila seirama dentaman musik yang getarannya bahkan sampai ke rongga d**a. "Selamat malam, Ladies! Malam ini milik kalian!" teriak pemandu acara di atas panggung. Satu tangannya memegang pelantang sedang tangan satunya mengepal ke udara bergoyang mengikuti alunan musik house. Senyum lebar tak pernah lepas dari bibirnya. "Karena malam ini bertema 'From Lady to Ladies', kita kedatangan DJ tamu spesial." Sang pemandu berbalik ke arah belakang panggung. "Crowders, please welcome ... DJ Rere!" Yang dipanggil muncul dari belakang dengan wajah semringah. Rambut keemasan sebahu yang dikuncir separuh itu bergoyang ke kanan ke kiri mengikuti langkahnya. Headphone melingkar di leher polosnya. "Terima kasih sudah diundang," sapanya sambil membungkuk hormat. "Harusnya Crowders di sini yang ngucapin terima kasih. DJ Rere udah bersedia datang," kilah si cowok pemandu acara. "Right, Crowders?" Tanya yang kemudian disambut teriakan riuh lautan manusia di depan panggung, semuanya tak sabar ingin menyaksikan sang DJ tampil. Kapan lagi mereka bisa menyaksikan momen atraksinya. DJ Rere cukup terkenal meski usianya baru saja menginjak dua puluh tahun, cewek itu bahkan sering diundang beberapa kelab malam ternama di dalam dan luar negeri. Uniknya, Rere menjadi salah satu DJ yang masih setia menggunakan turntable¹ dari pada CDJ². Setelah beramah tamah, Rere beranjak ke belakang DJ Booth. Lampu laser berwarna kuning menyorot tepat ke arahnya, hingga tanktop dan hoodie merah yang dikenakannya seakan berubah jingga. Dengan cekatan cewek itu mengutak-atik turntable, mengatur RPM³ dan headshell⁴. Piringan hitam telah terpasang, dia beralih ke mixer, mengatur volume dan memilih efek khusus. Tak lama kemudian, suara alat musik gitar membahana dengan ritme pelan. Satu sisi headphone telah terpasang di telinga. "Gue tahu, kalian mikir gue konvensional." Suara alat musik cello mengalun indah. "But ... gue yakin lo semua bakal suka," seringainya lebar. Tangan kanan dia acungkan ke udara seirama dengan ritme musik yang semakin cepat. "Are you ready for jump? From Mozart, check this out!" teriaknya. Tepuk tangan lautan manusia akhirnya bergemuruh. Semuanya turut hanyut dalam alunan Symphony No.40 yang telah diubah ritmis nan apik olehnya. Crowded Club memanas, meliar dan menggila mengikuti suara musik. Rere benar-benar memuaskan ratusan penikmat musik super kencang. Cewek itu meloncat-loncat seakan memberikan semangat pada orang-orang yang tenggelam dengan gerakan liar. I want to break free I want to break free I want to break free from your lies You're so self satisfied I don't need you I've got to break free God knows, God knows I want to break free Lima lagu classic berlalu tanpa terasa, Rere melepas jaket dan mengikatnya di pinggang. Peluh membasahi kulit putihnya, tampak mengilat saat sesekali diterpa lampu laser warna-warni. Suara musik kembali memelan, Rere mengambil sesuatu di bawah booth. Tepuk tangan semakin riuh saat melihat gitar berada di pelukan sang DJ. Seringai lebar kembali muncul di bibir mungilnya. "Are you ready for high jump, Crowders?" Lautan manusia itu berteriak mengiyakan seakan terhipnotis oleh petikan demi petikan jari jemari mungil Rere yang diselingi ketukan-ketukan musik house. "This is my last perform for you. Hope you all enjoy it." Rere membungkuk takzim, dia mulai memetik senar gitarnya menciptakan melodi-melodi ritmis. "Canon rock for all of you, Ladies!" Suara gitar melengking melalui petikan lincah jari jemari Rere, kepala cewek itu mengangguk-angguk seiring dengan melodi rock legendaris ciptaan Jerry C yang telah di-mixing dengan tempo tiga kali lebih cepat. Pengunjung Crowded Club bergoyang, meloncat-loncat dan menari mengikuti irama musik yang Rere suguhkan. Cewek itu tersenyum puas melihat antusiasme para Clubber, bahkan semua orang tak menyadari jika cewek itu telah menghilang di balik panggung. Musik mengalun dengan mode auto hingga akhirnya diambil alih kembali oleh pemandu acara. "Hai!" "Ah, Dimitri." Kaget, tentu saja. Sosok yang Rere hindari sejak tadi kini muncul di depannya. "Gue nungguin lo, lo enggak boleh nolak tawaran gue." "Baiklah, segelas saja, OK. Gue kuliah besok, tawar Rere. "With my pleasure, Princess." Dimitri mengekeh lebar lantas menekuk lengan membentuk segitiga. Rere langsung menyelipkan tangan dengan sigap sembari tersenyum lebar dan menyejajari langkah laki-laki itu. "Jadi kita mau ke mana?" tanya Rere ketika mereka sudah sampai di parkiran Dimitri terbahak, "Bukan kejutan lagi dong." "I see," sahut Rere ikut tertawa lantas masuk ke dalam mobil sembari memperhatikan Dimitri berlari kecil memutari mobil lantas masuk ke belakang kemudi. "Are you ready, Princess?" Dimitri mengedip sekali saat menghidupkan mesin dan memindahkan persneling. "Who scare?" Keduanya kompak tertawa lebar. Dimitri menyopir sambil bersiul. Dari sudut mata Rere, dia memperhatikan penampilan laki-laki di sampingnya. Tidak ada yang aneh dari laki-laki itu, Tubuh jangkung menjulang, disangga bahu lebar, pinggang ramping dan tungkai yang panjang. Kemeja slim fit memetakan d**a bidang Dimitri, Uang? Jangan salah, Dimitri memiliki Crowders dengan aset milyaran. Tampan? Jelas! Rahang kukuh, hidung mancung dan sorot mata tajam khas Timur Tengah. Rere yakin ada banyak perempuan yang rela melempar tubuh dengan suka rela kepada laki-laki itu. Dia harusnya bangga, Dimitri memilihnya malam ini. Namun, entah mengapa, hati Rere sama sakali tidak bergetar karena laki-laki itu. Yang ada Rere malah muak, ingin sekali rasanya memberi pelajaran padanya. Salah satu sudut bibir Rere terangkat, menyunggingkan senyum licik. "Nah, kita sudah sampai," kata Dimitri membuka pintu kamarnya/ "Wow!" Rere berdecak kagum ketika menoleh ke arah jendela. Kamar hotel itu memiliki ranjang yang luas dengan pemandangan pusat kota. Cocok bagi pasangan berbulan madu. "Bagaimana kalau lo mandi dulu," elak Rere saat Dimitri tiba-tiba melingkupi tubuhnya dari belakang, meraup rakus leher jenjangnya tanpa basa-basi. "Baiklah," sahut Dimitri riang, Rere sudah akan muntah saat laki-laki itu melenggang ke kamar mandi sambil bersiul, tanpa pernah tahu, apa yang Rere sembunyikan di balik sling bag. Glosarium: ¹Turntable adalah alat untuk memutar Piringan Hitam tersebut, biasanya berbentuk kotak yang dibagian atasnya terdapat sebuah piringan yang berputar. ²CDJ kini dilengkapi dengan berbagai fitur seperti loop, hot cue dan kini CDJ bisa memainkan musik via usb stick juga bisa digunakan sebagai software controller ³Revolusi per menit (rpm) adalah unit untuk frekuensi. Umumnya, rpm digunakan untuk menyatakan kecepatan rotasi (perputaran). ⁴Head-shell adalah bagian kepala yang dirancang untuk ditempelkan di ujung turntable atau pemutar nada pemutar kaset dan kartunya dibautkan. [1] Biasanya, dengan menggunakan beberapa baut 2,5 mm, dimungkinkan untuk memuat semua kartrid standar dengan dudukan 1/2 '(sekitar 12,5 mm).
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD