bc

MAX

book_age18+
26
FOLLOW
1K
READ
dark
drama
sweet
Writing Challenge
bxb
bisexual
mystery
betrayal
enimies to lovers
mxm
like
intro-logo
Blurb

Setiap kematian selalu membawa cerita.

Dia yang berjalan dalam terang, memegang prinsip teguh tentang hitam dan putih. Sekarang harus berperang sengit dengan hasrat dan gairah yang perlahan membakar logikanya. Mengancam ketenangan yang selalu menjadi senjata utamanya.

Kekuasaan, kekayaan dan pesona mematikan adalah gambaran dari sosok tampan berkulit gelap yang ditakuti sekaligus dikagumi semua partner dan rival bisnisnya. Namun, pada satu titik, hasrat membara untuk memiliki dan gairah tak terbendung untuk menaklukkan sosok bermulut tajam itu berhasil mengacaukan hidup sang billioner.

chap-preview
Free preview
1 - MURDER GAME
- Catch me if you can! - . . “Please...Jangan...” Dor...Dor... 2 tembakan dari jarak dekat itu sukses mengakhiri hidup pria yang sesaat lalu masih tersenyum lebar sambil menikmati segelas vodka. Sepasang mata yang tadinya dipenuhi sorot licik nan keji, sekarang terlihat kosong. Peluru yang baru saja menembus jantungnya sudah merenggut semua energi kehidupannya, menyisakan raut kesombongan yang tak lagi berarti, meninggalkan raga kosong yang terlihat menyedihkan. Sosok tinggi berpakaian hitam yang sedang memegang pistol di tangannya itu perlahan menyeringai tipis. Sekali lagi melihat sekelilingnya sebelum berbalik untuk meninggalkan kamar mewah yang tak lama lagi akan menguarkan bau kematian itu. Matahari hampir terbit dan dalam beberapa jam, dunia akan berduka untuk seseorang yang selama ini selalu berperan sebagai malaikat penolong. Harta berlimpah dan kekuasaan tak terhingga hanyalah setitik debu yang tidak akan mampu menghalangi dewa kematian yang sudah mengangkat pedangnya! . . “Senator Montgomery ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di kamar hotel Kingston dini hari tadi!” “2 tembakan mengakhiri hidup sang senator yang terkenal sangat dermawan itu...” “Apa ini pembunuhan berencana? Tolong berikan penjelasan anda, Komisaris Culbert!” “Siapa yang akan bertanggung jawab untuk kasus ini? Kapan penyelidikan dimulai?” “Motif apa yang dimiliki si pembunuh? Jangan menyembunyikan informasi!” Ruang rapat kepolisian distrik C dipenuhi para detektif kepolisian yang sengaja dikumpulkan untuk tugas khusus yang sangat sensitif. Membongkar motif dibalik pembunuhan keji Senator Montgomery yang selama ini dikenal dermawan dan tegas dalam berpolitik. Semua penegak hukum sudah diperintahkan untuk berusaha sekeras mungkin mengungkap kasus yang akan menjadi pusat perhatian media dan netizen ini. Hukuman berat dan penjara sudah menunggu iblis tak berhati yang dengan kejam sudah mengakhiri hidup sang senator baik hati yang akan maju dalam pemilihan presiden periode berikutnya itu! "Kalian lihat itu? Media melakukan tugasnya seolah kita semua, polisi yang tak berdaya!" Dengan marah Komisaris Culbert menunjuk ke layar lebar yang sedang menunjukkan visual ratusan awak media dengan beringas mengejarnya satu jam yang lalu. Terus mendesaknya dengan penuh emosi untuk memberikan pernyataan tentang apa yang terjadi. Terkesan menyalahkan cara kerja polisi dan para detektif yang bahkan sudah sibuk di lokasi pembunuhan itu sejak matahari belum terbit. "Jadi, apa yang harus kami lakukan? Memohon agar si pembunuh menyerahkan diri?" tanya salah satu detektif yang terlihat mengantuk dengan nada sinis. Untuk sesaat keheningan menyelimuti ruangan itu sebelum seorang wanita masuk sambil membawa setumpuk map dan mulai bicara dengan wajah datar. "TKP sudah ditutup. Semua orang yang berada ditempat kejadian juga sudah diamankan. Penyelidikan harus dimulai sebelum media kembali bertanya! Kita harus bisa menemukan bukti atau seorang tersangka sebelum kejaksaan mengambil alih kasus ini!" Liza Chang, salah satu detektif dari devisi pembunuhan membagikan beberapa salinan yang berhasil dikerjakan team-nya. "Letnan Cho! Ini akan jadi tugasmu!" Dari tempatnya duduk diantara sang komisaris dan detektif Meyers yang sedang serius membaca file yang baru dibagikan, Marcus Cho mengangkat kepalanya dari berkas kasus dan beberapa foto korban yang hanya dilihatnya sekilas. "Anda memintaku mengungkap sebuah kasus pembunuhan dengan informasi sampah ini?" Bukannya menerima tugas yang diberikan padanya dengan patuh, pria berambut pirang itu malah balik bertanya dengan senyum dingin yang menjadi ciri khasnya. Rahang Komisaris Culbert mengetat sedangkan beberapa detektif yang mengenal baik peringai pria berusia 50-an itu hanya bisa menahan nafas. "Rapat selesai dan letnan, kerjakan saja tugasmu! Atau kau mulai merasa tidak mampu?" Kilau dingin penuh ambisi dalam mata letnan muda yang terlihat kesal itu adalah sesuatu yang memang ditunggu John Culbert. "Siapa bilang aku tidak mampu? Akan kupastikan pembunuh itu tertangkap!" . . Sambil meneguk kopi hitam yang hampir dingin, mungkin untuk ke sepuluh kalinya Marcus menatap tajam satu persatu foto dari lokasi pembunuhan sang senator yang tersebar diatas meja kerjanya. Rapi dan tanpa emosi, batinnya sedikit kagum karena selama hampir 10 tahun berkarir di kepolisian, terutama divisi pembunuhan,dia tidak banyak melihat lokasi yang sebersih dan senormal ini. “Dia dibunuh dari jarak dekat,” Sambil berpikir cepat Marcus bergumam pelan dan mulai berusaha menyatukan beberapa informasi menyedihkan yang mereka miliki. “Sangat dekat. Aku yakin dia bahkan tidak sempat merasa sakit!” Marcus mengangguk samar, setuju dengan pendapat Jun, detektif dari divisi cyber crime yang selalu menjadi partner-nya. Ini kasus yang sangat sensitive. Berpotensi menjadi bencana jika Marcus tidak hati-hati dalam penyelidikan. Komisaris Culbert memberikan kasus ini padanya pasti karena alasan tertentu yang harus dia cari tahu secepatnya. “Artinya sang senator mengenal pembunuh itu dan tidak mencurigainya!” Insting kuat adalah salah satu nilai yang sangat membantu peningkatan karir Marcus di kepolisian. “Kane, lakukan pemeriksaan silang pada semua staff hotel dan berikan laporannya padaku sebelum tengah malam!” Sambil memberikan perintahnya, Marcus menuliskan beberapa informasi yang mungkin bisa digunakannya di white board yang sudah penuh dengan foto. “Aku akan segera mengerjakannya!” seru Davis Kane yang sedang memeriksa rekaman CCTV hotel yang baru mereka dapat. “Menurut kalian, siapa yang dengan muda bisa masuk ke kamar sang senator tanpa dicurigai? Pengawal pribadinya? Sekretarisnya?” Hanya dengan melihat ekspresi sang letnan yang semakin dingin, Davis tahu kasus ini akan menguras emosi mereka. “Bagian forensik juga tidak menemukan sesuatu yang janggal di kamar itu.” timpal Jun yang sudah sibuk dengan sarapannya yang terlambat. “Terlalu bersih untuk pembunuhan acak!” “Tidak ada serat kulit yang tertinggal? Jejak sepatu?” Marcus berdesis tajam saat melihat gelengan cepat Jun walau dia juga sudah menduganya. “Jenis senjatanya? Kau sudah dapat laporannya, Kane?” Tanpa mengalihkan tatapannya dari sederetan computer yang sedang menunjukkan setiap ruangan di hotel Kingston, Davis menyodorkan sehelai kertas yang baru dicetaknya. “Senjata langka, Desert Eagle. 2 tembakan. Si pembunuh sangat membenci sang senator!” serunya cepat sebelum tersenyum lebar saat melihat sorot tidak percaya sang letnan yang terkenal kompoten itu. “Kita kembali ke TKP, Jun. Mungkin ada yang terlewat.” . . Kamar mewah yang terletak di lantai 30 itu sudah disterilisasi, terlalu cepat. Sesuatu yang besar sedang terjadi dan berusaha disembunyikan, insting Marcus saat melihat sekeliling ruangan mewah yang mencerminkan kekayaan itu. Semuanya sudah kembali tertata rapi, bahkan tidak ada bau darah yang menandakan pembunuhan keji baru saja terjadi dini hari tadi. Hanya terdapat police line dan beberapa kertas bertuliskan peringatan pada pintu kamar yang menunjukkan jika bagian forensik sudah mengunjungi tempat ini. "Dia mati tepat disini. Posisi kepalanya sedikit miring dan ada segelas minuman disini. " Sambil mengambil beberapa foto, Jun menunjuk pada sisi kanan ranjang yang bahkan terlihat seperti baru. Tidak terlihat sedikit pun percikan darah. "Ck, team forensik tidak meninggalkan apapun untuk kita!" gerutu pria berwajah kekanakkan itu gusar. "Tidak ada CCTV. Tidak ada tanda perlawanan. Tidak ada yang mendengar suara apapun." Sambil menggelilingi kamar VVIP itu, Marcus berusaha membayangkan apa yang terjadi dini hari tadi. Siapa yang membunuh Senator Montgomery? Apa motifnya? Dendam pribadi? Persaingan politik? Atau apa? Dan, kenapa itu dilakukan beberapa jam setelah sang senator mengumumkan dirinya sudah siap untuk mencalonkan diri? "Semua kamar di hotel ini kedap suara, Cho. Menjamin kenyamanan tamu mereka yang tidak suka diganggu." Seru Jun sebelum tersenyum sinis,"Privasi!" tambahnya malas karena yakin Letnan Cho pasti juga tahu reputasi hotel Kingston sebagai tempat pertemuan rahasia para pejabat hingga billioner. Sikap sinis itu berbuah senyum tipis Marcus yang sangat mengerti. Tidak ada satu pun pejabat bersih, termasuk sang senator. Semua hanya image yang sengaja dibangun dengan cerdik dan penuh perhitungan. "Ada yang sudah memeriksa CCTV hotel ini selain team Kane? Kalian yakin CCTV yang kita miliki itu asli? Bukan replika?" Tiba-tiba saja Marcus merasa kasus ini menyimpan banyak rahasia menggerikan. "Bersih. Semua tamu terdata dan tidak ada yang aneh." Jun memeriksa cepat tablet ditangannya. "Data sidik jari akan segera dikirimkan GD padamu sebelum tengah malam!" Dengan lelah Marcus mengusap wajahnya. Hari yang berat. Semalam dia bahkan baru tidur 2 jam saat Jun menghubunginya. "Baik, kita mulai dari senjata yang digunakan si pembunuh. Desert Eagle termasuk senjata langka dan mematikan. Cari tahu siapa saja yang punya izin atas kepemilikan senjata itu." perintahnya tegas sambil berjalan cepat meninggalkan tempat itu. "Wow, sepertinya kita akan bertemu dengan seseorang yang sangat berkuasa." Tatapan penuh tanya Marcus dibalas Jun dengan gelak tawa keras,”Berurusan dengan dia tidak akan pernah mudah!” Seringai jahil terukir di bibir detektif tampan itu saat menyodorkan tablet di tangannya pada sang letnan. . . Helikopter berlambang trisula itu terbang rendah sebelum mendarat diatas atap gedung pencakar langit yang terletak ditengah kota Washington. Baling-baling masih berputar cepat saat pintu heli terbuka dan sosok jangkung yang mengenakan setelan resmi itu melompat turun dengan gaya arogan. Berjalan cepat menuju pintu tangga bersama sejumlah asisten dan pengawal yang sibuk melaporkan semua yang baru terjadi padanya. “Sesuai perintah anda, media sudah bekerja.” Sepasang mata gelap itu berkilau tajam sedangkan sudut bibirnya sedikit terangkat. Jangan pernah berani menghalangi jalannya karena siapa pun bisa disingkirkannya. Untuk mencapai posisi puncak, bukan hanya usaha yang diperlukan, tapi juga keberanian dalam mengambil keputusan. “Pastikan tidak ada satu jejak pun yang tertinggal!” titahnya dingin pada kepala pengawalnya saat mereka sudah berada dalam private lift yang bergerak turun dengan cepat. “Semua bersih,” “Tuan, ada detektif polisi yang ingin menemui anda. Dia memaksa!” Laporan salah satu pengawal mendorong sosok tinggi itu mengalihkan tatapan dinginnya pada tangan kanannya,“Bryan?” Senyum lebar dan kedipan mata pria bertubuh tinggi besar yang terkesan acuh itu sudah menjawab pertanyaan tak terucapnya. “Aku sudah melakukan semuanya. Aman!” Max, sosok tinggi berwajah dingin dengan mata segelap malam itu menatap tajam pada wanita cantik yang menjadi sekretaris pribadinya. “Biarkan detektif itu menunggu. Pastikan dia tidak berkeliaran dan pecat semua penjaga pintu depan. Mereka tak berguna!” Tidak ada sedikit pun emosi dalam suara berat itu. Dengan ekspresi datar yang selalu membuat musuh bisnisnya takut dan berpikir ulang untuk mengganggunya, Max memberikan perintah tegasnya. “Lakukan sesuatu dan singkirkan gangguan itu secepatnya!” desisnya dingin, tegas pada Bryan, tepat setelah Josie, sekretaris pribadinya sudah menutup kembali pintu kantor utamanya. “Itu masalah kecil.” Memastikan tidak ada menghalangi langkah Max mencapai tujuannya memang tugas Bryan sebagai orang kepercayaannya. Tugas menantang yang sangat disukainya. “Hm, kau bisa sedikit bersenang-senang dulu dengannya.” Usul Bryan dengan senyum mengejek sebelum menghilang dibalik lemari rahasia yang ada di ruangan yang selalu dijaga ketat itu. . . Semoga ini kisah ini cukup menarik ya. Jangan lupa like dan komennya ^^ . .

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
463.6K
bc

HOT NIGHT

read
603.7K
bc

Over Protective Doctor

read
473.1K
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

Billionaire's Baby

read
278.8K
bc

Will You Marry Me 21+ (Indonesia)

read
611.6K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
310.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook