bc

Kenan & Kanaya

book_age18+
1.2K
FOLLOW
18.3K
READ
independent
drama
comedy
sweet
Writing Challenge
humorous
spiritual
pilot
like
intro-logo
Blurb

Ini adalah kisah:

Orang yang setia namun dikhianati.

Orang yang masih terjebak masa lalu.

Orang yang menyesal pernah meninggalkan.

Dan orang yang saling jatuh cinta, namun kalah oleh takdir

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Biasanya, perempuan akan memilih pergi dengan kelompoknya, geng, squad atau apapun sebutannya. Namun tidak dengan gadis berusia 26 tahun itu. Ia merupakan gadis independent, mandiri, cerdas, dan sukses. Di usianya sekarang, namanya semakin terkenal sebagai salah satu fashion designer ternama negeri ini. Bahkan salah satu karyanya pernah muncul di majalah fashion Internasional. Fashion is passion. Sejak kecil, ia memang hobi menggambar. Awalnya coba-coba menggambar manga atau kartun Jepang. Namun sejak ia berada di awal SMA ia tahu kemana jenis gambar yang ia sukai. Oleh karena itu, ia mencoba untuk membuat desain pakaian sendiri yang mula-mulanya memakai buku sketsa. Setelah lulus dari SMA ia memutuskan untuk masuk ke sekolah Fashion bertaraf internasional di Jakarta. Beruntung Ayahnya adalah tipe orangtua humanis, yang tidak banyak menuntut anak harus sesuai dengan keinginannya sendiri. Untuk itu, ia masuk ke ESMOD Jakarta. Setelah keluar dari CGV ia melangkahkan kaki ke salah satu restoran cepat saji. Ia duduk di kursi paling pojok, berniat agar tidak ada siapapun yang mengganggu. Aneh memang, dari sekian makanan enak dan mewah di Plaza Indonesia ini, ia lebih memilih untuk ke waralaba yang menjual root beer. Apalagi alasannya kalau bukan karena  merindukan seseorang. "Nggak usah deh kamu pergi clubbing, minum root beer AW aja udah teler!" Suara itu terngiang jelas di telinganya delapan bulan yang lalu saat dia kembali ke daratan. Saat ini orang yang dirindukan itu sedang berjuang melawan badai yang menerjang kapalnya. Semoga saja dia selalu dilindungi oleh yang Maha Kuasa. Ia langsung menengguk segelas root beer yang sudah ada dihadapannya, hingga menyisakan setengah dari gelas besar. Satu minggu ini ia sangat sibuk, mulai dari mengurus fashion show nya nanti di Jakarta Fashion Week, deadline desain, dan belum lagi harus mengurus kliennya yang cerewet. Seluruh tubuhnya mau remuk rasanya. "Oh my God Mommy, she is Lisa Blackpink. My favorite girlband." "Really? Mungkin kamu salah lihat, Dear." Seorang anak berusia 15 tahun, menarik tangan Mommynya kepada gadis yang tengah duduk sendiri itu. Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan handphone dari tasnya. Setelah tiba pada orang yang menarik perhatiannya, anak itu mendudukkan diri di kursi yang berhadapan dengan gadis itu. Begitu pula dengan Mommynya. "Are you Lisa Blackpink? Can I take picture with you?" "Eh?" Gadis yang merasa kepalanya sedikit pusing itu langsung tersadar. Matanya memicing melihat seorang anak yang ditaksir masih SMP mengarahkan handphonenya. "Lisa saranghaeyo. I'm Blink," pungkas anak itu. "Bu-bukan. Saya Kanaya. Saya bukan Lisa," sergah gadis itu menyebutkan namanya. Seringkali ia mendengar entah itu dari klien, dari pekerja, atau bahkan dari orang yang baru dikenalnya seperti ini kalau wajahnya mirip dengan salah satu member girlband Korea yang berasal dari Thailand. Lisa Blackpink. "Mommy." Anak itu tiba-tiba menangis sambil meremas tangan wanita yang ada di sampingnya. Wanita itu menatap Kanaya nanar, dari wajahnya ia sangat memohon kalau ia harus menuruti mau putrinya. "Tapi saya bukan Lisa, Tante." "Nggak papa Mbak, dari pada anak saya terus nangis," bujuk wanita itu. Yang akhirnya membuat Kanaya menyerah dan membiarkan anak yang bernama Quinsha itu mengambil gambarnya. "Terima kasih ya, Mbak. Papanya sering memanjakannya jadi dia seperti itu. Apa yang dia mau, harus segera dituruti," jelas Tante Suci menjelaskan sifat putri satu-satunya itu. Kanaya mencoba mengerti dan menyunggingkan senyumnya. Terkadang, kesalahan orangtua adalah terlalu memanjakan anaknya. Terlebih jika dahulu orangtua berada dalam kondisi ekonomi yang serba sulit. Karena kasih sayang yang begitu besar kebanyakan orangtua tidak mau sampai anaknya seperti dirinya yang untuk makan saja susah. Untuk itu, segala sesuatu yang diinginkan sang anak selalu dipenuhi tanpa adanya kerja keras. Tidak bisa disalahkan juga, dan wajar kalau orangtua selalu ingin yang terbaik untuk anak. Siang malam kerja pontang panting banting tulang untuk apa jika uangnya tidak digunakan untuk keluarga. Hanya saja caranya yang salah, sehingga membuat anak menjadi manja. Begitu menurut Kanaya, perempuan yang dikenal mandiri itu. Setelah ibu dan anak itu pergi meninggalkannya, ia mengeluarkan benda persegi dari tasnya. Membuka aplikasi Safari, kemudian mengetikkan satu nama di mesin pencarian. Lisa Blackpink ke Indonesia, dan telah sampai di Soetta sore ini. Satu artikel paling atas ia klik, di sana tertulis Lisa seorang member girlband Korea datang untuk menghadiri acara salah satu E-Commers di Indonesia. Ia juga membuka foto-fotonya, secara sekilas memang mirip. Rambutnya panjang dengan poni depan. Mata bulat, hidung mancung, serta bibir yang sedikit tebal namun seksi. Bahkan keduanya sama-sama punya tahi lalat di leher. Bedanya Lisa berambut blonde, sedangkan rambutnya berwarna hitam. "Ck, masih cantikkan juga gue kali," ucapnya percaya diri sambil meniup poninya sendiri. Satu tangannya mengambil kentang goreng yang satu-satunya tersisa, mencocolnya ke saus dan langsung memasukkannya ke mulut. Ia menepuk pipinya sendiri, mencoba untuk mengurangi rasa pusing akibat segelas root beer yang sudah tandas. Setelah itu beringsut dari duduknya dan pergi meninggalkan restoran cepat saji itu. ••• Setelah sebulan full bekerja, tidak ada salahnya kalau sebagian dari uang yang didapat dipakai untuk kesenangannya sebagai wanita. Tuntutan pekerjaan yang mengharuskan penampilannya selalu on mau tidak mau ia harus update soal make up dan skin care. Meski tidak ada seorang pun yang memujinya, karena orang yang biasa bilang dirinya cantik masih berlayar. Tapi bukan itu tujuannya, ia berdandan untuk menyenangkan hatinya saja. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke outlet make up high end, kemudian berlanjut ke store sepatu. Matanya tertuju pada satu sepatu yang dipajang di etalase. Sepatu jenis stiletto yang biasa menjadi favoritnya. Meski kadang ada beberapa model yang membuat kakinya sakit, namun tidak masalah untuk menunjang penampilannya agar semakin terlihat cantik. Beauty is pain, and this real. "Mbak model ini ada yang warna lain?" tanya Kanaya pada pramuniaga. "Tapi yang nomornya 39 ya, Mbak," tambahnya lagi setelah mendapat anggukkan. Pramuniaga itu langsung pergi untuk mengambil sepatu lain. Tidak lama, pramuniaga itu muncul dan membawa sepasang sepatu berjenis sama dengan warna yang berbeda. Sepatu itu berwarna peach, yang merupakan warna kesukaannya.  "Yasudah Mbak, saya pilih yang itu. Ukurannya sama, kan?" "Iya, sama." Kanaya langsung membayar sepatu yang menjadi incarannya itu. "Makasih," ucapnya kemudian keluar dari Store. Ia menggelengkan kepalanya sendiri yang masih sedikit pening. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana pusingnya kalau ia benar-benar minum-minuman beralkohol. Baru beberapa langkah dari Store, ponselnya bergetar. Seulas senyum nampak di wajah cantiknya saat melihat nama yang tertera di layar yang berkedip-kedip itu. Digesernya panel hijau ke samping, ia langsung mendekatkan gawainya ke telinga. "Hello my Popeye! Olive kangen!" pekiknya menyebut seseorang di seberang sana adalah tokoh fiksi kartun karya Elzie Crisler Segar hanya karena mereka sama-sama pelaut. "How are you, Beb?" "I—" Suara dari sana tidak terdengar jelas. Putus-putus. "Hello, Beb. Do you hear me?" tanyanya. Ia melangkah lagi, mencoba mencari signal yang bagus agar bisa berkomunikasi dengan kekasihnya itu. "Emang ya di laut susah signal!" tukasnya lagi. Ia masih berjalan, kali ini dengan tergesa-gesa dan .... Bruk! Handphonenya terjatuh, begitu pula dengan handphone seseorang yang menabraknya. "Auwh!" "Duh kalau jalan itu li—" baru saja Kanaya ingin mendamprat orang yang menabraknya, namun segera ia urungkan saat melihat siapa sang pelaku. Bukan. Yang menabraknya bukanlah pria ganteng yang biasa diceritakan di novel-novel, melainkan seorang nenek-nenek. Ups. Sebutan nenek-nenek terlalu tua, lebih tepatnya Granny, karena biarpun wanita itu nampak tua tapi masih tetap stylist. "Maaf anak muda, saya tidak sengaja menabrakmu," ucap wanita tua itu dengan rasa bersalah. Kanaya mengembuskan napasnya untuk menahan amarah. Seulas senyum terbit di wajahnya, meski hanya senyum terpaksa. "Nggak papa Granny, saya juga salah kok. Jalannya terburu-buru." Netranya langsung tertuju pada dua benda yang tergeletak di lantai. Kedua matanya itu menatap lamat-lamat, benda itu sama-sama berwarna rose gold. Akhirnya Kanaya langsung mengambil keduanya, yang satu ia berikan pada Granny dan yang satu ia pegang. "Handphonemu tidak masalah?" tanya Granny lagi sambil memerhatikan benda persegi di tangan Kanaya. "Nggak papa, Granny. Masih oke. Saya permisi dulu," pamitnya. Dan segera berjalan untuk keluar melalui pintu utama. "Halo, Beb? Kamu masih di sana?" "Di mana?" seseorang di seberang sana malah balik bertanya. "Di pintu utama PI," jawabnya. Selanjutnya tidak ada suara lagi meski sambungan masih aktif. Kanaya mencoba melihat layar. Nama yang tertera di sana bukanlah nama Popeye-nya melainkan nama Kenan Asyari. "Lho, kok?" "Halo?" suara di sana menyahut lagi. Mata Kanaya menangkap seorang laki-laki dengan tubuh tegap berjalan ke arahnya. Laki-laki itu seperti dirinya yang juga tengah memegang ponsel di telinga. "Halo." "Halo." "Halo." "Halo." Terus saja seperti itu hingga laki-laki dengan kemeja cokelat itu mendekat ke arahnya. Bahkan Kanaya sampai harus menahan napasnya, saat posisinya begitu dekat berada di depan laki-laki itu. "Kenapa handphone Eyang bisa ada di kamu?" tanya laki-laki itu dengan tatapan menyelidik. Kanaya masih terpaku, melihat betapa tampannya makhluk di hadapannya ini. Sepertinya saat pembagian wajah, dia hadir pertama kali. Ah, bahkan bukan hanya wajahnya saja yang keren, tapi tubuhnya juga. Astaga! Sadar Nay, sadar! Di laut sana ada orang yang sedang berjuang buat nikahin lo! "Saya tanya kenapa nggak dijawab?!" sentak laki-laki itu yang membuat Kanaya langsung tersadar. "Kamu mencuri handphone Eyang saya?" "Apa-apaan nuduh gue maling? Gue bisa kali beli handphone itu sepuluh biji!" sergah Kanaya tak terima. Laki-laki itu langsung menangkap tangan Kanaya yang berada di udara. Sontak hal itu membuat jantung Kanaya lompat-lompat menggedor rusuknya. Pasalnya sudah lama tangannya tak digenggam oleh seorang laki-laki, dan kali ini malah ia menikmati genggaman itu meski dari lelaki yang baru dikenalnya. "Kembalikan handphone Eyang saya." Lelaki yang ditaksir bernama Kenan itu mengambil paksa handphone di tangan Kanaya. Sontak Kanaya langsung tak terima. "Apaan sih? Itu handphone gue!". "Dasar maling! Udah ketauan tetep aja nggak mau ngaku!" "Stupid I hate! Balikin handphone gue!" Kanaya tetap mencoba mengambil benda itu di tangan Kenan yang berada di balik tubuhnya. "Security!" Kanaya langsung berhenti seketika. Oh my God, dia adalah fashion designer ternama, ia tidak mau namanya tercoreng dan masuk media karena ulah lelaki sinting itu. "Dia mencuri handphone Eyang saya. Silakan di usut kasusnya." "Gue bukan pencuri! Gue itu Kanaya Palazzo, fashion designer ternama yang namanya sering masuk majalah-majalah fashion. Please Pak, saya bukan pencuri." Lelaki itu malah tertawa saat Kanaya menyebutkan siapa dirinya. Ia tidak percaya kalau cewek bar-bar di depannya ini adalah fashion designer. "Kenan stop!" Baru saja drama akan dimulai saat kedua security ingin mengamankan Kanaya, sebuah suara menginterupsi yang membuat seluruh pergerakan terhenti seketika. "Eyang," lirih Kenan. "Eyang nggak papa? Perempuan ini sudah mencuri handphone Eyang," adu Kenan. "Aduh-aduh! Ampun Eyang. Sakit!" Kenan mendapatkan jeweran di telinganya. Ia mengaduh kesakitan. "Dia bukan pencuri. Justru Eyang yang salah sudah menabraknya. Bahkan nih, iPhone nya rusak karena Eyang," ujar Eyang sambil menunjukkan benda persegi yang layarnya sudah tak beraturan. Mata Kanaya langsung melotot sempurna. "Oh my God! My Popeye?!" ******  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.2K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.3K
bc

Broken

read
6.4K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.9K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook