Prolog

527 Words
Gadis cantik yang mengenakan bandu berpita sebagai aksen pemanis itu,  hingga kini masih berada di halte bis padahal hari sudah sangat sore. Gadis itu bersenandung kecil mencoba  menghilangkan rasa bosan yang menghampiri nya. Harus nya ia menurut tadi untuk ikut nebeng bersama teman nya.  NADIRA PRAMESWARI atau yang lebih sering dipanggil Nadi, itu sudah satu jam lebih, dia menunggu di halte ini, namun belum nampak terlihat adanya tanda-tanda bus yang akan datang. "Aduh udah sore banget ini. Pak Ujang, sih, lagian ngasih hukuman nggak elit banget suruh nyabutin rumput pake gunting kuku kan aneh," gerutu Nadi tidak habis pikir dengan hukuman aneh yang diberikan oleh guru tercinta nya itu. "Kalo gini kasian Mama, pasti dia sangat khawatir. Nadi kan belum ngabarin Mama. Mana ponsel pake lowbat segala." "Mana bis nya nggak keliatan dari tadi." Ketika Nadi tengah melihat ke arah lain, tiba-tiba ada tiga orang laki-laki turun dari sebuah mobil hitam. Mereka mendekati Nadi, lalu dengan lancang menarik paksa juga kasar lengan Nadi. "Hey lepasin!! Kalian mau apa hah?!"  teriak Nadi sambil berusaha melepaskan tangan ketiga lelaki itu yang kini terus menarik lengan nya. Tiga orang lelaki itu tidak mempedulikan teriakan Nadi mereka malah semakin menarik lengan Nadi, membuat tubuh Nadi terasa terseret. Kaki nya sudah sekuat tenaga menahan, tapi tenaga nya malah melemah. BUGH Salah satu lelaki berbadan besar itu tersungkur ke bahu jalan, karena dengan mendadak ia mendapat tonjokan tepat di rahang nya. Seseorang memukul nya kencang. Lelaki itu, mengenakan hoodie berwarna hitam, tapi wajah nya terlihat dengan jelas. Nadi sempat terpesona beberapa saat. Mata nya melongo, lelaki yang menolong nya terbilang sangat tampan.  Nadi memekik kaget. Dia terlepas. Nadi mundur beberapa langkah untuk menjauh.  "Sialan!" kesal lelaki berbadan besar itu. Akhirnya perkelahian mulai terjadi tanpa bisa di cegah. Nadi mulai berkaca-kaca melihat perkelahian yang ada di depan matanya. Sebelum nya ia tidak pernah melihat perkelahian seperti ini secara langsung, kecuali di sinetron yang sering Mama nya tonton. Nadi mengusap d**a nya lega. Menarik nafas pelan, ketika perkelahian di menangkan oleh cowok yang baru saja menolong Nadi, tadi. Ketiga lelaki berbadan besar itupun pergi menjauh memasuki mobil mereka lalu melesat pergi.  Laki-laki itu mendekat ke arah Nadi. Wajah nya nampak datar. Mata nya menatap Nadi dingin.  "Lo nggak apa-apa?" tanya nya dengan suara serak. Intonasi nya datar tanpa irama.  "Harus nya aku yang nanya sama kamu. Kamu nggak apa-apa?" Lelaki itu menggeleng sebagai jawaban. "Terimakasih sekali udah mau membantu," ucap Nadi tersenyum manis.  Lelaki itu mengangguk pelan.  "Gue duluan," ucap lelaki itu lalu lelaki itu melenggang pergi. Tanpa menengokan kepala nya lagi kebelakang. Tidak memastikan sekali lagi, jika, Nadi akan baik-baik saja. "Iya terimakasih. Sampai jumpa," ucap Nadi sambil melambaikan tangan nya. "Eh aku belum tau siapa namanya kan? "gumam Nadi pelan. Menatap trotoar. Kepala nya terangkat, menatap cowok yang sudah sangat menjauh itu.  "HEY AKU BELUM TAU SIAPA NAMA KAMU!!" Nadi berteriak kencang namun lelaki itu terus saja melanjutkan langkah nya. "Duh deg-degan gini, fix Nadi jatuh cinta." "Ganteng banget tadi cowo nya." "Siapa nama nya kah?"  "Tenang, Nadi kalau jodoh pasti ketemu lagi." Bertepatan saat itu bus berhenti di depan halte. Nadi cepat-cepat langsung naik. Agar cepat pulang dan sampai ke rumah.  ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD