bc

Unbreakable bond

book_age12+
26
FOLLOW
1K
READ
friends to lovers
manipulative
independent
inspirational
student
drama
icy
city
highschool
friendship
like
intro-logo
Blurb

Calysta, atlet panahan muda yang terkenal dengan sifat cuek, ansos, galak, jago beladiri dan sikap bad lainnya lah. Tapi anehnya, dia itu kutubuku alias kemana-mana selalu bawa buku. Di sekolahnya ada 2 orang yang masuk daftar hitam gadis itu.

Yang pertama, Rafa, rivalnya di kelas yang selalu saja meributkan hal yang tak penting. yang kedua, Danish, cowok paling famous di sekolah yang ternyata mempunyai banyak rahasia. Mereka berdua masuk daftar hitam karena paling suka cari ribut sama Calysta.

Suatu hari, mereka bertiga disatukan dalam satu tim perwakilan sekolah untuk lomba nasional. Namun, hal itu membuat satu per satu rahasia yang tertutup rapat mulai terkuak hingga Calysta harus memilih pilihan yang sulit.

Permusuhan, kebencian akan kalah dengan ketulusan yang murni berasal dari hati, layaknya alstroemeria putih.

-Ketika persahabatan menemukan arti sebenarnya layaknya alstoemeria. -

Rahasia apa saja yang terkuak? Keputusan apa yang Calysta ambil?

Penasaran? Silahkan baca cerita ini!!!

chap-preview
Free preview
UB:A | Chapter 1
        Kicauan burung terdengar merdu saling bersahutan. Mentari pagi masih malu-malu bersinar dibalik awan. Suasana dingin setelah hujan di pagi hari membuat beberapa orang yang melintasi jalanan terlihat menggunakan jaket. Tak lupa obrolan kecil anak kecil yang sedang berangkat sekolah menemani dengan rintih. Sebuah suasana yang menggugah mood di pagi hari. Tapi, berbeda dengan seorang gadis yang terduduk manis di salah satu ayunan di taman.                 Dibalik rambut cokelatnya yang terurai, gadis itu menatap tanah di hadapannya dengan kosong. Wajahnya tampak menunjukkan raut dingin dengan rahangnya yang mengeras. Tak ada satupun orang yang menemani di sampingnya. Ia sendirian di taman itu. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.                 Gadis itu kemudian mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Cover buku itu bertuliskan ‘Calysta’ dengan tulisan sambung berwarna emas dan berlatar biru dongker. Ya, nama gadis itu Calysta. Lebih tepatnya Calysta Kyna Afsheera, tertulis di halaman pertama buku itu.                 Calysta mengambil sebuah foto yang terselip di halaman tengah buku itu. Foto polaroid yang bertuliskan ‘My first international champion’ yang diambil 3 tahun lalu, saat ia memenangkan medali emas pertamanya di turnamen panahan internasional. Gadis itu menyunggingkan sebuah senyuman hambar. Bukan senyuman orang bahagia, ataupun sedih. Entah apa yang ada di benak gadis itu.    Calysta melirik jam tangan yang terpasang di tangan kirinya. Pukul 07.25, sudah saatnya ia berjalan menuju sekolahnya yang berjarak 600 meter dari tempatnya saat itu. Pasalnya, bel akan berbunyi 5 menit lagi. Calysta bangun dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya menuju sekolahnya. Tapi, tatapan gadis itu terpaku pada jalan beraspal yang dipijakinya. Baru beberapa langkah, sebuah suara dari depan menghentikan langkahnya. “Calysta?” Calysta mengangkat wajahnya. Ck, gadis itu berdecak kesal. The Quads. Batin gadis itu. Dihadapan gadis itu berdiri 4 orang berseragam training sekolahnya, SMP Dwiarta. 4 orang yang lebih dikenal dengan sebutan The Quads itu ialah Rafa, Faisal, Jojo dan Bagas. Mereka berempat selalu kemana-mana bersama sejak awal kelas 7 makanya dijuluki the Quads. “Cie, janjian ya lu berdua? Ya kan Raf? Cal?” Goda Jojo. “Apaansih.” Elak Rafa kesal. “Gak jelas.” sahut Calysta sinis. Gadis itu lalu melanjutkan langkahnya melewati 4 orang ‘tak penting’ itu.  “Gue sama temen-temen gue gak pernah anggep lo musuh.” Ujar Rafa ketika Calysta lewat dihadapannya. “Gue juga nggak.” Balas Calysta singkat. “Tapi sikap lo Cal, gak bisa nipu.” Sahut Faisal kali ini. Calysta memutar bola matanya. Ia malas sekali menanggapi hal kayak gini. “Oh ya? Sejak kapan lo semua jadi cenayang?” Kata Calysta asal. Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat menuju gerbang sekolah. **** Hari-hari setelah Ujian Akhir Semester mungkin adalah hari-hari yang paling ditunggu oleh para siswa. Benar bukan? Hari-hari itu isinya hanyalah bermain atau terkadang OSIS mengadakan acara yang sering disebut dengan classmeeting. Calysta melangkahkan kakinya memasuki pintu ruang kelas 8-C. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas. Mencari dimana tempat duduk kosong yang nyaman yang bisa ia duduki. Dari arah bangku pojok kanan belakang kelas, seorang gadis berkulit putih dengan rambut berkepang dua melambaikan tangan ke arahnya. Antari Zulfanna, nama yang tertera pada nametag gadis itu. Antari lebih sering disapa dengan nama ‘Tari’. Satu-satu penghuni kelas 8-C yang sangat dekat dengan Calysta. Dan sudah hampir setahun menjadi  teman sebangku dari Calysta. Calysta melangkah malas ke tempat duduk Tari. Bukan karena spot yang dipilihkan Tari buruk, tapi memang dari pagi ia malas sekali untuk datang ke sekolah. “Hai Tar.” Sapa Calysta yang langsung mengambil duduk di samping tembok. “Untung aja gue dateng sebelum Rafa, Cal. Akhirnya tempat ini bisa kita kuasai. HAHAHAHA.” Ujar Tari sambil tertawa. “Tadi gue ketemu mereka di jalan.” Dari arah pintu masuk terlihat Rafa dan teman-temannya memasuki kelas. Raut wajah Rafa terlihat marah ketika tahu Calysta dan Tari menduduki tempat duduknya. Pemuda itu akhirnya berjalan ke arah Calysta. “Cal, mampus gue. Kalau Rafa marah gimana?” tanya Tari. “Tenang aja, ada gue.” Balas Calysta sambil memberikan kode pada Tari untuk bertukar tempat duduk. BRAK. Rafa menggebrak meja Calysta. Tidak terlalu kencang untuk menarik perhatian teman yang lain, tapi cukup kencang untuk memulai pertengkaran diantara dirinya dan Calysta. “Lo tau kan ini tempatnya siapa.” Desis Rafa. “Nggak. Kan gak ada tulisan nama seseorang tuh di bangku atau meja ini.” balas Calysta asal sambil membuka novel di tangannya. “Tapi biasanya gue duduk disini, Cal.” “Biasanya? gak selalu kan?” “Mau lo itu apa sih?” Calysta menatap dingin ke Rafa kemudian kembali membaca novel yang bercerita tentang dunia sihir di tangannya. Tidak mengacuhkan pemuda itu lagi. “Cal, gue lagi ngomong sama lo.” ujar Rafa dengan nada memaksa. “Lo bisa cari tempat duduk lain kan? masih banyak tuh.” Balas Calysta yang matanya masih terpaku pada barisan kata-kata di halaman yang ia buka. Jojo yang berdiri di samping Rafa langsung berusaha menarik sahabatnya itu. “Udahlah Raf. Duduk di depan aja, ada yang kosong.” “Bentar, Jo. Gue belom selesai ngomong sama dia.” “Apalagi?” tanya Calysta malas. “Ini kali terakhir lo duduk disini. Paham lo.” ujar Rafa memperingatkan. “Suka-suka gue lah duduk dimana.” Ujar Calysta dengan senyum kemenangan di bibirnya. ****  Calysta membuka halaman demi halaman di novel yang ia pegang. Namun tetap saja rasanya sama. Hambar. Padahal novel yang ia baca merupakan salah satu series favoritnya, bahkan ia selalu menonton film dari novelnya itu di bioskop. Calysta menghela nafas kesal dan menutup bukunya keras. “Napa lo Cal?” tanya Tari. “Badmood gue. Dari pagi sih diajak berantem mulu.” Keluh Calysta. “Sama Rafa?” Calysta menggeleng. “The Quads.” “Ya kan sama aja. Rafa kan bagian dari the Quads.” “Tapi biasanya tuh yang buat kesel cuma Rafa. Tapi ini satu gengnya kecuali Bagas.” “What the.. Tapi tumben Jojo sam Faisal ikut-ikut.” Calysta mengedikkan bahu. Ia juga heran. Tak biasanya Faisal ikut bersuara seperti tadi pagi. Kalau Jojo udah sering menggoda dirinya dan Rafa. Sebuah notifikasi pesan berbunyi dari handphone Calysta yang berada di atas meja. Pak Andre Tugas soal hari ini dikumpulkan di Melody. Saya ada keperluan hari ini jadi tidak datang ke sekolah. Calysta membaca nya sekilas kemudian bangkit dari duduknya sambil membawa map berisikan tugas yang diberikan pak Andre. “Lo mau kemana Cal?” tanya Tari. “Melody. Ada tugas dari Pak Andre yang harus dikumpulin pagi ini.” “Buset dah. Hari ini tuh harusnya kita have fun, lo malah ribet sama olim.” “Pengennya sih gitu. Tapi bulan depan gue padat banget jadwal olimnya. Mau ikut ga ke 8-F?” Wajah Tari bersinar ketika mendengar Calysta menyebutkan ‘8-F’. “Boleh deh. Itung-itung gue liat Danish disana.” Calysta mengernyit  heran. “Hah Danish? Siapa tuh?” Tari menatap sahabatnya itu tak percaya. “Danish! Cowok paling ganteng di angkatan kita. Emang lo gatau?” Calysta menggeleng. Lebih tepatnya ia tak peduli. Tari menepuk dahinya keras tak menyangka bahwa sahabatnya itu terlalu kudet. “ASTAGA CALYSTA!!! Lo udah sekolah satu setengah tahun disini, tapi gatau siapa itu Danish.” ****Bersambung****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook