bc

(A)Chromatic

book_age12+
13
FOLLOW
1K
READ
dare to love and hate
student
sweet
Writing Challenge
bxg
highschool
first love
illness
like
intro-logo
Blurb

Kehidupan Fathan berubah drastis ketika tanpa sengaja bertemu dengan Ail--mos wanted SMA Tarja--di sebuah rumah sakit jiwa. Pertemuan inilah yang mengantarkan Fathan untuk mengetahui betapa penting dan rapuhnya suatu hal: jiwa.

chap-preview
Free preview
#1. Halo Effect
“Hoaam …”             Ini kali kesepuluh Fathan menguap sejak menginjakan kaki di kelas pagi ini. Berkutat dengan biji-biji kopi semalaman membuatnya berat untuk membuka mata. Ia kembali menenggelamkan kepalanya dibalik hoodie abu-abunya.         Hari pertama di kelas 12, ia hanya berharap gurunya tidak masuk sehingga ia bisa memejamkan mata sebentar. Satu jam, ah tidak. Tiga puluh menit saja cukup.         “Ada yang namanya Fathan?”         Samar-samar Fathan mendengar suara seseorang memanggil namanya. Tapi matanya terlalu berat untuk sekedar mengonfirmasi siapa. Kesadarannya makin menghilang, bahkan meskipun Evan—teman sebangkunya—mengguncang-guncangkan tubuhnya.         “WOYY, FATHAN! LO DICARIIN CEWEK!” teriakan Evan tepat di telinganya membuat Fathan tersentak. Ia menatap Evan bengis, seolah Evan adalah hewan yang berani membangunkan singa yang tengah tertidur.         Belum sempat Fathan mengeluarkan sumpah serapah pada Evan, suara imut seorang gadis mengalihkan pandangannya.         “Hai Than, ternyata kita sekelas ya. Kebetulan banget.”         Fathan menatap gadis itu dari atas sampai bawah.         Wajah putih pucat tanpa noda, sepasang mata sipit berwarna hitam legam yang dibingkai alis lebat dan bulu mata yang panjang namun turun, hidung kecil, dan bibir berwarna cherry. Rambut gadis itu panjang sepinggang, dengan sedikit curly di bagian bawahnya. Gadis itu tersenyum, memperlihatkan sederet gigi yang rapi.            Gadis itu …         Siapa?         Fathan mengernyit, merasa tidak pernah mengenal gadis yang ada di hadapannya.         “Lo siapa?” tanyanya tanpa basa-basi, yang sukses membuat seisi kelas melongo parah.         “Kamu beneran engga inget aku?” tanya gadis itu, speechless.         Fathan menggeleng cepat, sudah bersiap membenamkan diri kembali ke dalam jaket.         “Hah parah, masa si Fathan engga kenal Ailsa?”         “Gila, selama ini dia hidup di mana sih? Planet Mars?”         “Nolep bener lo Than.” ujar salah satu teman sekelasnya, disusul sahutan oleh teman-teman yang lainnya.         Bodo amat. Fathan berusaha memejamkan mata kembali, kesal karena waktu tidurnya yang berharga terganggu oleh kehadiran gadis yang bahkan tidak dikenalnya.         “Fathan, jangan tidur lagi hei. Ini aku, Ailsa. Masa kamu engga kenal sih,” gadis yang menyebut namanya sebagai Ailsa menepuk-nepuk bahu Fathan, tapi Fathan tetap tidak bergeming.         Ailsa … siapa lagi Ailsa?         Sambil terpejam, Fathan berusaha keras mengingat-ngingat nama itu, nama itu terasa tidak asing di telinganya. Tapi siapa …?         “Kamu anak Tarja juga kan?”         Sekelebat ingatan terlintas di pikiran Fathan.         “Tunggu, sebelum pergi kasih tahu dulu siapa nama kamu.”         “Buat apa?” suara dirinya sendiri terngiang.         “Udah engga usah banyak tanya. Kasih tahu nama kamu atau kamu engga boleh pergi.”         “Fathan. Fathan Abdaniel Darmawan. Puas?”         “Aku Ail. Ailsa Renjana. Inget-inget ya Than, aku jamin kita bakal ketemu lagi.”         Fathan membuka mata, kembali menatap Ailsa yang masih berdiri di hadapannya.         “Ailsa …” ujarnya pelan.         Senyum Ailsa mengembang, senang kalau Fathan akhirnya ingat. “Udah ingat?”         Fathan mengangguk. “Kamu Ailsa yang waktu itu ketemu di—”         “NAH IYA, BENER! YANG WAKTU KAMU LIHAT DI PODFEST!” potong Ailsa cepat, membuat Fathan kembali mengernyit.         Podfest? Kapan pula ia pergi ke Podfest?         “Waktu di ru—”         “IYA WAKTU ITU KITA BELUM BERES NGOBROL KAN? DUH UNTUNG TERNYATA SEKELAS YA KITA SEKARANG!”         Apaansih? Gadis ini halu atau apa sebenarnya?         “Bu Rahma datang, bu Rahma datang!” seru Indra, sukses membuat semua murid kembali duduk di bangku masing-masing.         “Nanti pulang sekolah ngobrol lagi ya Than. See you.” Ailsa mengedipkan sebelah matanya sambil berlalu.         Fathan mendecak kesal begitu Bu Rahma, wali kelas barunya datang. Waktu tidurnya yang berharga terbuang sia-sia hanya karena menanggapi cewek engga jelas bernama Ailsa.     “Than, serius lo baru kenal sama Ailsa?”         Fathan menyambar ranselnya lalu bergegas meninggalkan kelas, malas menanggapi pertanyaan Evan.         “Gila, tiga tahun lo sekolah di mana sih Than? Dia Ailsa lho, Ailsa! Ketua klub radio sekolah kita, podcaster terkenal di Bandung, pokoknya most wanted girl SMA Taruna Jaya!” Evan menyusul langkah Fathan.         “Terus penting buat gua?” balas Fathan dingin, tampak tidak tertarik sama sekali dengan ucapan Evan.         “Lo engga tahu udah banyak banget cowok yang ngebet banget sama dia tapi engga ada yang jadian? Lo beruntung banget dicariin duluan sama dia!”         Fathan mencebik, belum tahu aja Evan alasan Ailsa mencarinya. Fathan yakin betul alasan Ailsa mencari-cari dirinya karena pertemuan mereka tempo hari di …         “Fathan!”         Panjang umur.         Ailsa tampak berlari-lari kecil menyusul Fathan, ia melirik Evan sekilas lalu tersenyum.         “Evan ya? Maaf, boleh tinggalin aku berdua dulu sama Fathan? Aku mau ngomong sama dia hehe.”         Tanpa ba-bi-bu lagi, Evan melenggang pergi sambil melemparkan senyum ke arah Fathan yang dibalas dengan tatapan tajam Fathan. Bisa-bisanya dia ditinggalkan berdua dengan cewek halu satu ini!         “Than? Ngobrolnya sambil jalan yuk? Mmm … sambil makan gimana? Aku tau café enak deket sini. Mau kan?”         Fathan nyaris menolak tawaran Ailsa, tapi membayangkan gadis itu ngotot dan malah menarik perhatian seisi sekolah lebih membuatnya malas. Sekedar info, Fathan adalah seorang energy saver sejati. Memperpanjang masalah bukanlah prinsipnya.         “Lo bawa motor?”         “Engga, hehe. Aku engga bisa bawa kendaraan.” Jawab Ailsa polos.         Fathan menghela nafas. Untung dia selalu membawa helm dua untuk dipakai Evan. Seolah mengerti arah langkah Fathan, Ailsa mengikutinya pergi ke parkiran. Fathan tidak peduli dengan tatapan shock seisi sekolah ketika Ailsa berada dalam boncengannya. Ia hanya ingin segera terlepas dari masalah pertamanya di awal kelas 12.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Yes Daddy?

read
797.7K
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

Billionaire's Baby

read
279.4K
bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

YUNA

read
3.0M
bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook