Prolog

1043 Words
Mansion mewah itu sudah gaduh dipagi hari. Bukan karena sesuatu yang luar biasa terjadi, tetapi sesuatu yang hampir setiap hari terjadi. "Raa, ati-ati dong." Keenan menatap kesal adik kembarnya yang berlarian kesana kemari. Entah apa yang dicarinya. "Where's my sneakers?" "You ask me?" Keenan kembali memberikan wajah datarnya, yang saat itu juga mendapat tatapan tak suka dari kedua orang tuanya. "Check at your bedroom." Ujar Rhea sabar. Pasalnya putrinya ini memang ceroboh, dan terkadang lupa meletakkan barangnya. Terlebih dipagi hari seperti ini dimana kebiasaan bangun telat Keirra kambuh. "Mommy," Keirra jatuh terduduk sambil menangis, dia tak menemukan sneakers kesayangannya dimanapun. Padahal ia ingin menggunakannya hari ini. "Stop crying, duchess." Keenan melemparkan sepasang sepatu berwarna putih dihadapan Keirra, membuat perempuan itu melonjak kegirangan. "Where did you find it?" "My room." "Ah, I forgot that yesterday I fell asleep in your room." "Heumm.." "That's all?" Alvaro menatap anak-anaknya dengan senyum hangat. "Now, lets go to the school and be a good student." Keirra mengangguk dan mendekat, mencium kedua pipi Alvaro, begitu pula dengan Alvaro yang mencium kening dan hidung Keirra. "Excuse me, anybody home?" Suara melengking itu mendadak terdengar, bahkan Keirra hampir melempar ponselnya karena terkejut. "Toa! Gabisa dipelanin apa?!" Keirra memandang kesal pada Leo yang sudah muncul dan bergabung diruang makan. "Morning, Rara cantik." "Mau lo apa?" Leo tertawa saat mendengar nada sinis Keenan. Sahabatnya yang satu ini memang dingin, terlalu datar, tapi jika sudah menyangkut keluarga apalagi Keirra, maka jangan harap bisa aman dari cengkraman seorang Keenan. "Udah buruan, gue belum buat tugas." Jawab Leo cepat. "Leo gak makan dulu? Mommy masak soup ayam lo." Tawar Rhea sambil tersenyum dan mengambil paper bowl. "Sebenernya sih mau, mom. Tapi udah lewat jam." Kilah Leo kemudian. Dia memang sudah sangat dekat dengan Keenan juga keluarganya karena dia sudah berteman dengan Keenan sejak mereka di bangku sekolah dasar. "Yaudah makan dimobil aja ya," ujar Rhea sambil menyodorkan paper bowl berisi soup ayam. "Thankyou, mom." Ujar Leo sambil menyambar paper bowl tersebut. "You drive cause i will eat my breakfast." Keenan menatap Leo dengan tatapan dinginnya, lalu bangkit dan mendekati Keirra. "Did you leave alone?" "Heum.." Keirra yang masih sibuk dengan soup dan sosis gorengnya mengangguk. Keenan mendekatkan wajahnya dan mencium kening Keirra sayang, lalu mengusap rambutnya lembut. "Don't be late, or you will be punished." "I have you to save me." "I'm not there for save you." "Dukkeeeeee....!!!!" Keenan segera pergi dari dapur saat teriakan Keirra memenuhi ruangan, Leo yang masih sibuk dengan soupnya segera berjalan mengikuti Keenan menuju pekarangan. ---- "Ban bocor lagi? Atau ketinggalan bis gara-gara nabrak kucing?" Perempuan cantik dengan rambut legam itu menatap sinis, "Kenapa diem?" Keirra berdecak dalam hati, perempuan didepannya ini sangat menyebalkan. Susah payah dia menahan amarahnya agar tidak meledak. Well, karena jika sampai itu terjadi, tak akan ada hari esok bagi Marsha. "Tadi saya nunggu jemputan temen, tapi tiba-tiba dia ngabarin kalo dia gak masuk soalnya sakit perut mendadak. Jadi kan sa-" "Oh sekarang nyalahin temen?" Decak Marsha. "Pinter banget. Belajar dari mana?" "Kenapa, Sha?" Suara datar nan tegas itu mengiterupsi, membuat keduanya berbalik dan menatap sang empunya suara. Marsha mengubah ekspresinya menjadi sok imut, membuat Keirra memutar matanya malas sangking jengahnya. "Ah, ini. Si Keirra dari kelas XI IPA 1 terlambat LAGI." Marsha sengaja menekankan kalimatnya lagi meskipun tampangnya dibuat seimut mungkin didepan Keenan. Keirra itu memang hobi terlambat. Terutama dihari senin. Keenan menatap Keirra datar, "Ikut saya." Dengan cepat dia berbalik dan berjalan menuju ruangannya. Keirra yang mendengar itu mendesah pelan, akhirnya dia lepas dari singa betina itu. Ralat -anjing dengan topeng singa. Keirra mengekori Keenan menuju ruang osis dengan tampang tak bersalah. Toh kakaknya itu tak akan menyusahkannya seberapapun Keirra membuat masalah. "Give me a reason." Suara Keenan masih terdengar tenang, namun mengancam bagi banyak orang terutama siswa seangkatan mereka apalagi adik kelas. Tapi bagi Keirra itu bukan apa-apa. Gadis itu justru asik memainkan ponselnya. "I promised to wait for Sena at the bus stop, but then she said that she had a stomachache and chose to get a school permit." "Hmm, then, whose fault is that?" "I really don't know if she would get a stomachache, i thought she would only came late and not ask for permission not to go to school." Keirra memutar matanya malas, ini bukan salahnya. Hanya saja Sena terlambat mengabarinya tentang hal itu. "I'm not here to save you everytime, Rara." Kali ini Keenan memijat keningnya lelah. Berulang kali dia selalu menyelamatkan Keirra dari berbagai hukuman yang disebabkan oleh polah tingkah Keirra sendiri. Dan yang paling sering terjadi adalah terlambat atau dia tertangkap basah tidur pulas saat jam pelajaran berlangsung. Banyak siswa yang kemudian memandang mereka sepasang kekasih karena hampir disetiap masalah, Keenan yang akan turun tangan langsung untuk menghukum Keirra. Tidak. Keenan sama sekali tidak pernah memberikan adik kesayangannya itu hukuman, dia hanya akan menyuruh Keirra berdiam diri diruangannya sampai jam pelajaran berlangsung. Dan tentunya disambut baik oleh sang putri tidur itu. "Save me, one more time." Rengek Keirra kemudian. "I promise, today is my last mistake." Keenan menggeleng lalu bangkit dari kursinya. "Tulis janji siswa sebanyak 20 kali di doublefolio. Sebelum jam istirahat sudah dikumpul." "Tapi bukan salah Rara, Rara kan gatau kalo Sena bakal sakit kak. Bukan salah Rara dong." Keirra menghentakkan kakinya, dia sama sekali tak merasa bersalah. "Terus kamu mau saya hukum Sena?" Suara dingin itu mulai terdengar. Keenan memang memiliki suara berat, namun Keirra hafal nada suara Keenan seperti apa, dan mau tak mau Keirra merasa goyah. "Tapi kan Kak, Rara beneran gatau kalo Sena bakal sa-" "KEIRRAA!!" "-kit." Keirra mendadak mencicit setelah bentakan Keenan dihadapannya. Sesuatu didalam hatinya meminta Keirra untuk bungkam, bibirnya kelu, dan matanya mendadak memanas. Ia meremas ujung roknya kuat. Tak biasanya Keenan akan membentaknya seperti itu. "I'm sorry. Before breaktime, i'll make sure my punishment have to done." Ujar Keirra pelan, lalu bangkit dan melangkah gontai menuju kelasnya.Rasanya ia ingin menangis saja sekarang. Keirra mendumal dalam hati, karena Marsha sialan itu ia jadi harus berurusan dengan sisi galak kakaknya. Awas aja, gumam Keirra. Dilain sisi, Keenan mengacak rambutnya frustasi, bukan maksudnya untuk membentak Keirra, tapi adik kembarnya itu sungguh merepotkan. Berdiri diposisinya seperti ini sangat menyusahkan, memilih antara adik kesayangannya atau nama baiknya yang diangkat menjadi ketua osis tahun ini. Keenan menghela nafas lelah, akan sulit membujuk Keirra yang sudah dipastikan akan merengek dan mengadu pada daddynya. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD