Chapter 1

640 Words
"Woyy seragam gue mana?!" teriakan Devan menggema diseluruh penjuru rumah. Sudah setengah jam dia mengobrak-abrik lemari qebelahan dengan kamar Devan membuat dia jadi orang pertama yang terganggu dengan teriakan sang adik. "Heh Devan! Lo pikir ini hutan hah? pagi-pagi udah teriak gak jelas. Gue lagi tidur k*****t!"teriak Caca sambil berkacak pinggang di ambang pintu kamar Devan. "Ya sorry kak sorry. Habisnya gue nyariin seragam gue enggak ada, Lo lihat gak?" "Mana gue tahu! emang gue Bi Inem apa, ngurusin baju orang." "Kali aja lo tahu." "Di pake si Dimas kali. Dia kan hobi banget pake barang lo." Seperti tahu namanya disebut, Dimas datang menghampiri . Dia sudah memakai kemeja seragam merahnya. Namun sayang untuk bagian bawah dia masih menggunakan kolor bergambar upin-ipin. "Ada apaan sih, kok gue denger kalian sebut-sebut nama gue," tanya Dimas penasaran. Devan yang terhasut omongan Caca langsung berdiri ketika melihat kedatangan Dimas di kamarnya. "Mana seragam gue Imas?" tanya Devan sengaja menyelewengkan nama adiknya. "Apa lo bilang, Imas? woyy! nama gue Dimas bukan Imas! Enak aja lo nyelewengin nama bagus gue. Gue bilangin Oma kena damprat lo!" Ucap Dimas tak terima namanya diselewengkan begitu saja tanpa rasa tanggung jawab. "Bodo amat! balikin sekarang kemeja gue!"teriak Devan. "Kemeja apaan?" tanya Dimas tak mengerti. "Kemeja seragam lah, masa kemeja kondangan!" "Enak aja lo ngomong! lo gak lihat apa atributnya nama gue?! lihat nih Dimas A Pribawa, emang nama lo Dimas hah?" Devan menyipitkan matanya yang sudah sipit untuk melihat name tag pada kemeja Dimas. "Dimas A. Pribawa,”gumam Devan, ketika dia mengeja tulisan pada name tag tersebut. “Dimas kan, bukan Devan!”ujar Dimas yang terlanjur kesal karena pagi-pagi sudah mendapat tuduhan yang tidak realistis. "Terus kemeja gue kemana?!”tanya Devan lagi. Dia kemudian duduk selonjoran di lantai sembari menggerak-gerakan kakinya seperti anak kecil yang kehilangan mainan kesayangannya. "Di gondol Kucing garong kali"tebak Dimas asal. "Nah iya benar Dim, baju Devan kan bau,”sahut Caca sembari menutup hidung dengan kedua tangannya. "Enak aja, baju gue wangi tahu!" "Iya wangi, tapi wangi minyak nyong-nyong!” Mendengar ada keributan di pagi hari, si bungsu—Aksa datang. Berbeda dari yang lain,  Aksa sudah rapi dengan kemeja merah dan celana hitam panjangnya. Tak lupa tas ransel juga sudah nemplok di punggungnya. "Ish, malah pada kumpul disini lagi. Lo berdua niat sekolah gak sih?" tanya Aksa pada Dimas dan Devan. "Kemeja si Devan hilang Sa, lo lihat gak?" tanya Caca dengan nada sedikit rendah. Diantara Devan, Dimas, dan Aksa, Caca paling sayang pada Aksa. Karena menurutnya Aksa tidak semenyebalkan Devan dan Dimas. "Nggak tuh, Asa gak lihat,"jawab Aksa. "Terus sekarang gue ke sekolah gimana? masa pake ginian." Devan menunduk melihat pakaian yang dia pakai, kaos oblong yang dikombinasikan dengan kolor spongebob. "Udah lo bolos aja, lagian kerjaan lo di sekolah cuman molor kan,” ucap Dimas yang langsung dihadiahi pukulan dari Caca. "b**o! ngasih saran yang bener Imas,”ujar Caca yang tidak suka dengan usulan Dimas. "Aw sakit kak!”rintih Dimas karena pukulan Caca di pundaknya yang lumayan keras.“Lagian kok lo ikut-ikutan manggil gue Imas, sih!” protes Dimas kemudian. "Kan nama lo Dimas, ya berarti panggilannya Imas dong!”ujar Caca beralibi. Untuk menghibur sang Kakak, Aksa pun berjongkok di depan Devan yang terduduk di lantai. Dia mengelus pundak kakaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Udah Kak lo pakai batik aja. Biar nanti gue yang bilangin ke Pak Rahmat kalo baju lo belum kering,"ucap Aksa. Devan memandang Aksa dengan tatapan haru. Ternyata adiknya adalah saudara kembar yang paling perduli. Namun keharuan itu tiba-tiba hilang ketika mata Devan tertuju pada atribut yang menempel di kemeja Aksa. Di sana terpampang jelas nama Devan R Pribawa, bukan Danadyaksa. "Aksa b**o! itu kemeja gue k*****t!" teriak Devan. "Hah apa Kak?" tanya Aksa tak mengerti. Dia pun menunduk melihat atributnya, lalu menunjukan cengiran kuda pada Devan. "Eh ini kemeja lo. Gue gak lihat namanya tadi. Sorry  ya Kak, Asa yang ganteng ini keliru." "Haha anjir! Tuh kan bukan gue yang ambil!” Tawa Dimas meledak seperti bom atom ketika melihat kejadian aneh di depan matanya. "Ketawa lo bau tahu!"ujar Caca yang langsung menyumpelkan roll rambutnya di mulut Dimas. Setelah itu dia pergi meninggalkan adik-adiknya. "Rasain lo!"ucap Devan dan Aksa bersamaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD