bc

A Secret Of HIM (Bahasa Indonesia)

book_age18+
1.9K
FOLLOW
28.7K
READ
billionaire
love-triangle
possessive
arrogant
manipulative
drama
bxg
mystery
lonely
like
intro-logo
Blurb

21+ [NOT FOR CHILDREN AREA]

[SQUEL OF YOUNG CEO]

Sabrina menyukai Carlos, seorang lelaki yang menolongnya ketika ia hampir dilelang di sebuah bar. Namun ketika mereka mulai hidup bersama, Sabrina akhirnya tau ternyata Carlos adalah seorang penyuka sesama jenis.

Apakah Sabrina akan menyetah dan benar-benar melepas Carlos? Atau justru semakin takluk pada pesona lelaki itu?

Lalu jika demikian, apa tujuan Carlos memenangkan lelang dan melepaskan Sabrina dari mucikari kejam itu?

Disinilah, rahasia terbesar Carlos yang selama ini tak di ketahui semua orang akan terungkap.

Bagaimana kisah ini akan berlanjut?

***

Baca Selengkapnya ...

***

DAILY UPDATE

chap-preview
Free preview
1. Lelaki Posesif
Hingar bingar musik didalam ruangan itu begitu memekakkan telinga, cahaya lampu yang menyorotpun terasa begitu menyilaukan tempat remang itu. Ditengah ruangan semua orang sedang menggila, menari dengan sangat bebasnya. Setiap sudut bau alcohol, disetiap tempat banyak sekali orang yang b******u. Tempat ini, tempat kotor, tempat penuh dosa.   Namun tempat penuh dosa itu menjadi saksi bisu perjuangan seorang perempuan demi menjalani hidupnya yang terasa sangat buruk. Perempuan itu, Sabrina. Sedih, marah atau pun bahagia, semua orang tak akan peduli dengan semua yang ia rasakan. Karena disini dia hanya berkewajiban memberikan senyuman terbaiknya pada para pelanggan yang ia layani. Tidak ada hak untuk marah, bahkan saat perkataan orang-orang itu menghinanya. Tak ada hak untuk bersedih, karena ini tempat orang-orang mencari kebahagiaannya. Sabrina, benar-benar hanya harus bahagia. Memberikan senyuman terbaiknya dan juga sapaan penuh santunnya.   “Tolong jangan macam-macam Sir.” Tegur Sabrina saat seorang laki-laki tua berusaha menyentuh dirinya.   “Cih! Jangan sok suci ditempat begini, jalang. Kau hanya perlu melayaniku tanpa banyak membantah. Atau aku laporkan pada boss mu agar kau dipecat?”   Sabrina sudah mengepalkan tangannya mendengar kalimat itu. Namun sekali lagi, ia tidak bisa melakukan apapun selain hanya membalas ucapan lelaki tua itu dengan senyumannya yang ia paksakan.   “Aku akan bayar berapapun. Duduk dan layani aku dengan baik.” Lelaki itu meraih pergelangan tangan Sabrina, bahkan mencengkramnya dengan erat.   “Lepaskan.”   Senyuman Sabrina mengembang begitu melihat lelaki yang ia tunggu akhirnya datang. Carlos Peter, seseorang yang memanusiakan dirinya dengan baik. Tidak pernah menghinanya, atau merendahkannya. Jangankan melakukan itu, menatapnya sebelah mata saja tidak pernah. Carlos justru selalu menatapnya dengan tatapan sayu. Meski sangat dingin tapi ia merasa nyaman dengan tatapan itu. Setidaknya Carlos berbeda dengan yang lain, dengan tidak merendahkannya karena pekerjaan yang ia lakukan.   “Mr. Peter.” Ujar Sabrina dengan senyuman yang mengembang.   “Jangan macam-macam Sir, dia milikku.” Carlos melirik Sabrina sesaat sebelum menggamit tangan mungil itu, membawanya pergi dari hadapan lelaki mata keranjang tersebut.   Sabrina hanya diam, mengekori Carlos hingga keduanya memasuki sebuah ruangan –kamar yang memang biasa mereka gunakan.   “Sir—akan aku ambilkan minumanmu terlebih dulu.”   “Tidak perlu Sabrina. Kau cukup duduk disini. Temani aku. Biar pelayan lain yang mengantarkan minumannya.” Ujar Carlos.   Sabrina mengangguk, kemudian mendudukkan dirinya disamping Carlos, duduk dengan sesekali melirik lelaki itu yang tampak sibuk dengan ponsel ditangannya itu. Entah berapa juta yang dia keluarkan untuk bersamanya malam ini, ia juga tak tau. Tapi orang-orang bergosip bahwa, lelaki dihadapannya ini memang membayar mahal, hanya untuk ia temani minum.   Saat Sabrina mencuri pandang sekali lagi, Carlos menoleh. “Kenapa Sabrina? Ada yang salah?”   Sabrina menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu berujar pelan. “Terimakasih Sir. Kau selalu menolongku.”   Seringaian tipis muncul dibibir Carlos, tatapannya bahkan kali ini terasa sangat dingin dan menusuk. “Aku sudah memberikan bayaran pada pemilik tempat ini agar kau temani. Aku akan rugi jika aku membiarkan kau dengan yang lain.”   Hembusan nafas pelan terdengar dari mulut Sabrina. Selalu saja jawaban seperti itu, Carlos tidak pernah mengganti jawabanya sejak beberapa bulan yang lalu saat pertama kali mereka bertemu. Respon lelaki itu mungkin terlihat sangat menyebalkan, tapi entah kenapa jika berada disamping lelaki itu ia selalu merasa aman dan tidak pernah merasa terancam seperti saat diluar sana.   “Sebelum aku datang, sebaiknya kau diam diruangan pegawai.”   “Hng?” Sabrina menatap Carlos yang baru saja meletakkan ponselnya. Lelaki itu membalas tatapan Sabrina dengan sangat datar.   “Aku tidak ingin uangku sia-sia dan—aku tak sudi melihat orang lain menyentuh sesuatu yang telah menjadi milikku.”   “Aku bukan milikmu, Sir.”   “Kau milikku, setidaknya untuk malam ini dan satu bulan kedepan.”   Sabrina bungkam. Jadi itu maksudnya? Ia pikir Carlos mengatakan kepemilikan untuk hal lain.   Kau terlalu banyak berharap Sabrina.   Seorang pelayan datang membawa nampan berisi dua gelas dan satu botol minuman yang ia tau harganya sangat mahal, bahkan harga minuman itu mampu membayar sewa flat-nya untuk satu tahun kedepan, atau bahkan lebih?   Sabrina menuangkan minuman tersebut kedalam gelas yang telah ia berikan pada Carlos. Cairan pekat berwarna merah itu mengalir, terlihat sangat menggoda untuk dicicipi. Ia kemudian menatap lelaki dihadapannya itu yang kini mulai menyesap minumannya dengan sangat tenang.   Seperti inilah pekerjaan Sabrina sejak beberapa bulan terakhir. Menemani Carlos, benar-benar hanya menemaninya. Ia jarang sekali berinteraksi, bahkan Carlos tidak pernah bertanya mengenai dirinya, atau mungkin alasan dirinya bekerja ditempat haram seperti ini. Bahkan mereka tidak pernah melakukan kontak fisik selain dari Carlos yang memegang tangannya saat memasuki ruangan itu beberapa saat lalu.   Lamunan Sabrina buyar saat Carlos mengulurkan ponsel padanya. Ia menatap lelaki itu beberapa saat sebelum menerima benda pipih tersebut.   “Simpan nomor ponselmu.”   “Tapi—untuk apa Sir?”   Carlos menatap Sabrina dengan sebelah alis yang naik. “Untuk apa lagi? Anggap saja itu layananmu padaku.”   Sabrina menunduk, Carlos memang dingin tapi dia tidak pernah berkata seperti itu. Wajah Carlos juga tampak sangat muram, berbeda dengan hari-hari biasanya.   “Sepertinya kau ada masalah Sir. Kau tidak pernah berkata seperti itu padaku.” Ujar Sabrina dengan suara yang sangat pelan. jujur saja, ia sangat terkejut dengan kalimat yang lelaki itu lontarkan.   Hembusan nafas kasar Carlos keluarkan, netranya yang sejak tadi menatap kosong kearah jendela yang terbuka kini menatapnya kembali. “Satu minggu kedepan aku tidak bisa datang.”   Sabrina mengerutkan keningnya. “Lalu? Aku pikir tak masalah Sir.”   “Aku sudah membayarmu hingga satu bulan penuh, maka kau harus pastikan selalu ada waktu untuk menghubungiku.”   “Kenapa begitu?”   “Karena aku sudah membayarmu. Apa kurang jelas?”   Sabrina merengut, ia bahkan mencebik kecil. Iya sih dia sudah membayarnya, tapi tidak perlu diperjelas juga kan?   Sabrina mengetikkan beberapa angka didalam ponsel tersebut kemudian ia berikan kembali benda itu pada pemiliknya. “Sir.”   “Apa ada sesuatu yang mengganggumu? Kau bisa mengatakan apapun padaku, aku akan menjaga rahasiamu.” Ujar Sabrina. “Setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan sebagai balasan dari bayaran yang kau keluarkan selama ini.”   Iris berwarna emas itu menatap pada Sabrina dengan penuh arti, terasa sangat dalam dan begitu menenggelamkan. “Jangan rendahkan dirimu Sabrina.”   “Dengan bekerja ditempat seperti ini, bukankah aku sudah rendahan?”   “Shut up!” tegas Carlos yang membuat Sabrina seketika mengunci mulutnya.   Carlos masih menatap perempuan itu kemudian menghela nafas panjang. tak berapa lama, ia merebahkan kepalanya tepat dipangkuan Sabrina.   “Sir.”   “Diamlah. Aku lelah.” Ujar Carlos seraya memejamkan matanya.   Sabrina menatap wajah rupawan Carlos, ujung jemari mungilnya perlahan dengan berani menyusuri setiap lekuk wajah tegas milik lelaki dihadapannya ini, membelainya dengan sangat lembut. Hidungnya yang tajam, bulu matanya yang lentik, alisnya terbentuk sempurna dan juga bibir penuhnya yang terlihat sangat menggoda.   Carlos, lelaki tampan dengan penuh kesempurnaan. Dulu—Sabrina selalu berpikir bahwa tidak ada lelaki tampan yang baik. Setidaknya—lelaki tampan itu jika tidak b******k, maka dia penyuka sesama jenis. Tapi sepertinya Carlos tidak ada dalam kedua kategori itu. Karena setelah beberapa bulan mengenal lelaki itu. Ia tau, dia merupakan lelaki tampan yang sangat baik meskipun terlihat dingin.   Semakin hari semakin mengenal Carlos, terkadang bahkan Sabrina pikir bahwa, Carlos bisa mendapatkan perempuan lain yang lebih cantik darinya dengan sangat mudah. Bahkan tanpa membayarpun ia yakin akan banyak wanita yang dengan senang hati menemaninya, bahkan memberinya kenikmatan. Masih banyak juga perempuan cantik yang begitu menggoda dengan bentuk tubuhnya yang indah ditempat ini. Tetapi dibanding mereka, Carlos lebih memilih dirinya yang jauh dari kata sempurna. Kenapa dirinya? Kenapa harus selalu dirinya yang menemani Carlos? Kenapa harus seorang Sabrina yang tidak begitu cantik dan tidak bisa memberinya kenikmatan?   Banyak yang selalu Sabrina pikirkan tentang lelaki dihadapannya ini. Sampai terkadang Sabrina berpikir bahwa, Carlos memiliki tujuan tertentu terhadapnya. Tapi apa? Tujuan Apa?   ***   Bersambung ...   ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Destiny And Love

read
1.5M
bc

PERFECT PARTNER [ INDONESIA]

read
1.3M
bc

Turun Ranjang

read
578.7K
bc

Bastard My Boss

read
2.7M
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

Sweet Sinner 21+

read
879.7K
bc

10 Days with my Hot Boss

read
1.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook