bc

The Gamers

book_age18+
372
FOLLOW
2.7K
READ
revenge
dark
tragedy
twisted
mystery
scary
female lead
city
medieval
like
intro-logo
Blurb

Sebuah permainan menggiurkan dari Birmingham yang memberikan hadiah 1 juta Poundsterling bagi pemenangnya.

Dengan misi mencari cincin batu rubi antik peninggalan keluarga Tramonde, 5 orang peserta harus hidup terisolasi di sebuah pulau.

Tanpa alat komunikasi dan tanpa jalan keluar...

Ketika satu per satu peserta menghilang dan muncul dalam keadaan tidak bernyawa lagi, haruskah mereka terus bermain ?

Persahabatan, pengkhianatan, cinta, bahkan dendam memenuhi kehidupan karantina para peserta...

Dan ada misteri besar di baliknya...

chap-preview
Free preview
1 - The Audition
            The Gamers, sebuah permainan yang sangat terkenal di Birmingham. Tidak semua orang bisa mengikuti permainan ini karena itulah diadakan audisi untuk memilih sekian ribu calon yang berminat. Kenapa sangat diperebutkan ? Karena hadiahnya adalah 1.000.000 poundsterling ! (Kira-kira setara dengan Rp.18 Milyar.)             Permainan ini membutuhkan 5 orang pemain yang akan ditempatkan di sebuah lokasi terpencil dengan jangka waktu 6 bulan. Semua biaya kebutuhan hidup sehari-hari disediakan oleh panitia The Gamers dan mereka dilarang melakukan akses keluar pulau sama sekali. Dengan hidup terisolasi, bagaimana mereka mencari pemenangnya ?             Di pulau itu, mereka tidak hanya diminta untuk tinggal begitu saja. Tapi, ada misi yang harus mereka laksanakan yaitu mencari sebuah cincin rubi antik yang tersembunyi di rumah itu. Sayangnya, sampai sekarang masih belum ditemukan pemenang yang berhasil menemukan cincin itu sehingga masih banyak orang yang berlomba-lomba mendaftar untuk ikut audisinya.             Audisi permainan ini tidak sama seperti audisi mencari bakat dimana ada juri-juri yang menilai. Hanya ada sebuah selebaran di museum tua Birmingham yang ditempel dan mencantumkan nomor telepon untuk petunjuk audisi. Beberapa orang telah mencoba menelepon nomor itu dan selalu orang yang berbeda yang mengangkat telepon itu. Masyarakat pun mengira banyak operator telepon yang digunakan untuk permainan ini karena The Gamers termasuk permainan skala besar. “Kau sudah mencoba nomor telepon itu, Selena ?” seorang wanita berambut pirang sebahu menegur gadis berkuncir satu yang memakai you-can-see berwarna hijau tua dengan celana bermotif tentara. “The Gamers ? Tentu saja aku sudah mencobanya, Dorothy. Seorang operator wanita yang mengangkatnya dan memberikan sebuah alamat padaku untuk menyerahkan data-data diriku hari ini. Bagaimana denganmu ?” Selena berdiri menyandar pada pembatas jalan sambil menyeruput kopi dinginnya. “Operator yang menjawabku adalah pria dan dia juga memberikan alamat padaku. Di gereja Cantabelle 'kan ?” Dorothy duduk di pinggiran tangga salah satu toko yang tutup di depan Selena duduk.             Selena mengernyit, “Tidak. Kau pasti salah...operatorku bilang di Haunted Shack.” ia memandang Dorothy dengan pandangan bertanya. “Bagaimana mungkin ??? Aku tidak salah dengar kok ! Jelas-jelas dia bilang di gereja Cantabelle.” Dorothy membelalak ke arahnya. “Tidak. Dorothy tidak salah, Selena. Kalian harusnya bertanya padaku mengenai The Gamers ! Kalian 'kan sudah tahu aku telah mengikuti audisinya 3 kali.” Grissham menghampiri mereka sambil membawa dua gelas kopi dingin dan menyerahkan salah satunya pada Dorothy. “Oh yeah, kami lupa Griss...jadi, sebenarnya bagaimana ini ? Ke gereja Cantabelle atau Haunted Shack ?” Selena berubah mengernyit pada gadis berambut keriting itu. “Dua-duanya. Setiap orang berbeda lokasi pengiriman data. Aku dan geng-ku pernah mengalami hal itu. Kami jadi tersebar kemana-mana.” jelas Grissham. Selena dan Dorothy tertegun mendengarnya. “Lalu, apa yang mereka uji untuk audisi ?” Dorothy berpindah ke sebelah Grissham.             “Tidak ada.” jawab Grissham simpel. Keduanya membelalak padanya seketika. “Apa maksudmu ???”             “Pihak The Gamers tidak mengadakan tes sama sekali. Mereka hanya menyuruh kita datang ke tempat itu untuk memberikan biodata kita. Setelah itu, ya pulang saja. Aku tidak tahu lagi kelanjutannya karena hanya yang dipanggil lah yang akan menjalani tes. Kenyataannya sudah tiga kali aku mendaftar tapi tidak pernah dipanggil. Kudengar temanku, Juan yang terpilih.” Grissham menerawang berusaha mengingat-ingat. “Jadi apa kata Juan ?” Dorothy terlihat berminat sekali mendengarnya. Grissham mengangkat kedua bahunya. “Entahlah. Aku tidak menghubunginya lagi semenjak dia terpilih. Aku terlalu kecewa karena tidak terpilih. Bayangkan saja 1 juta poundsterling !!!” Grissham membelalak ke arah mereka. “Aku mau keliling dunia kalau mendapatkan 1 juta itu.” khayal Dorothy. Selena pun ikut-ikutan menghayal apa yang akan dilakukannya jika mendapatkan hadiah uang itu.             “Ah, sudahlah. Aku akan pergi ke Haunted Shack untuk mengantarkan biodataku segera. Aku tidak mau terlambat. Sampai nanti.” Selena langsung berjalan meninggalkan mereka.             Haunted Shack adalah bangunan yang telah lama ditinggalkan dan cukup terkenal di kawasan itu sebagai pondok berhantu.  Saat Selena sampai di depan rumah terlantar itu, ada beberapa garis polisi yang menutup jalan masuknya. Selena mengerling ke sekelilingnya dan melihat tidak ada orang yang melintas di daerah dengan beberapa hutan dan semak belukar itu. Ia bahkan tidak tahu apa yang terjadi di tempat itu hingga perlu diberikan garis polisi.             Mungkin karena tempat ini dijadikan tempat seleksi, jadi ditutup untuk umum...pikir Selena dan ia otomatis melewati garis polisi itu begitu saja. Selena menyibakkan beberapa semak yang menutupi jalan masuk pondok kayu itu. Ia melangkah dan berhenti pada tangga kayu menuju pondok. Dipandanginya tangga kayu yang rapuh itu dan Selena merasa ragu untuk menginjaknya karena takut tangga itu akan patah.             Beberapa detik kemudian, Selena memaksakan dirinya untuk menginjak tangga itu dengan tegang. Ia berhati-hati sekali karena tangga itu mulai berderit. Selena berdiri di depan pintu pondok yang berlumut. Kenopnya sudah berkarat dan berdebu tebal. Ia mengernyit memandang kenopnya, debunya masih tebal...apa panitia dari The Gamers belum datang ? Pikirnya. Selena memutar kenopnya dan terdengar derit pintu yang lebih keras dari tangga tadi.             Entah kenapa jantung Selena berdegup kencang karena gugup dan tegang memasuki pondok tak berpenghuni itu. Ia mulai memikirkan kata-kata apa yang akan disampaikannya pada panitia itu. Selena melangkahkan kakinya ke dalam pondok dan menemukan ruang kosong dengan beberapa perabotan yang rusak dimana-mana. Televisi kecil di sana pun telah pecah, sepertinya anak-anak berandalan memecahkannya dengan pemukul baseball.             Selena harus menyingkirkan beberapa barang yang terguling di lantai dan menghalangi jalannya. Pondok itu cukup gelap karena jendela-jendelanya dipaku oleh beberapa papan dan tertutupi pohon-pohon yang tumbuh di sekitar tempat itu.             Sembari menunggu, Selena memutuskan untuk melihat-lihat pondok kecil itu. Ia belum pernah masuk ke dalam Haunted Shack dan ini adalah kesempatan baginya untuk menjelajah. Gadis itu mulai berjalan dengan hati-hati menuju salah satu ruangan di samping ruang tamu itu. Setiap kali ia melangkah, semua papan kayu pondok itu akan berderit mengerikan.             Ruangan lainnya tidak memiliki pintu sama sekali, nampaknya sudah terlepas karena Selena dapat melihat pintunya tergeletak di lantai dengan beberapa ngengat menggerogotinya. Sepertinya ruangan itu adalah kamar tidur. Ada ranjang kecil seukuran dirinya di tengah ruangan. Kapas-kapasnya telah berhamburan keluar. Sebuah lemari kayu kusam terbuka lebar dan memperlihatkan beberapa helai pakaian yang telah berdebu tebal. Selena menyibakkan beberapa pakaian itu dan sedikit terbatuk akibat debunya. Baju-baju dan sepertinya beberapa mantel pria tergantung di sana. Selena memperhatikan buku-buku yang tersusun di samping ranjang. Ada sebuah tempat di sudut ruangan yang menarik perhatiannya. Tempat itu tertutupi oleh ujung mantel berwarna cokelat.             Selena menyingkirkan mantel itu dan melihat deretan buku kembali. Diambilnya sebuah buku bersampul hitam kusam dan Selena membolak-balik halamannya, isinya penuh dengan istilah bahasa yang tidak dimengerti olehnya. Gadis itu semakin mengernyitkan keningnya saat membaca simbol-simbol aneh dan rumus-rumus yang sulit dimengerti.             KRIIEEETT....bunyi pintu depan berderit kembali hingga membuat Selena berpaling dari buku itu. Apa mereka sudah datang ? Selena langsung meletakkan buku itu kembali dan berjalan ke arah pintu depan.             Tidak ada siapa-siapa. Pintu depan tetap terbuka lebar dan Selena menaikkan alisnya dengan heran. Apa cuma angin ? Ia kembali berbalik dan melirik ruangan lain di samping kamar tidur itu. Sebuah meja makan yang berdebu tebal dengan beberapa sampah makanan ringan di atasnya langsung membuat Selena berjalan ke sana. Hanya ada beberapa barang di lemari dapur dan tidak menarik minat Selena sama sekali. Ia hendak berbalik ke kamar itu lagi sebelum tiba-tiba sebuah kelebatan hitam membuatnya tersentak terkejut. Ia yakin ada yang baru saja melewatinya dan Selena langsung berbalik memandang meja makan yang baru saja ditinggalkannya. Tidak ada siapa-siapa.             Tiba-tiba, terdengar suara anak kecil yang tertawa terkikik pelan hingga membuat Selena kembali terkejut. Apa ada anak-anak yang mengerjaiku ??? ia langsung berjalan ke arah kamar untuk memeriksa. Masih tidak ada orang di pondok kecil itu. Selena menjulurkan kepalanya keluar dari kamar tidur untuk melihat ruang tamu.             BANG ! Di depan wajahnya muncul sesosok wajah mengerikan dengan banyak luka menjijikkan hingga membuat Selena langsung memekik keras dan terjatuh menabrak lemari kayu di belakangnya. Beberapa barang di atasnya jatuh menimpa Selena hingga membuat gadis itu histeris mengenyahkan semua benda-benda itu. Lantai kayu yang dipijaknya terus saja berderit dimana-mana karena kepanikannya.             Selena terengah-engah karena jantungnya berdegup kencang ketakutan. Apa itu tadi ??? Selena tidak bisa mengerjapkan mata sama sekali ke arah pintu dimana ia melihat wajah mengerikan itu. Tubuhnya gemetar dan baru kali ini ia merasa ketakutan seperti itu. Wajah itu tidak memiliki mata dan hanya celah kosong berwarna hitam dengan mulut menganga lebar.             Selena memberanikan diri untuk keluar memastikan siapa yang baru saja menakutinya seperti itu. Tangannya terulur ke arah pintu dengan jantung yang terus berdebar-debar. Selena bahkan tidak sadar keringatnya telah bercucuran padahal tempat itu tidak panas sama sekali.             Dicengkeramnya erat pinggiran pintu dan Selena langsung memandang cepat ke arah ruang tamu. Tidak ada siapa-siapa. Matanya membesar seketika dan ia langsung berbalik ke arah dapur untuk memastikan benar-benar tidak ada siapapun di sana. Selena berlari kecil ke arah pintu dan memandang ke luar, tidak ada siapa-siapa juga. Semak belukar dan pepohonan yang menutupi jalan besar tampak tidak bergoyang sama sekali dan Selena yakin tidak ada yang keluar dari pondok itu. Tapi, ia juga tidak mendengar derit lantai kayu ataupun tangga jika ada orang lain di sana.             Selena mulai merasa ketakutan. Ia yakin ada sesuatu di sana, tapi ia sama sekali tidak bisa melihatnya. Selena tahu apa itu tapi ia berusaha menenangkan dirinya yang mulai ingin meninggalkan Haunted Shack. Ia masih belum berjumpa dengan panitia The Gamers dan masih belum ingin menyerah untuk mengikuti tes permainan itu.            

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.5K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook