CHAP 1

1387 Words
Freya melangkahkan kaki nya dengan tergesa bersama menejer dan beberapa kru nya. Menjadi penyanyi dan sekaligus idola baru membuat nya harus tampil sempurna dan tepat waktu, tapi karna kakak nya ia sedikit terlambat untuk menghadiri acara musik di singapura hari ini. Freya tahu kalau karir nya sedang melonjak tinggi di umur nya yang baru delapan belas tahun, memulai karir sebagai model mengikuti kakak nya, Alish. freya juga mengembang kan bakatnya di dunia tarik suara lewat ajang pencarian bakat dan selama satu setengah tahun ini dia menjadi seorang idola baru yang di gilai banyak orang. Freya menutup matanya saat make up artis nya membenarkan make up nya. "Ready?" Freya menarik nafasnya dan mulai naik ke panggung, sorakan penonton membuat nya tersenyum lebar. Alunan musik mulai terdengar, freya mulai menyanyikan lagu nya sambil menari. Lima tahun ini, setelah kakak nya kuliah di luar negri hidup freya jauh lebih baik. Tidak ada lagi kakak yang mendatanginya saat pemotretan dengan ibunya, tidak ada lagi yang melarangnya keluar dan bermain dengan siapa pun. Freya merasa hidupnya seperti tuan putri yang bebas. Freya membungkuk dan melayangkan flying kiss nya saat ia sudah menyelesaikan penampilan nya yang menyanyikan dua lagu nya. "Frey" menejer nya langsung memeluk freya. "Good joob" "Thankyou kak nara" freya membalas. "Oh iya, mommy lo nelpon tadi" Freya tersenyum lebar lalu mengambil handphone nya. "Lo keren banget frey" sapa seorang lelaki, member band yang juga sedang naik daun. "Thankyou kak" freya menjawab lalu bersalaman dengan lelaki tinggi tampan itu. "Freya" pelukan di terima freya dari beberapa teman nya, dari girlband. "Gue dengar lo jadi brand kakak lo nanti ya?" "Ya, kak alish bilang kalau gue yang jadi brand amasador nya lumayan gratis" freya menjawab, tanpa sadar kalau ibu nya sudah menjawab telponnya. "Frey, kamu enggak lagi keasikan sama teman-teman kamu kan" "Sorry, gue duluan ya. Nyokap nelpon nih" freya berkata lalu pergi ke lorong yang lebih sepi. Freya mendengar kalau ibu nya itu menghela nafas. "I'm sorry mom" freya berkata "teman-teman sesama penyanyi tadi nyapa aku" "Mommy cuma mau ngomong sama kamu, kalau bisa kamu pulang besok. Oke?" "Aku masih ada beberapa pemotretan besok, lagian kan besok baru sabtu mom, minggu depan kita juga mau liburan ke puncak. Jadi minggu ini boleh kan kalau aku kerja?" "Kamu lupa, kalau besok bang jo pulang?" Freya sudah lupa saat ibu nya itu mengatakan kalau kakak nya akan pulang besok, tapi ibunya malah mengingatkan nya lagi. "Abang manja banget, pulang aja harus di jemput satu keluarga" freya mendengus. "Kalau entar possessive nya kumat lagi gimana?" "Bang jo kan sayang sama kamu, wajar kalau possessive" "Bang al possessive nya batas wajar aja tuh, bang jo tuh lebay mom. Emang mom enggak ingat pas aku smp, bang jo mukulin chairmate ku cuma karna dia cowok" "Katanya chairmate kamu ganjenin kamu, mau pegang p****t kamu" Freya diam sebentar, berpikir kalau haruskah ibu nya tahu kalau jovan yang mencoba menyentuhnya, bukan chairmate nya itu. "Freya" "Fine, minggu aku pulang" "Besok frey, buk-" freya langsung mematikan sambungan telponnya. Freya menghela nafasnya, mungkin freya akan menerima perjodohan dengan anak teman orangtua nya, dan semoga saja kakak berubah. [] Jovan tersenyum kecil pada seluruh keluarganya malam ini, hanya satu orang yang tidak hadir dalam makan malam penyambutannya setelah lima tahun orangtua nya mengirim nya pergi ke luar negri. Adik nya tidak ikut hadir dalam makan malam penyambutan nya. "Enggak kerasa ya, dulu jo lucu banget" alish berkata sambil menyuapi anak nya makan "sekarang udah siap buat berkeluarga" "Lo enggak tahu aja kalau jo banyak pacar" alex menjawab. "So, gimana newyork, bro?" "New york baik, gue nya yang enggak bang" jovan menjawab dengan senyum miringnya yang terarah pada ayahnya, javier. Alex tertawa kecil. "Aunt eya, mah" cherish, anak alish menunjuk ke layar televisi yang sedang menayangkan minuman bersoda. Semua orang melihat ke arah televisi itu. "Rasanya cukup lucu, si bungsu keluarga kita malah absen saat kakak nya pulang" jovan menyindir. Javier tahu kalau jovan sedang menyindirnya, anak nya yang dulu sering minta gendong itu cukup berubah banyak karna seorang perempuan. Tapi sedikit banyak nya javier merasa kalau jovan sama dengan nya. "Freya kan lagi naik daun" alish berkata. "Jadi wajar aja kalau dia sibuk banget" "Mommy akan coba bicara sama frey, kalau dia harusnya cuma ngambil job di akhir pekan" vita menengahi, takut kalau jovan akan semakin menyinggung javier dan suami nya itu akan menjawab. Vita tidak ingin kejadian saat jovan di suruh ke new york terulang lagi, saat javier melayangkan pukulannya karna jovan menolak. "Jadi kamu sudah siap buat kerja senen depan?" Javier bertanya. "Iya" jovan menjawab, tanpa mengalihkan matanya dari iklan di televisi "Baguslah" javier membalas. [][][] Freya sampai di rumah nya setelah di antar menejer nya, nara. Wanita berusia duapuluh lima tahun itu memberikan wajengannya sepanjang jalan karna ibunya freya menelpon nya sejak kemaren. "Ingat, minta maaf sama nyokap lo" nara berkata "atau lo mau bapak lo yang super kaya itu beli agency lo, dan gue di pecat" "Hmm" freya menjawab. Ini masih jam lima pagi, dan freya pulang hari senen bukan minggu seperti janji awalnya pada orangtua nya. "Lo jangan hmm hmm aja, nyokap lo serem tau enggak" "Oke" freya menjawab lalu menengok ke pos satpam, tidak lama satpam itu keluar. "Kenapa enggak minta jemput non?" Satpam di rumah nya bertanya. "Di antar kak nara tadi" freya menjawab. "Tuan sama nyonya kemaren pesan sama saya kalau nona datang jangan di bukain pagar nya" "Kok gitu sih pak?, kan aku anak mommy sama daddy" Freya merengut tidak terima oleh ucapan satpam itu, bagaimana bisa dia tidak perbolehkan masuk hanya karna tidak menepati janji pulang nya. Hari ini juga hari senen, freya tidak ingin terlambat ke sekolah. Sekolah nya tidak memperlakukan nya istimewa hanya karna ia seorang selebriti dan terlambat upacara di hari senen. "Biarin masuk, pak!" Suara seorang lelaki yang menggunakan kaos hitam dan celana training membuat freya terdiam sebentar, antara terpesona, kaget, gugup dan takut. "Baik, tuan" satpam itu membuka pagar rumah. Freya menarik nafasnya, ia hanya hanya mengenakan hoody berwarna pink yang menutupi hotpans nya dengan rambut yang di ikat asal-asalan. "Ayo masuk" jovan berkata. "I..iya" freya menjawab pelan lalu mengikuti langkah jovan. "Abang" freya memanggil. "Abang gimana kabar nya?" "Kamu bisa lihat sendiri kan" jovan berhenti dan berbalik menghadap freya. "Iya, baik-baik aja" freya menjawab pelan. "Ikut abang!" Jovan berkata dengan tegas, menarik tangan freya. "Ma..mau kemana?" Freya merasakan degupan jantung nya semakin cepat, merasa gugup dan juga takut. Jovan tidak menjawab, dia malah mengambil alih koper berukuran sedang milik freya dan membawanya, sedangkan tangan nya yang lain menarik tangan adik nya itu. Membawa Freya ke ruangan fitnes di rumah besar mereka di lantai dua, jantung freya semakin berdegup kencang saat jovan mengunci pintu nya. Biasnya daddy nya akan olahraga di jam seperti ini, tapi entah kenapa hari ini daddy nya tidak ada. "Apa yang abang bilang dua tahun yang lalu?" Jovan bertanya, menyadarkan Freya dari lamunan nya. Freya ingat ancaman jovan dua tahun yang lalu saat jovan dengan diam-diam datang di hari ulangtahun nya dan hampir membunuh pacar pertama freya. "Jangan dekat sama cowok manapun, kecuali kamu mau lihat cowok itu mati, kamu milik abang" "Abang gila" freya menghentakkan tangan jovan, dan mundur selangkah. "Harusnya kamu hadir saat abang pulang, menghindar sama saja dengan membunuh orang sekitar kamu, menejer kamu cukup cantik buat di sakiti" jovan maju selangkah mengurung tubuh freya di dinding. "Lihat bibir kamu sweety" jovan menjilat bibir bawah nya, satu tangannya mencengkram rahang freya. Tangan freya gemetar karna takut, harusnya freya mengadukan semua yang di alaminya pada orangtua nya. Tapi ancaman jovan selalu jadi kenyataan. Tapi Freya tidak ingin terlihat lemah, jovan akan semakin menjadi-jadi kalau dia tidak melawan. "Kalau abang berani macam-macam, aku bakalan teriak" Freya menatap tajam. "Silahkan!" Jovan menyeringai. "TOL-" teriakan freya terpotong oleh ciuman kasar jovan, kedua tangannya juga di tahan tangan jovan, sedangkan tubuhnya di himpit. Freya mencoba menggeleng, tapi satu tangan jovan masih memegang rahang nya dengan kasar. Bibir bawah freya di gigit jovan, sampai ia membuka mulutya dan jovan berhasil memasukkan lidah nya, mengabsen setiap bagian di mulut freya, membuat adiknya itu kehabisan nafas dan hanya bisa terisak. Jovan mulai menurunkan ciumannya ke leher freya saat adik nya itu hampir kehabisan nafas. "Stop!" Freya terisak "please" Jovan menggigit leher freya dan meninggalkan beberapa bercak biru di sana lalu tersenyum melihat freya yang menangis dan berantakan dengan sudut bibir yang berdarah karna ciumannya. Plak Freya menampar pipi jovan lalu mendorongnya "Psyco gila" freya berlari pergi dengan di iringi isak tangis nya ..........................Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD