Prolog

253 Words
"Mari kita berpisah." Mata Bian seketika terbuka dari tidur tak lelapnya, mimpi itu datang lagi, mimpi buruk yang selalu menghantuinya. Peluh membasahi seluruh wajah bahkan juga tubuhnya. Napas Bian terdengar memburu, irama jantungnya terdengar tak beraturan. Selalu Seperti ini bila mimpi itu datang. Mimpi yang hampir setahun ini mendatangi malam-malamnya hingga membuat Bian takut untuk sekedar memejamkan mata. Mimpi yang tercipta dari kesalahan masa lalunya. Kesalahan yang ia lakukan pada mantan istrinya. Ya, Bian pernah menikah dengan seorang perempuan yang dijodohkan kedua orang tuanya. Tujuh bulan ia menikah tapi sama sekali ia tidak mau melihat istrinya, sampai akhirnya Bian bertemu dengan sekertaris yang membuatnya tega menceraikan sang istri. Tapi setelah perceraian tersebut terjadi bukannya bahagia yang Bian dapat tapi malah derita yang menemaninya. Mungkin ini karma untuknya, setelah ia menyia-nyiakan seorang bidadari yang telah Allah berikan. Ya, Nesa adalah bidadari, dan dengan sadisnya Bian menyakiti hatinya dengan perlakuan yang tidak menyenangkan selama ini. Setelah meredakan rasa sesak di dadanya Bian bangun dari posisi berbaringnya. Pandangnya nyalang pada sebuah foto pernikahan yang sudah lima bulan ini terpasang di kamarnya. Sebuah foto pernikahan yang dulu pernah ia letakkan dalam gudang. Bahkan saat itu dia masih berstatus suami. Kejam? Iya, Bian memang sosok lelaki yang tidak pantas untuk di tiru sama sekali. Ia adalah suami dzolim yang menyakiti istrinya hanya demi perempuan lain. Seulas senyum sesal dan tulus terukir di bibir Bian. "Kamu akan kembali padaku Nesa dan akan kupastikan aku akan menemukan di manapun kamu berada." bisiknya lirih penuh dengan harap. Tapi akankah harapan itu akan terwujud? Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD