bc

After Married [Lisa Gavin]

book_age18+
3.7K
FOLLOW
131.8K
READ
love after marriage
arranged marriage
dare to love and hate
drama
tragedy
sweet
bxg
campus
illness
polygamy
like
intro-logo
Blurb

“Jangan menangisi lelaki sepertiku, Sa. Berhentilah menangis."

Perlahan Calisa menempelkan telapak tangan ke d**a Gavin. “Nanti di dalam hati ini bukan lagi nama Kak Malya yang terukir, melainkan namaku. Lisa yakin Mas Gavin bisa mencintaiku lagi seperti dulu, bukan begitu?” Mata coklat Calisa menatap Gavin sendu.

“Aku tidak dapat menghapus namanya ...."

Calisa tidak mampu lagi mempertahankan senyuman, kini senyuman itu telah luntur dari wajahnya.

"Namun aku berusaha untuk menyediakan tempat mengukir namamu. Dan tempat yang akan lebih luas dari pada tempat yang sudah aku sediakan untuk Malya.”

chap-preview
Free preview
1. Ada Apa dengan Gavin dan Malya?
Wanita itu mengerang ketika seorang lelaki tengah menyatu dengannya. Entah apa yang baru dilakukan lelaki itu, wanita itu merasakan kenikmatan duniawi yang tak pernah dirasanya sebelumnya. Awalnya memang begitu sakit perih setengah mati sampai pekikkan kesakitan terganti des4han dan erangan kenikmatan. “Kenapa sayang? Apa ini terlalu nikmat untukmu hmm?” tanya lelaki itu menggoda dengan menyunggingkan senyuman. “Kamu menyukai permainan ini, 'kan?” “Sialll ...! Kamu membuatku ....” Wanita tersebut tak kuasa melanjutkan ucapannya, dia terengah, seakan kewalahan dengan desah napas yang dihasilkan pergulatan panas seorang sepasang kekasih yang kini saling menyatu dan menindih sang wanita. “Membuatku apa sayang ....” “Membuatku setengah gila ....” Lanjut wanita itu masih dengan terengah. Kedua tangan bergerak agresif mengalungkan ke area tengkuk lelaki. “Astaga ... sayang .... A-aku gila karnamu.” Sang lelaki hanya dapat menyunggingkan senyuman puas. “Hanya aku yang boleh membuatmu gila di ranjang, sayang,” ucapnya penuh penekanan. “A-a-aku sangat menikmati ....” Lelaki itu melanjutkan aksinya membuat wanita itu mendesah sesekali mengerang kenikmatan yang diberikan oleh sang lelaki. “Ga-Gavin ... astaga ...please.” Racau wanita tersebut. “f**k me!!!” pekiknya nikmat. Sedangkan lelaki itu masih sibuk mengatur ritmenya. Seakan mencari kenikmatan untuk wanita yang kini sedang ditindihnya dan kenikmatan untuk dirinya sendiri.  “Sebut namaku, sayang. Sebut namaku,” perintahnya tak sabar. “Ga-Gavin—” “Aku sampai ... aku akan sampai,” ucap lelaki itu sambil pinggulnya bergerak maju-mundur berkala, hal itu lama-lama semakin kuat dan cepat. Dan wanita hanya mampu mengerang panjang karena pelepasan yang dia alami.  “Sial!!! Aku keluar ... aku keluar ....” kata lelaki kemudian disertai dengan erangan panjang, tanda jika dia mencapai puncak klimaks penuh kenikmatan hingga mencabut dan menyemburkan likuid gametnya ke perut wanita. Mereka berdua sama-sama kenikmatan dan puas. Kini tidak ada lagi bunyi hentakan kulit hanya ada suara deru napas kelelahan saling beradu.  “Thanks, Sa. Aku sayang kamu.” Sesekali dikecup kening kekasihnya dan kini memeluknya erat. “Aku janji bakal nikahi kamu secepatnya.” Sorot mata wanita itu sayu dan penuh harapan seakan mengharapan atas janji lelaki itu. Dia tersenyum dengan damai menanggapi ucapan manis dari lelaki kini sedang memeluknya tersebut. **** Dua bulan kemudian .... Hari berlalu begitu cepat. Wanita bernama lengkap Calisa Dwikara Aryasetya yang mempunya nama panggila Lisa. Calisa rasa baru kemarin keluarga kasihnya datang meminangnya, sekarang datang kembali untuk menghalalkan menjadi kekasih hatinya. Kekasih hati? Calisa harap menjadi kekasih hati Gavin sampai seumur hidup dan maut memisahkan. Ucapan manis dari bibir lelaki yang Calisa cintai menjadi kenyataan, harapan itu sudah ada di depan mata.  Kini Calisa ditemani Malya Lituhayu Aryasetya, wanita itu sebagai kakak kandung Calisa yang baru saja pulang dari Arab. Itupun Kak Malya rela meninggalkan kampusnya di Arab demi menghadiri pernikahan adik tersayangnya.  Calisa tau, Kak Malya berbeda dengannya. Kak Malya sekarang hidup lebih berpegang teguh pada agama. Sedangkan dirinya? Masih cetek dalam ilmu agama. “Wah ... Kakak nggak nyangka bakal dilangkahi sama adik sendiri, Sa,” ucap Kak Malya tersenyum lebar melihat adiknya sudah mengenakan kebaya putih bersih, tangan halusnya kini membelai kepala Calisa yang kini tertutup jilbab, serasa dengan kebaya yang Calisa kenakan. “Adik aku cantik banget sih pakai hijab gini.” Calisa tersenyum antara malu tak enak menimpali perkataan Kak Malya. Tidak enak memikirkan seharusnya Kak Malya menikah lebih dulu karena dia seorang kakak. Tentu lebih tua dari Calisa. “Maaf, Kak. Lisa menikah lebih dulu.” Calisa masih merasa tak enak hati dan sekaligus bersalah. “Seharusnya Lisa menikah setelah Kak Malya,” tambahnya. Kak Malya menggeleng. “Nggak-papa. Kakak dukung kamu, Sa. Kalau ini yang terbaik untukmu, Kakak rela dilangkahi adik sendiri. Ya udah ayo keluar! Calon suami sudah menunggumu.” Calisa tersenyum lebar. Menurutnya Kak Malya benar-benar menjadi kakak yang baik dan pengertian. Calisa yakin suatu saat pasti Kak Malya mendapatkan pendamping hidup taat beragama. Tubuh Calisa terasa panas dingin ketika hampir menghampiri tempat Ijab Qabul yang sudah ada penghulu dan keluarga Gavin serta keluarga Calisa. Calisa menjadi gugup, hatinya berdebar dan tangannya bergetar. Kak Malya meraih tangan Calisa lalu menggenggam erat dan mengelus lembut sembari menuntun Calisa berjalan.  “Jangan gugup, ucapkan bissmilah dan sebut asma Allah,” saran Kak Malya. Calisa hanya bisa mengangguk patuh dan membaca basmalah dalam hati. Mata Calisa menyapu ruangan itu, matanya melihat sudah keluarganya dan keluarga Gavin. Kemudian, Calisa dan Kak Malya sudah berada di tempat ijab qobul. Kedatangan Calisa di sana disambut hangat membuat Calisa tersenyum samar.  Jantung Calisa kembali bergetar saat Mama dan Kak Malya menuntun Calisa menuju Gavin yang kini duduk tegak di depan penghulu. Seharusnya tak segugup ini. Tapi kenapa? Padahal Calisa sudah mengenal Gavin dan sekeluarganya.  Gugup, cemas, deg-degan, khawatir menyelimuti hati Calisa saat duduk di samping Gavin. Pernikahan ini benar terjadi, Calisa masih tak menyangka. Selesai acara prakata dan sedikit ceramah dari penghulu. Setelah itu, penghulu berjabat tangan dengan Gavin. “Bismilahirohmanirohim,” ucap penghulu, jeda seperdetik dengan pengeras suara penghulu mengucapkan ijabnya, “Saya nikahkan dan kawinkan kau, Gavin Helga Ascarya bin alm. Restu Presetyo dengan, Calisa Dwikara Aryasetya bin Muhammad Arya Setya dengan mas kawin cincin berlian dan seperangkat alat solat, dibayar tunai!” Hening. Gavin belum membuka suara. Dia masih menjabat tangan penghulu. Ada apa dengannya? Tiga puluh detik Gavin akhirnya membuka suara, “Saya terima nikah dan kawinnya Calisa Dwikara Aryasetya Binti Muhammad Arya Setya dengan mas kawin cincin berlian dan seperangkat alat solat, dibayar tunai!” “Gimana para saksi?” Sah?!” “SAH!” Semua para tamu undangan bersorak-sorai menyerukan bahwa ijab qabul yang baru saja terlontar dari mulut penghulu telah sah dan tak satupun terlewatkan.  “Allhamdulilah...” ucap semua orang. Calisa dengan penuh keberanian mendongakkan kepala, menolehkan ke samping di mana suami sahnya membalas tatapan Calisa dengan tersenyum. Jantung Calisa semakin berdetak kencang ketika jarak tercipta diantaranya semakin dekat. Calisa dapat melihat pancaran kebahagiaan di wajah Gavin, begitu juga dengan dirinya. Senang sekali, bahkan sangat senang.  “Gavin, terima kasih telah menikahiku secepat ini. Aku menjadi wanita paling beruntung,” batin Calisa. Calisa menyentuh telapak tangan Gavin, mata mereka saling bertemu. Dan Gavin pun ikut mengangkat tangannya hingga Calisa mengecuap tangan Gavin. “Terima kasih telah bersedia menjadi istriku.” Perkataan terdengar begitu lembut dari Gavin, dia mengecup kening Calisa singkat. **** Acara pernikah sudah selesai dan berjalan dengan lancar tanpa halangan. Para tamu sudah pulang ke rumah masing-masing. Hanya tinggal sanak saudara di sana. “Cape yah yang.” Calisa menolehkan kepala mendengar sebutan yang, itukah suara dari Gavin? Ya Tuhan Calisa terkekeh geli. Rasanya berbeda ketika masih berstatus pacar dengan sebutan panggilan yang, sekarang lebih bergairah “Kenapa ketawa?” tanya Gavin bingung sembari menyeka keringat Calisa dengan lembut yang membasahi kening. “Janjiku sudah aku tepatikan? Sekarang bolehkah aku memelukmu lagi, Lisa?” Calisa menjulurkan lidahnya, sifat aslinya keluar. “Dasar bayi gede!” Calisa menggaruk tengkuk tak gatal melihat sifat istrinya masih kekanak-kanakan. “Ya udah nanti di kamar aja. Mau istirahat sekarang?” Calisa mengangguk. Jujur dirinya merasa lelah. Dengan sayangan Gavin merangkul bahu Calisa lalu menggenggam tangannya menuju kamar Calisa dan sudah berpamitan kepada mama Calisa. Calisa menghentikan langkah. “Kak Malya!” teriak Calisa memanggil Malya bermaksud memamerkan suaminya dan memperkenalkan. Bukan apa-apa, pasti mereka belum mengenal soalnya setiap Gavin ke rumah Calisa tidak pernah ada kakak Calisa. “Sini, sini!” “Kenapa, Sa? Apa butuh sesuatu?” tanya Kak Malya setelah mendekat. “Kalian mau istirahat kah?” Nada suara berubah. Calisa mengangguk. Bibirnya bersiap mengeluarkan suara tapi tertahan, dia menolehkan kepala saat Gavin melepaskan genggaman tangan mereka berdua dengan paksa, sedangkan Gavin manatap lekat wajah Kak Malya yang berdiri di depannya. Malya seakan sadar, dirinya berusaha tenang agar tidak terlihat gelisah dan kaget. Dia malah tersenyum sopan ke Gavin. Calisa menatap Gavin bingung dan penuh tanda tanya. Ada apa dengan Gavin dan Malya? Apa mereka saling mengenal? Hening tak ada yang berbicara diantara mereka. _______ Jangan lupa vote ya!  Thanks you

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.6K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.6K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.5K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook