Nevan Mallory

1526 Words
Dunia malam memang tak lepas dari laki-laki bernama Nevan Mallory, dia sangat terkenal royal kepada teman-temannya, dia bukan hanya memiliki harta yang tak berseri, tapi juga wajah dan tubuh yang pas, sangat luar biasa sempurna. Walau demikian, dengan segala kelebihan yang dimilikinya, dia punya cerita masa lalu, masa lalu yang dia malas untuk mengingatnya. Anggap saja itu pelajaran mahal dalam hidupnya. Masa muda yang sedikit kelam. Dunia selalu berputar mengelilinginya, jika dia sedikit angkuh bisa jadi karena alasan itu. Wanita mana yang tidak tergoda oleh penampilan yang luar biasa ini, sudah seperti artis hollywood saja! Garis wajah yang tegas, tatapan mata yang tajam dan senyuman mematikan. Siapa yang tak kenal dengannya. Hanya wanita bodoh saja yang tak mau diajaknya untuk berkencan. Kenakalannya inilah kadang membuat orang tuanya khawatir akan hal yang terulang, tapi dia selalu meyakinkan pada Ibunya bahwa semua akan baik-baik saja. Dia dengan tegas mengatakan bahwa tak akan ada kejadian bodoh yang terulang. Benar jika banyak wanita-wanita datang kekantor untuk bertemu dengannya, mereka datang dengan berbagai macam alasan. Ada yang bilang bahwa dia adalah pacarnya, ada yang mengatakan kalau dia adalah istrinya, tak sedikit yang datang dengan alasan kalau dia sedang hamil. Saat melewati resepsionis di bawah, resepsionis sudah hafal dengan kelakuan wanita-wanita yang berbohong ini. Apabila ada yang datang dengan alasan ini maka akan berhadapan dengan sekretarisnya langsung dan membuat penyelesaian. Ada yang selalu dipegang teguh oleh Nevan bahwa dia tidak pernah melakukan one night stand dengan wanita manapun. Dia hanya sebatas make out saja tanpa penyelesaian. Dia hanya menyelesaikannya sendiri! Kenapa dia melakukan hal ini? Karena alasan yang benar-benar terkait masa lalu, dia tak ingin kesalahan kembali terulang. Hanya sebatas itu saja. Dalam usianya yang tiga puluh empat tahun ini, dia belum berpikir untuk menjalin hubungan serius, oleh sebab itulah orang tuanya beberapa kali menjodohkannya dengan pilihan mereka, tapi Nevan selalu membuat masalah diacara pertemuan itu. Dia selalu menghindar, yang menyelesaikan semua kekacauan ini tentu saja sekretarisnya. *** "Kak Nev, malam nanti Mom akan mengajak kita makan bersama dengan keluarga Pak Antonio. Kau harus ikut, karena anaknya yang baru balik dari Australi si Anne akan dikenalkan denganmu." Meyda, adik Nevan yang terpaut cukup jauh usianya ini datang kekamar Nevan sambil membawakan sarapannya. "Cerewet banget sih." Nevan berkata cuek lalu menutupi lagi wajahnya dengan selimutnya. "Kak Nev! Bangun! Time to go office!" Meyda menyibakkan selimut Nevan dengan terpaksa membuat Nevan mengalah padanya dia bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan kesal ke arah kamar mandi. Ya, Nevan sangat menyayangi adik kecilnya ini, dia memang sedikit cerewet tapi dia sangat perhatian dan selalu membelanya. Mereka sangat dekat walau terpaut empat belas tahun. "Sarapannya kalo sudah bawa keluar kamar ya!" teriaknya sambil menutup pintu kamar Nevan. *** Dikantor saat ini suasana seperti biasa. Nevan bukan orang yang dingin pada bawahan, dia juga tidak cuek dengan pekerjanya. Dia benar-benar memperlakukan manusia dengan sangat manusiawi, tapi jangan pernah mencoba untuk membuatnya marah, karena dia bisa mengamuk seperti singa yang siap mencabik musuhnya. "Pagi Pak," sapa Irya, resepsionis dikantor ini. Dengan senyum menawannya Nevan sambil mengangguk merespon sapaan itu. Hal ini biasa terjadi. Semua tau Nevan seperti apa, semua tau Nevan kesannya selalu bermain-main dan semua tau bahwa Nevan orang yang hangat. Pokoknya Nevan memang luar biasa ditempat ini. Sejak kedatangannya kembali dari Amerika setahun belakangan ini, Nevan benar-benar menjadi idola. *** Handphone Nevan berbunyi, Meyda memanggil, jelas ini ada berita penting yang tak boleh dia lewatkan. "Kenapa?" "Kak Nev, hari ini kudenger dari Mom, Anne akan mampir ke kantor kakak," Ucap Meyda memberikan informasi penting ini membuat Nevan sedang meminum air putihnya tersedak. "Hoek ... Hoek ... Hoek ..." "Kak Nev, Kakak kenapa?" Tanya Meyda. "Nggak ... hoek ... hoek ... nggak apa-apa, cuma tersedak air putih," jawab Nevan sambil mencoba mengatur nafasnya. "Oke, aku cuma kasih tau itu saja, jangan lupa kalo ada Kak Mario yang ganteng itu, sampaikan salamku ya!" Meyda langsung mematikan telponnya dan membuat Nevan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mario, keruanganku sekarang." Nevan memanggil Mario dari sambungan Intercom. Tak lama berselang, Mario yang adalah sekretaris andalan Nevan ini masuk keruangannya. "Ada yang bisa dibantu Tuan?" tanyanya sopan. "Kau ... apa kau sebenarnya sudah punya kekasih?" pertanyaan Nevan yang agak berbeda ini membuat Mario mengerenyitkan dahinya. Sudah pasti Mario adalah Jomblo sejati, dia tidak ada waktu untuk mencari orang lain saat ini, apalagi jika dia harus melayani Nevan yang sebenarnya banyak tingkah dan terlalu menganggap remeh semua masalah. Sudah dikatakan bahwa Nevan adalah orang yang cukup populer dan selalu membuat masalah. Sejak kembalilnya Nevan dari Amerika, membuat hidup Mario tidak sempat untuk memikirkan hal lain selain membereskan kekacauan Nevan. "Tidak ada Tuan," Jawab Mario dengan tegas dan sangat pasti, membuat Nevan menaikkan alisnya sebelah. "Kau yakin?" ulangnya ingin meyakinkan. "Ya memang tidak ada," jawabnya lagi. 'Harusnya kau tau kenapa aku tidak bisa punya pacar,' umpat Mario dalam hati. "Ah, masa sih? Bukankah kau terlihat sangat tampan, pasti kau sudah memiliki banyak kekasih kan?" Nevan berkata sambil cengengesan, sebenarnya ini yang membuat Mario kesal dengan Nevan, tapi dia tak bisa mengatakan kalau dia kesal, karena jelas dia akan dipecat dari pekerjaannya. "Tuan... apa Tuan punya pacar?" Kini giliran Nevan yang terheran-heran mendengar pertanyaan yang sedikit berani dari Mario ini. "Pertanyaan macam apa itu?" jawabnya sambil terekeh menahan geli, karena tentu saja lucu menurut Nevan, dia bertanya dengan wajah yang sedikit takut setelah mengatakannya. "Ah maaf jika Tuan tersinggung." Mario merasa menyesal mempertanyakan itu, bisa saja dia akan dipecat karena pertanyaan bodoh ini. "Aku jelas tidak punya, aku malas berurusan dengan wanita. Lagipula pacaran membuat pusing. Oke, aku hanya menanyakan itu saja." "Baik kalau begitu Saya permisi keluar." U ucapnya. Baru saja Mario membalikkan badan, seorang wanita membuka pintu ruangan itu. Dia sangat cantik dengan rambut diatas bahu bewarna coklat gelap, baju yang memperlihatkan aset-aset yang dimiliki terekspos dengan sempurna. Blouse putih lengan panjang yang agak transparan, rok coklat tua yang pendek, sepatu dan tas senada bewarna cream. Mata Nevan menangkap kesan seksi yang dimiliki wanita itu. "Nevan, kenalkan aku Anne." Wanita itu berkata tanpa basa-basi, saat pintu ruangan terbuka. Tidak seperti wanita kebanyan dia dengan santainya langsung duduk di sofa dan meletakkan tasnya diatas meja. "Maaf, tapi sebelumnya Anda belum memiliki janji dengan Tuan Nevan," ucap Mario. Jelas sekali sepertinya masalah akan ada lagi, batin Mario. "Saya tidak perlu janji untuk datang kemari, karena Saya diperintahkan oleh Perusahaan Atigro Health Group untuk datang kesni menawarkan kerjasama yang sempat tertunda dua tahun lalu, dan ini sudah dibicarakan dengan Pak Setiawan Haryo, Orang tuanya Pak Nevan." Wanita itu berkata dengan nada bicara datar terdengar tegas dan dingin. Mario dan Nevan saling pandang, Nevan memberikan kode untuk menyelesaikan masalah yang dibawa oleh wanita itu. Benar saja dugaan Mario, dia akan segera menyelesaikan masalah baru yang seharusnya tidak berhubungan dengannya. "Maaf, tapi kami belum mendapat instruksi dari Tuan besar Setiawan tentang masalah ini." Mario berkata dengan sangat sopan. "Apa kau yang bernama Mario?" Wanita ini bertanya sangat dingin dan menatap tajam. "Ya betul, saya sekretarisnya Tuan Nevan," jawab Mario. "Kalau begitu kau bisa keluar, dan tinggalkan kami berdua, karena ada hal yang ingin aku sampaikan pada atasanmu ini." Wanita bernama Anne ini masih beekata dengan datar bahkan terdengar sinis dan sadis. Mario kembali melihat ke arah Nevan yang masih dengan santai duduk di kursinya tak bergeming, hanya melihat tingkah wanita itu saja. Dia hanya ingin tahu sampai dimana kesombongannya. Nevan memberikan kode untuk meninggalkan mereka berdua, Mario segera keluar dari tempat itu. "Apa yang ingin kau bicarakan Nona Anne?" tanya Nevan sesaat setelah pintu ditutup dari luar oleh Mario. "Hanya dua hal yang ingin aku sampaikan padamu Tuan Nevan Mallory," ucap wanita itu sambil menatap tajam ke arah Nevan. "Katakan saja, aku tak suka yang bertele-tele," balas Nevan dengan nada sengit. Dia tak mau kalah dengan Anne. "Baguslah, kita sepakat. Pertama, aku hanya mau berhubungan denganmu jika menyangkut hubungan kerjasama yang saling menguntungkan. Kedua, aku tidak tertarik dengan jamuan makan malam hari ini. Jadi, lebih baik katakan pada keluargamu bahwa aku, Anne Zaliatara Arago tak tertarik dengan pernikahan bisnis." Setelah mengatakan itu dia berdiri, dan berjalan menuju pintu. "Kau bahkan terlalu percaya diri, Nona. Harusnya kau menunggu jawaban sebelum keluar dari tempatku." Nevan kemudian berdiri dan melangkahkan kakinya dengan lebar mendekat ke arah Anne yang langkah kakinya terhenti di sebelah sofa. "Aku bahkan tak membutuhkan jawabanmu," balas Anne masih dengan suara yang angkuh. Nevan kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Anne lalu berbisik di depan daun telinganya yang terpasang anting berlian kecil, "Aku sepakat, bahwa tak akan ada pernikahan diantara kita. Kau jangan terlalu percaya diri untuk tidak takluk dibawah kuasaku." Bisikan ini membuat wanita ini meneguk air liurnya hanya untuk menahan kerongkongannya yang mendadak kering. Kesal dengan getaran yang mengalir itu, dia melepaskan tangan Nevan dengan kuat. "Jangan berani kurang ajar padaku!" Anne berkata dengan kesal lalu berjalan keluar dari tempat Nevan. Nevan hanya memandangnya dengan sinis, "kita lihat saja nanti Nona Anne," gumamnya dengan pandangan sadis. Mario yang menyadari tamu Nevan sudah pergi ini segera masuk kedalam ruangan Nevan. "Tuan dia adalah—" "Tak usah kau jelaskan. Aku hanya penasaran keangkuhannya itu sampai dimana. Apa kita harus bersiap untuk main-main?" Mario yang mendengar ucapan Nevan barusan merasa bahwa Nevan memberi instruksi baru kalau dia harus bersiap membereskan masalahnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD