Chapter 1

2021 Words
"Aqlam, apa yang sudah ayah ajarkan pada kamu?" suara pria berusia 33 tahun terdengar serius. Bocah berusia lima tahun memandang serius ke arah ayahnya. "Chana adalah istri masa depan dari Aqlam," jawab bocah itu. Glung glung "Bagus, itu yang ayah harapkan dari penerus utama Nabhan," Nibras mengangguk dan tersenyum puas dengan jawaban anaknya. "Sekarang mari kita mengunjungi istri masa depanmu," ujar Nibras. Aqlam mengangguk antusias. ♡♡♡ "Chana! Chana! Aku bawakan stroberi  jumbo untukmu, ini manis sekali!" bocah 5 tahun itu berjalan antusias mendekati seorang gadis cilik delapan tahun. "Lam, kan Chana udah bilang, panggil Chana dengan sebutan kakak Chana," gadis 8 tahun itu mengoreksi panggilan dari Aqlam. Aqlam, bocah 5 tahun itu menggeleng kuat. "Aqlam sudah jelaskan di pertemuan kita sebulan yang lalu bahwa biar setua apapun perempuan, laki-laki adalah kakak bagi mereka, jadi Aqlam tidak perlu memanggil Chana dengan sebutan kakak." Aqlam tersenyum manis ke arah Chana. "Huuhh!" Chana menghembuskan napas frustasinya. "Terserah kamu saja, Chana mau ke kebun nenek Momok dulu," ujar Chana, sudah lelah dia mengutarakan rasa keberatannya pada bocah itu. Aqlam mengangguk. "Baik, aku akan membantumu merapikan kebun bunga milik nenek Momok, ah! Aku bawakan pupuk kandang yang bebas bahan kimia untuk tanaman stroberi kamu, apakah kamu ingin mencoba pupuk kandang yang aku bawa?" Aqlam menawarkan barang yang dia bawa ke arah Chana dengan antusias. "Em...ok, Chana mau," ujar Chana. "Ayo!" ajak Chana. Mereka berjalan ke kebun bunga milik Moti. Ketika sampai disana, terlihat Moti sedang memetik daun yang sudah menguning dari bunga mawar yang dia tanam, itu adalah mawar hitam yang diberikan Aqlam sebagai hadiah ulang tahun untuk Moti satu tahun yang lalu. "Ah, rupanya sudah ada nenek Momok disini," ujar Aqlam. "Halo nenek Momok, aku melihat nenek Momok hari ini sangat cantik dengan kerudung merah marun itu," Aqlam tersenyum manis ke arah Moti. Sret Moti menoleh ke arah Aqlam. "Ah! Aqlam, ayo mari!" Moti memanggil Aqlam antusias. Wanita yang kini sudah menjadi nenek berusia 57 tahun itu tersenyum antusias ke arah Aqlam. Tak Tak Tak Aqlam berjalan ke arah Moti dengan menenteng dua buah paper bag di kedua tangannya. "Oh, itu apa?" Moti bertanya ke arah dua paper bag itu. Sret Aqlam meletakan dua paper bag yang dia bawa di tangannya, lalu menyalimi tangan Moti. Sret "Uh...manisnya Aqlam ini," ujar Moti gemas. Aqlam tersenyum manis ke arah Moti. "Paper bag yang berwarna merah muda ini berisi stroberi jumbo yang manis sekali, Aqlam belikan untuk Chana, mengingat Chana suka sekali dengan stroberi ini, ah! Aqlam juga tahu bahwa nenek Momok sangat suka dengan stroberi, jadi Aqlam belikan banyak untuk Chana dan nenek Momok," "Tenang saja, stroberi yang Aqlam beli ini bebas pestisida dan bahan kimia, pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, perawatannya juga teratur," Aqlam tersenyum manis. Glung glung "Ooh..." Moti manggut-manggut tanda mengerti. "Lalu paper bag yang warna coklat ini adalah pupuk kandang organik yang Aqlam buat sendiri dengan bantuan dari ibu untuk kebun stroberi Chana, ini pertama kalinya Aqlam membuat pupuk kandang ini sesuai dengan instruksi dari nenek Momok satu bulan yang lalu," Aqlam tersenyum manis dan lembut ke arah Moti. "Wah...Aqlam anak yang baik." Cuk "Uhh! Nenek Momok suka dengan Aqlam," Moti mencubit gemas pipi bocah 5 tahun itu. Chana yang melihat interaksi Aqlam dan Moti hanya menggelengkan kepalanya saja. Sedangkan sang kakek, Randra yang juga berada disitu menaikan sebelas alisnya ketika memandang ke arah Aqlam. Bocah yang merupakan tuan muda kecil Nabhan itu sukses meraih dan menarik hati dari istrinya, Moti. Istrinya sangat menyukai Aqlam, bocah di depannya itu berhasil menarik perhatian dari seluruh tetua Basri. "Aqlam juga sangat menyukai nenek Momok, nenek Momok adalah panutan Aqlam untuk berkebun ketika di rumah," balas Aqlam manis. "Pfftt!" Liham yang sedang duduk tak jauh dari kebun ibunya itu menahan tawa yang akan keluar. Dia melihat ke arah Nibras yang sedang menganggukkan kepalanya puas dengan kerja Aqlam. "Kerja bagus, itu baru anak ayah Ibas," gumam Nibras puas. "Doktrin yang kau tanamkan pada anakmu itu sungguh dalam, dia berhasil menarik perhatian bunda, dan mungkin di masa depan peluang Aqlam untuk menjadi menantu dari kak Poko akan mudah dia raih." Liham tersenyum geli. Nibras mengangguk puas. "Itu yang aku harapkan," "Hahahahammpp!" Liham membungkam tawanya. "Aku khawatir wajah kakak iparku akan cepat tua karena setiap melihat kamu dan putramu datang kesini, dia selalu kurang suka," Alan, pria 30 tahun itu baru saja menghampiri Liham dan Nibras. Nibras menoleh ke arah Alan sambil menaikan sebelah alisnya. "Biarkan saja dia cepat tua," balas Nibras santai. "Hehehe..." Alan tertawa geli. Selalu seperti itu, Ben tidak menyukai Aqlam apalagi Nibras, ayahnya. Nibras juga acuh tak acuh pada Ben, dia tidak mempedulikan apakah Ben menyukai dia ataukah tidak, yang dia pedulikan adalah anaknya, Aqlam akan meraih gelar menantu dari Popy. Tak Tak Tak "Aqlam! Hei! Papa Alan baru saja membelikan aku mobil-mobilan keluaran terbaru, ini anti air jika tenggelam, apakah kamu ingin mencoba bersamaku?" seorang bocah laki-laki lima tahun berlari ke arah Aqlam dan Chana. "Dimas! Jangan lari-lari! Nanti jatuh!" terdengar suara seruan dari seorang wanita. Sret Bocah yang sedang berlari itu tiba-tiba berhenti, lalu dia mengubah caranya berlari dengan berjalan cepat ke arah Aqlam. "Huuh! Antusias sekali Dimas kalau ke sini," perempuan 33 tahun itu berjalan melewati Alan, Liham dan Nibras, dia menuju ke kebun bunga Moti. "Kapan Dimas akan ada adik lagi?" Nibras memandang ke arah Alan. Sret Perempuan yang berjalan melewati mereka tadi berhenti, dia melirik dengan ekor matanya ke arah tiga lelaki yang sedang berbicara. "Uhm!" Liham menutup mulutnya ketika melihat wajah sangar kakak ipar perempuannya. "Buat saja sendiri dengan istrimu, aku tidak mau melahirkan lagi, kau pikir mudah melahirkan?" Glek Alan dan Liham menelan susah air ludah mereka. "Pfft!" Nibras menahan tawa. "Jangan panik, tenang, aku hanya bertanya saja," Nibras tersenyum ke arah sepupu jauhnya. "Heum!" Sret Tak Tak Tak Finisa mendengus ke arah Nibras dan lanjut berjalan ke arah ibu mertuanya. "Hahahahhmmppp!" air mata Liham hampir tumpah karena menahan tawa. Kakak iparnya sungguh galak. "Untung saja Cassy tidak segalak istrimu," ujar Liham. Alan melirik ke arah adiknya. "Kapan pernikahan kalian?" "Jangan kumpul kebo terus, tertangkap razia polisi baru mau nikah, ck ck ck!" Alan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ehm!" Liham salah tingkah. "Itu hanya kebetulan kita tertangkap, polisi salah tangkap," ujar Liham. "Heum, kalau aku yang jadi polisinya, aku akan menikahkan kalian di kamar yang dipergok oleh polisi," ujar Alan. "Hehehe..." Liham cengengesan. "Dua bulan lagi, bunda sih nggak keberatan kapan kita nikah, itu dari kita aja, tapi Cassy kan warna negara Jerman, jadi membutuhkan waktu untuk mengurus berkas kami berdua," Nibras dan Alan mengangguk mengerti. "Lagian kalian juga sih, pacaran pakai acara ketangkep segala, untung aja cepat ditangani, kalau publik tahu kan bisa runyam," ujar Alan. "Tapi bagus juga kalau publik tahu, biar tahu kelakuanmu," Alan tersenyum senang. Liham melotot ke arah Alan. "Kita nggak pacaran kok, yah...hari itu Cassy datang bulan terus aku beli pembalutnya dan kasih ke dia di dalam kamar penginapan, kan sudah aku jelaskan kalau kita itu ke penginapannya mendadak karena dari Bandung, Cassy udah nggak nyaman banget jadi kita sekalian mampir di penginapan buat ganti baju dan mandi," jelas Liham. "Ah! Aku nggak percaya, kalau nggak pacaran kenapa Cassy mau kamu lamar?" Alan melirik tajam ke arah Liham. "Sudah jodoh," jawab Liham singkat. "Hehehe," Nibras tertawa geli. "Aku masih ingat wajah muram ayah ketika mengatakan bahwa om Aran menelepon bahwa kamu dan Cassy tertangkap razia polisi di penginapan, hahahahahahaha!" Alan tertawa terbahak-bahak. Twek! Liham mencibirkan bibirnya kesal. "Oh! Waktu kamu lamar Cassy di depan om Aran, pas tahu kalau kamu lamar Cassy karena kalian tertangkap Razia di penginapan, bagaimana wajah om Aran? Aku penasaran! Hahahahaha!" Alan mengusap matanya, air matanya tumpah karena terlalu banyak tawa. Nibras juga ikut tertawa, dia tidak bisa membayangkan wajah syok dari Aran ketika tahu bahwa acara lamaran putrinya terjadi karena mereka tertangkap razia polisi. "Itulah cara kalian berjodoh," ujar Nibras. "Masing-masing punya cara sendiri dalam menyatukan pasangan," lanjut Nibras. Puk Nibras menepuk bahu Alan. "Kita tidak tahu jodoh kita itu siapa, Liham saja sudah sepuluh tahun mengenal Cassy dan ternyata mereka akan menikah, dan kamu saja menikah dengan sepupuku yang tiga tahun lebih tua darimu, hehehe..." Alan mencebikan bibirnya. "Sepertinya kali ini pihak yang lebih tua adalah dari Basri," Nibras tersenyum lebar ke arah kebun bunga. Twek! Alan dan Liham melihat serentak ke arah kebun bunga. ♡♡♡ "Halo tante Lisa, apa kabar?" Aqlam tersenyum manis ke arah Finisa Lisa Jovian, istri dari Alan. "Halo juga Aqlam, kabar tante baik, Aqlam bagaimana?" Finisa tersenyum dan menyapa balik. "Aqlam baik-baik saja, terima kasih telah bertanya," jawab Aqlam manis. "Uuhhh!" Finisa merasa gemas dengan Aqlam, keponakan dari sepupunya ini terlihat sangat pandai dan pintar, dia juga pandai mengambil hati orang lain. "Aqlam, ayo kita main, ini mobil-mobilan terbaru," Dimas, bocah yang berusia sama dengan Aqlam mengajak Aqlam untuk main. Aqlam menoleh ke arah Dimas, dia tersenyum ke arah bocah yang didalam pikiran Aqlam bahwa bocah itu akan menjadi iparnya dimasa depan. "Dimas, bisakah kita main mobil-mobilan ini di lain hari? Aku sudah berjanji pada Chana dan nenek Momok bahwa akan membantu mereka untuk merapikan kebun bunga ini," ujar Aqlam. "Umm..." Dimas terlihat cemberut. Dia melihat ke sekitarnya, memang Chana dan Moti sedang sibuk dengan tanaman-tanaman herbal mereka. Lalu bocah itu melihat ke arah kakeknya yang sedang duduk di samping sang nenek. Glung glung Dengan berat hati, bocah 5 tahun itu mengangguk. Aqlam tersenyum manis. "Terima kasih atas pengertiannya, aku berjanji padamu, jika kita bertemu lagi disini di minggu depan, aku akan menamanimu untuk bermain, pegang janjiku, ayah Ibas selalu mengajarkanku bahwa mengingkar janji itu adalah bukanlah laki-laki sejati." Glung glung "Baik," angguk Dimas. "Uuh...anak manis," Finisa tersenyum senang dengan penjelasan Aqlam yang menurutnya terlalu dini untuk anak berusia lima tahun. "Bunda, aku pikir Aqlam memang benar-benar anak yang manis, dia juga penurut," ujar Finisa ke arah Moti. Moti mengangguk. "Benar, Aqlam adalah anak yang manis, dia juga penurut, tidak pernah bertingkah kasar atau merajuk," Finisa mengangguk. Sedangkan Randra hanya duduk memperhatikan Moti menggunting daun tanaman herbal yang telah mengering. Sejauh ini Randra puas dengan kehidupan yang dia jalani dengan istrinya. Satu tahun yang lalu dia menepati janjinya kepada sang istri bahwa mereka akan bepergian berkeliling dunia ke negara-negara lain. Mereka sekarang ada di kediaman Basri yang di Jakarta karena Popy melahirkan anak lagi, anak kedua Popy dan Ben adalah laki-laki. ♡♡♡ Tok Tok Tok Ceklek Terlihat wajah bule seorang pria membuka pintu kamarnya, ketika pria itu melihat siapa yang mengetuk pintu, wajahnya langsung berubah jelek. Si pengetuk pintu tersenyum manis ke arah pria itu. "Halo om Ben, bagaimana kabarmu hari ini? Aku bawakan bingkisan buah sehat dan beberapa pakaian bayi laki-laki untuk adik bayi yang imut." Trrrrr! Ben memandangi tajam bocah lima tahun itu. "Taruh saja dilantai bawah," ujar Ben datar. Nadanya terdengar cuek dan tidak bersahabat. "Siapa itu? Oh Aqlam! Ayo masuk! Tante Poko kira siapa," Popy, sang istri dari Ben tersenyum ke arah Aqlam. Sret Aqlam membengkokan kepalanya ke kiri menghindar dari tubuh Ben yang menghalanginya di depan pintu. "Ah! Tante Poko, apakah kabar tante Poko baik-baik saja? Apakah aku menganggu istirahatmu?" "Tentu saja menganggu." Jawab Ben datar. "Tentu saja tidak," jawab Popy bersamaan dengan jawaban yang diutarakan oleh Ben. "Aqlam tidak menganggu istirahat tante," Sret Aqlam mendongak ke arah Ben dan tersenyum lebar. "Aku akan masuk karena tante Poko mengatakan bahwa aku tidak menganggu istirahat beliau." Tak Tak Tak Aqlam berjalan ke arah Popy dengan senyum lebar menginggalkan Ben di depan pintu dengan wajah jelek. Sret "Ini adalah beberapa buah segar yang aku pilih khusus untuk tante Poko, buah ini juga sehat, baik untuk wanita yang baru saja lahiran, aku harap tante Poko menyukainya," ujar Aqlam sambil memberikan bingkisan buah segar untuk Popy. "Terima kasih Aqlam," ujar Popy. "Sama-sama tante Poko," "Ah, dan ini adalah beberapa pakaian bayi untuk laki-laki, aku harap pakaian ini cocok untuk adik bayinya," Aqlam memberikan sebuah paper bag kepada Popy. "Wah! Aqlam memang anak yang baik," Hap Popy memeluk sayang Aqlam. Ben yang melihat Popy memeluk Aqlam mencebikan bibirnya dan mendengus tidak suka. "Ayah dan anak sama saja," batin Ben kesal. "Yang ayah menyukai istriku, yang anak menyukai anak gadis kecilku," Ben mendengus di dalam hati. "Maafkan aku karena minggu lalu tidak menemuimu, aku tidak mau mengganggu istirahat tante Poko, aku membantu Chana dan nenek Momok merapikan kebun bunga dan herbal," ujar Aqlam dengan nada menyesal. "Oh...tidak apa-apa kok, tante Poko juga ngerti," Popy tersenyum manis. Mata Aqlam melirik ke arah samping kiri Popy, terlihat bayi laki-laki munggil yang melirik kiri dan kanan. "Oh...adik bayi laki-laki ini sangat imut," ujar Aqlam lembut. "Apakah Aqlam ingin bermain sebentar dengan adik bayi ini?" tanya Popy. Glung glung Aqlam mengangguk antusias. "Tentu saja aku mau," "Tidak bisa, kamu baru saja dari luar, banyak kuman yang menempel pada tubuhmu," Ben menanggapi ucapan Aqlam. Twek Popy melirik ke arah suaminya, kemudian dia tersenyum kikuk ke arah Aqlam. "Tidak masalah om Ben, aku akan mencuci tanganku dengan disinfektan dulu, lalu setelah mengeringkannya, aku akan bermain sebentar dengan adik bayi imut ini," Aqlam tersenyum manis ke arah Ben. Twing! Wajah Ben datar seperti papan cuci. "Ppfftt!" Popy menahan tawa geli ketika melihat ekspresi dongkol suaminya. ♡♡♡ Saya menulis cerita ini di platform D.R.E.A.M.E dan I.N.N.O.V.E.L milik S.T.A.R.Y PTE. LDT Jika anda menemukan cerita ini di platform lain, mohon jangan dibaca, itu bajakan.  Mohon dukungannya. Terima kasih atas kerja samanya.  Salam Jimmywall.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD