Geheimnis (Bahasa Indonesia)

Prolog

Gadis itu berlari sepanjang lorong. Tanpa harus melihat ke belakang ia tahu pasti ada yang mengikutinya dan sedang mengancam nyawanya. Peluh sudah mulai bermunculan di dahinya dan nafasnya terengah-engah.

Ia ingin sekali berteriak, tapi pasti percuma saja. Di antara bangunan kokoh berdinding batu tebal dengan lampu temaram di setiap sisi lorong, ia tahu bahwa tidak akan ada orang yang melewati sayap rumah bagian barat ini.

Dengan cepat ia berbelok dan menuruni tangga yang entah mengapa rasanya memiliki jumlah yang begitu banyak. Masih ada satu tangga lagi yang harus ia lewati, dan ia memfokuskan pikirannya pada jumlah anak tangga terakhir itu.

Tanpa disengaja, ketika sedang berbelok untuk menuruni tangga terakhir, dilihatnya sekelebat bayangan hitam berdiri hanya beberapa meter darinya. Tanpa menoleh lagi sekuat tenaga ia menggerakkan kakinya yang sudah mulai terasa sakit akibat gesekan antara kulit dan alas kaki yang dipakainya.

Seluruh tangga sudah habis, kali ini ia berhasil menginjak lantai dasar. Berharap bertemu seorang pelayan yang sedang membersihkan kaca atau sekedar membersihkan debu di perabot sepanjang koridor, tapi semuanya tetaplah kosong. Ia berlari menuju sayap timur. Melewati ruang depan yang sepi dan berbelok ke arah tangga secepat yang ia bisa.

Ia bergegas menaiki tangga, berlari menuju kamarnya. Tapi, untuk tiba di kamarnya sendiri, lagi-lagi ia harus melewati koridor yang sepi. Sebelumnya ia tidak pernah setakut ini. Apakah karena tahu ada yang mengejarnya sehingga ia menjadi sangat takut? Ia hanya bisa berharap, semoga beberapa langkah kedepan akan betemu seseorang. Siapa pun itu.

Tanpa mengurangi kecepatan, ia terus saja berlari. Satu belokan lagi dan ia akan tiba di kamarnya. Akan tetapi, baru saja merasa sedikit lega karena akhirnya akan tiba di kamar, sebuah lengan kokoh dari arah samping tiba-tiba menariknya, membuat gadis itu terpekik hebat.