Our Promise

1018 Words
Aku termenung menatap kosong hamparan taman di depanku. Aku sangat menyukai duduk ditaman ini. Jika ditanya alasannya, entahlah aku tidak tau kenapa. Udara dan tempat sepi membuatku nyaman. Aku sangat bersyukur tempat ini belum banyak yang tau. Bukan, lebih tepatnya banyak yang tidak mau duduk di sini. Mereka lebih memilih nongkrong di tempat yang ramai. Tapi kadang juga ada beberapa pasangan yang duduk dan bercerita di sini. Mungkin karena sepi. Aku dapat memaklumi hal itu. Dan itu bukan urusanku. Jadi apapun yang mereka lakukan, kadang aku tidak memperdulikannya. Rasanya sangat pas sekali duduk ditaman sambil membaca salah satu novel yang aku pinjam dari temanku ini. Ngomong-ngomong, aku sendirian saat ini. Masih belum ada pasangan kekasih yang ku ceritakan itu. Aku sangat suka menyendiri. Lebih tepatnya aku tidak suka jika membaca novel banyak suara yang bisa membuatku hilang konsentrasi. Oh iya! aku lupa memperkenalkan diriku. Perkenalkan namaku Alira Sabina umurku 18 tahun dan dan aku bersekolah di salah satu SMA di kota Bekasi. Aku mempunyai dua orang sahabat namanya Brigita Sagita yang biasa dipanggil Gita dan Indry Safira yang biasa dipanggil Fira. Jika aku jatuh mereka akan membantuku untuk bangkit kembali. Jika aku sedih mereka  yang ada untuk menghiburku. Biarpun kadang mereka membuatku kesal. Tetapi mereka pulalah yang membuatku tertawa dengan kekonyolan mereka. Gita yang dewasa dan selalu memberi solusi jika sahabatnya lagi ada masalah. Sedangkan Fira yang polos dan berlawanan dengan pemikiran Gita. Jadi jangan kaget jika mereka berdua akan selalu beradu argumennya. Biarpun begitu aku merasa beruntung memiliki sahabat seperti mereka berdua. Yang selalu ada disampingku. Mereka sudah seperti keluarga bagiku. Semua tawa dan sedih ku selalu aku bagi dengan mereka.  Dan kami disebut sebagai kelompok triple S. Aneh memang kenapa bisa nama kami bertiga sama. Mungkin kebetulan.20101406520 ---- Ttteett Suara tersebut menyadarkan aku untuk kembali kepada kenyataan yang ada. Aku segera menutup novel yang tadi k****a. Padahal aku hampir saja menyelesaikan novel ini. Aku pun berdiri dari tempat duduk ku  dan segera kembali ke kelas. XII-IPA1 Nama yang tertera didepan pintu kelas itu. Aku kadang tidak menyangka ternyata aku sudah memasuki akhir masa SMA ku. Sebentar lagi aku akan tamat dan keluar dari sekolah ini. Tetapi dia masih juga belum kembali dan menujukkan dirinya di depan ku. Ini sudah hampir dua tahun.  Aku menghentikan pikiranku tentang dirinya. Menghela napas panjang dan masuk kedalam kelasku. "Dari mana aja lo?" aku menghentikan langklahku dan melihat Fira yang memasang wajah juteknya. Aku pun langsung menghampirinya dan mencoba untuk membujuknya. Aku lupa tadi. Sebelum bel istirahat pertama ia memintaku untuk menemaninya ke ruang guru. Dan bodohnya aku langsung keluar dan menuju taman belakang untuk membaca novel. Aku baru ingat ketika sudah setengah membaca novel. Dan aku terlalu malas untuk balik dan menemaninya. Karena aku sudah masuk ke dalam dubia novel ku. "Sorry ya.. tadi gue ke taman belakang. Novel yang gue pinjam harus di kembalikan. Jadi gue harus baca maraton tuh novel." Aku sedikit memasang wajah imut dan bersalah. Tetapi sepertinya itu tidak berpengaruh baginya. "Lala! lo minta novel lo di balikin cepat?" Fira langsung bertanya kepada Lala. Pemilik novel yang aku pinjam dan tentu saja jawannya.. "Enggak kok." Setelah mendengar perkataan dari Lala, Fira kembali menatap ke arahku. Aku pun langsung memasang wajah imutku. Aku menyengir kepadanya. "Ya.. maaf. Nanti gue temanin deh pas istirahat ke dua." "Gue dah pergi sama Gita. Lo gak perlu nemenin gue lagi. Baca aja sana novel lo itu!" Ucap Fira. Dia memasang wajah kesal selaligus marah. Aku yang melihat itu hanya bisa menghela napas panjang. "Fira.. maaf dong. Pulang sekolah gue traktir mie ayam deh,Hm..?" Aku mencoba membujuknya dengan sogokkan.  "Gak butuh!" "Udah lah Al.. nanti juga baikkan. Gak perlu lo bujuk." Gita mendatangiku dan mencoba untuk menenangkanku. "Apaan lo! gue enggak semudah itu ya, untuk memaafkan." mendengar perkataan Fira membuatku dan Gita tersenyum. Apa yang dikatakan Gita ada benarnya juga. Nanti Fira pasti akan baikan lagi dengan ku. Aku pun memutuskan untuk duduk di bangku ku. Saat aku hendak duduk dibangku, seseorang memanggil namaku dan aku merasa tidak asing dengan suara tersebut. "Alira.." panggil orang itu  yang berdiri diambang pintu kelasku. Aku pun langsung menghampirinya menanyakkan kenapa ia memanggilku di jam pelajaran. "Kenapa?" "Em.. kita bisa bicara sebentar?" Tanyanya kepadaku dan seketika ruang kelas menjadi sangat riuh. "Cieee.. Aliraaa cuit cuit"  teriak seluruh teman dikelasku. Aku sangat kesal di sorakin seperti itu.  "Apaaan sih.. lebay amat kayak anak kecil" balasku sedikit berteriak dengan wajah yang kesal. "Jadi bisa Al?" tanyanya lagi.  "Oh iya bisa kok An. Emangnya mau bicara tentang apa?"  "Itu.. kita keluar aja dulu bicara diluar." Sean menarik tanganku dan membawaku keluar kelas. Ternyata dia membawaku ke taman belakang sekolah dan kami pun duduk di salah satu bangku yang tersedia.  "Mau bicara apa An?" Tanyaku memecahkan keheningan yang ada "Em.. aduh.. gimana yaa bilangnya" ucapnya dengan gugup.Melihat kegugupannya membuatku semakin yakin jika ia ingin menengakatan hal itu. "Bilang aja kali An gak usah sungkan" balasku menenangkannya. "Kamu tau kan kalau aku orangnya gak suka basa basi" ucapnya sambil memegang kedua tanganku. "Iya gue tau..  jadi?" Balasku sambil menatap matanya. "Kitakan udah dekat, udah saling kenal" "Iya terus?" "Lo tau gue gimana orangnya. Begitu pula sebaliknya." "Iya An. Bilang aja mau ngomong apa. Jangan bikin gue penasaran Sean." "Lo mau gak jadi.. jadi pacar gue?" tanyanya. "Apa?! gue gak salah dengar kan?" Jawabku dengan nada tak percaya. Aku tau jika ia akan menyampaikan itu. Tapi masih saja aku terkejut mendengarnya. Mendengarnya langsung dari mulutnya sedikit aneh menurutku. "Lo gak usah jawab sekarang gak papa kok." Balasnya cepat sambil menatapku. Aku masih diam. tidak bisa berkata apapun.  "Lo  enggak salah makan kan? Lo sakit ya atau  tadi kesambet?" Tanyaku sambil menempelkan tanganku kedahinya. "Apansih.. Gue gak sakit kok Al. Apalagi kesambet." Balasnya sambil menurunkan tanganku yang berada di dahinya. "Tapi.." "Tadi kan gue udah bilang enggak papa kalau enggak jawab sekarang. Gue akan nunggu jawaban lo kok. Apapun itu." tuturnya  sambil mengacak rambutku. Aku masih terdiam mematung atas apa semua yang dia katakan kepadaku. "Alira? Hei.." ucapnya sambil melambaikan tangannya didepan wajahku dan menyadarkanku dari lamunan. "Iya An?." "Nanti lo pulang sama siapa?" "Sama Gita lah. lo kan tau sendiri." Memang aku selalu pulang dengan Gita. Sedangkan Fira selalu diantar dan dijemput. "Hehe.. kalau gitu, hari ini gue yang nganter lo ya?"  "Eh? Gak usah An. Gue bisa pulang sama Gita kok." Aku menok halus ajakannya. "Gak papa. Gue kan mau nganter calon pacar gue. Kalau gitu nanti gue jemput di kelas lo, ya." "Tapi.." "Tanpa penolakan" ucapnya dengan senyum manisnya. ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD