bc

Bittersweet

book_age16+
1.3K
FOLLOW
8.4K
READ
family
friends to lovers
goodgirl
drama
comedy
sweet
bxg
city
highschool
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

"Cinta itu memaafkan, Kai."

SMA itu waktu manis manisnya ngerasain cinta. Kalo kata orang love at the first sight itu ada, Kai percaya. Kesan pertama bertemu Andra ya hanya 'gue suka dia'. Hal itu yang menumbuhkan sikap agresif yang membuat Andra jengah bahkan kesal dengan Kai. Kai tak menyerah, seribu kali Andra menolak seribu kali juga Kai melangkah maju mendekat.

Lambat laun, ada hal yang harus Kai ketahui dari kehidupan Andra yang ternyata membuatnya harus menjauhi Andra. Kai membenci situasi itu.

Di satu sisi, Andra pun sadar akan satu hal. Andra butuh Kai.

chap-preview
Free preview
Awal
Author POV Suara riuh teriakan segerombolan murid perempuan SMA Merah Putih terdengar di beberapa sudut koridor sekolah. Dengan rok sempit yang melingkar, dan baju yang diperkecil serta suara seheboh microphone konser semakin membuat beberapa murid lain menggelengkan kepala. Kai, Monita, Zia dan Elena. 4 siswi yang selalu menjadi objek perhatian seantero Merah Putih kini tengah berlari saling mengejar. Dan fokus yang dikejar tak lain tak bukan, Kai. Kai baru saja berhasil menyembunyikan dua tas milik Monita dan Elena. “WOI! Balikin tas gue anjir!” teriak Elena sambil menaikkan roknya agar lebih leluasa mengejar Kai yang berlari menuju kamar mandi. Monita pun sama, ia bahkan siap membawa kemoceng sambil berteriak kencang. “Anjrit!” teriak Monita. Kai yang hanya tertawa kencang memperhatikan kedua temannya mengejarnya pun semakin senang karna telah berhasil mengerjai mereka berdua. Sementara Zia sibuk mengejar tanpa tau maksud teman-temannya mengejar Kai. “Eh pelan-pelan sih larinya, gua cape!” Zia terhenti sambil memegangi dadanya karna sudah menuruni tangga dari lantai 3 sampai lantai 1. Sedangkan Monita dan Elena sudah berhasil mengepung Kai di toilet. “Balikin tas gua gak!” kata Elena. “Pasti lu umpetin tas  gua di tong sampah kan?” sahut Monita lagi. Terakhir kali, Kai bahkan pernah membuang tempat pensil Monita ke tong sampah di belakang sekolah namun berhasil di temukan oleh Babeh, penjaga sekolah. “HEHEHEHEHEH….” Kai hanya cengengesan sambil berkaca. Dan akhirnya yang terjadi, mereka bertiga justru tertawa saking lelahnya berlarian. “Eh mampus si Jia masih di diluar! Tar kalo si cempreng ngeliat dia, abis kita!” Elena menepuk dahinya. “Ketauan dah kita cabut pelajaran dia!” Monita menimpali. “g****k sih lu! Cabut ngajak-ngajak dia. Dia kan oon, pasti ntar gabisa ngasih alesan sama mpreng kalo ditanya kita pas pelajaran dia kemana.” Ucap Kai sambil membenarkan rambutnya yang sedikit lepek karena bercucuran keringat. “Chairmate lu tuh Mon!” ledek Elena. Tak lama, seorang gadis berperawakan pendek dengan wajah yang bersimbah keringat serta masam menatap ketiga temannya bergantian. “Pasti lagi ngomongin gue kan!” Zia tiba-tiba nyelonong masuk ke kamar mandi dan menatap cermin. “Dih pede aje lu sapri! Untung aja lu buru-buru kesini, kalo kaga? Bisa ketauan kita cabut.” Kata Kai. Zia hanya memanyunkan bibirnya sambil membuka keran air. “Eh ini mah enaknya ngadem abis keringetan di kantor guru.” Usul Monita. Mata berbinar langsung terpancar di wajah keempat gadis tersebut. Dan tak sampai 3 menit, keempat siswi tersebut sudah berada di dalam kantor guru dengan alibi ingin menanyakan tugas kelompok pada Mam Elfi, guru bahasa inggris mereka. “Eh Mam cantik, mau Kai kipasin ga?” modus Kai menyapa guru kesayangannya yang selalu bisa diajak kerjasama dalam kenakalannya. Mam Elfi menoleh menatap keempat anak didiknya dengan menggelengkan kepalanya. “Yaampun ini anak! Bukannya ke kelas malah kesini.” Mam Elfi yang tengah mengerjakan beberapa laporan keuangan sekolah langsung menghentikan kegiatannya. Keempat siswi tersebut langsung duduk di bangku kosong yang ada di samping meja Mam Elfi tanpa persetujuan. “Numpang ngadem ya Mam. Di kelas aku panas, udah gitu bau apek lagi!” alasan Monita sambil mendramatisir mimik wajahnya. Mam Elfi memang sudah mengerti sifat-sifat keempat siswi tersebut dan hanya mengangguk saja jika mereka memberikan alasan yang sebenarnya ingin mengatakan ‘cabut’ dalam arti halus. Sambil bercengkrama dan bergosip, tiba-tiba pintu kantor guru terbuka menampakkan seorang siswa yang berjalan menuju meja Mam Elfi. Kai yang sedari tadi sudah melihat siswa tersebut hanya melongo diam, begitu juga dengan ketiga temannya. Sepertinya, Kai belum pernah melihat ia di sekolah ini. Laki-laki dengan perawakan tinggi, dengan mata elang yang cukup tajam dan dapat Kai pastikan bahwa perempuan manapun yang ditatap olehnya pasti akan langsung jatuh dalam pesonanya. “Misi, Bu. Kelas 11 IPA 3 dimana ya?” Akhirnya sang empu yang daritadi diperhatikan bak melihat dewa yunani mulai membuka suaranya. “Oh ini, yang pindahan itu ya?” jawab Mam Elfi. Kai tak mengalihkan pandangannya dan justru tersenyum pada laki-laki itu. Sang laki-laki yang diberi senyum hanya menoleh sebentar dan justru acuh pada Kai. ‘Gila! Berani amat nih cowo jutekin gue! Disenyumin malah gue diasemin sama mukanya dia!’ gerutu Kai dalam hati. “11 IPA 3 di lantai 3. Dari tangga belok kanan aja.” Ujar Mam Elfi memberi tahu. Sang lelaki langsung menggaruk tengkuknya. Mungkin sedikit bingung. Elena tersenyum pada Kai seakan memberi aba-aba. Kai langsung bersuara, “Mau dianterin sama gue gak ke kelas lo?” saran Kai yang terdengar seperti paksaan halus karena pandangan Kai tak beralih sedikitpun ke lain objek selain laki-laki yang berdiri di hadapannya. “Yaudah Bu, saya permisi.” Laki-laki itu menunduk tanpa menjawab ajakan Kai. Kai menatap jengkel pada punggung sang laki-laki yang sudah berjalan keluar kantor. Ketiga teman Kai tertawa kencang meledek Kai yang berhasil dicueki lelaki tampan tadi. “Mam, aku nyusul dia ya! Mam jagain temen-temen aku! Siapa tau ntar dia mau nyosor si ganteng tadi!” kata Kai sambil memeletkan lidahnya pada ketiga temannya. “YE SI MAEMUNAH!” teriak Monita lalu berhasil mendapatkan tatapan buas dari guru-guru yang ada di dalam kantor. Monita hanya menunduk malu dan kembali bergosip dengan teman-temannya. Dan Mam Elfi tentunya. ** Kai berlari mengejar lelaki tampan yang ditemuinya di kantor tadi. Ia sedikit berlari untuk mengejar ketertinggalan dirinya sampai mampu menyejajarkan langkahnya dengan lelaki itu. “Anak baru lo?” Kai menyapa dengan wajah sumringah. Sang lelaki hanya menatapnya sambil menaikkan sebuah alisnya. “Iya.” Balasnya dengan singkat, padat, jelas, tanpa ekspresi. Kai tak menyerah. “Emangnya lo tau lantai 3 tuh dimana?” Tanya Kai yang berhasil membuat langkah sang lelaki berhenti. Sang lelaki menoleh menatap Kai dengan wajah angkuhnya. Kai tetap tersenyum miring seakan merasa menang telak membuat sang lelaki tak mampu berkutik. “Lo ngapain sih buntutin gue kaya anak ayam?” Sang lelaki merasa risih. Ia pun menatap tajam Kai yang tak henti-hentinya memberikan senyum padanya, yang menurutnya sangat aneh dan membuatnya tak nyaman. “Gue kan mau nganterin lo ke kelas lo.” Jawab Kai enteng dan justru berjalan ke depan tanpa memedulikan tatapan sang lelaki. Sang lelaki berjalan cepat dan menarik lengan Kai. Dia menelisik wajah Kai dan senyum Kai yang tak henti-henti. “Lo gila ya? Gue ga butuh bantuan lo. Balik sana ke kelas lo.” Sang lelaki menghempaskan lengan Kai dan berjalan cepat tanpa memedulikan Kai. Kai tertawa kecil dan meneriakkan sesuatu. “Tangga sebelah sini b**o! Bukan disana!” Kai langsung tertawa terbahak dan berjalan menaiki tangga. Dan anehnya, sang lelaki malah memutar balik arah jalannya dan akhirnya pasrah untuk mengikuti Kai. Masih naik 1 lantai lagi. Tangga lantai 2 menuju lantai 3 memang agak jauh, entahlah. Menurut Kai mungkin SMA Merah Putih sengaja membuat hal itu agar muridnya sulit kabur kearah gerbang karena hanya memiliki 1 tangga di setiap gedungnya. Kecuali jika murid yang memang benar-benar berani untuk terjun langsung ke bawah. Perjalanan terasa lama menurut sang lelaki. Ia menghempaskan pandangannya pada kelas di sampingnya yang telah ia lewati. Banyak murid yang berkeliaran padahal ini harusnya sudah masuk kelas karena ada beberapa kelas yang gurunya telah hadir di depan kelas. “Kalo lo mau tau nama gue tapi ga berani nanya, nama gue Mikaila Putri Cantika. Dipanggilnya Kai aja, rumah gue di Komplek Deperla, gue suka makan sate taichan, gue suka One Direction, gue…” belum sempat Kai melanjutkan ucapannya, sang lelaki sudah menatap Kai tajam lagi. Kai terdiam dan membeku dengan tatapan elang itu. Tatapan elang yang sepertinya membuat ia jatuh pada lelaki itu. “Gue. Gak. Nanya.” Jawabnya lugas. Kai tersenyum lagi. Cukup seru memainkan emosi lelaki di sampingnya ini. Tak lama sampailah mereka di sebuah kelas yang cukup sepi. Sepertinya di dalam ada guru yang tengah menerangkan pelajaran. Kelas 11 IPA 3. Sang lelaki langsung bergegas masuk namun Kai menahan pundaknya. “Woi! Lo gamau salam perpisahan atau bilang apa gitu sama gue?” Tanya Kai. Sang lelaki hanya mencibirkan bibirnya dan melangkah lagi tapi Kai justru malah menarik lengan sang lelaki dan mencengkeramnya kuat seakan tak membiarkan lelaki itu pergi. “Bilang makasih atau gue ga akan pergi.” Perintah Kai sambil tersenyum simpul menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. Sang lelaki menghembuskan nafas panjang dan terlihat lelah menghadapi kelakuan Kai yang sudah melebihi batas menurutnya. “Makasih.” Ucapnya pelan. “Ga denger.” Kai makin mencengkeram lengan sang lelaki kuat. Sang lelaki terlihat naik darah dan justru itu menjadi kesenangan Kai untuk membuat emosi sang lelaki itu meletup-letup. “Makaseh.” Sang lelaki mengucapkan dengan lantang dan menghempaskan tangan Kai yang mencengkeram lengannya. Kai tertawa puas dan berjingrak tak jelas. Tak sampai situ, Kai masih penasaran dengan pria misterius yang berhasil menghipnotisnya 20 menit yang lalu itu. Kai mengintip dari jendela kelas dan melihat lelaki tadi hendak memperkenalkan dirinya di depan kelas. Terlihat beberapa pasang mata perempuan di dalam kelas itu yang ‘kelaparan; akan lelaki tampan. Kai melihatnya kesal namun tetap terfokus pada objek favoritnya. “Nama gue Andra Putra Ramayudha. Gue pindahan dari Malang, seneng ketemu kalian.” Katanya dengan tegas tanpa sedikitpun senyum yang tersungging. Kai tersenyum sumringah dan berteriak lagi, “WOI ANDRA! ADD LINE GUE YA @MIKAILAHORAN. DI CHAT YA JANGAN DI BLOCK!” Kai langsung berlari dari jendela kelas 11 IPA 3. Kai yang melihat hanya menghembuskan nafasnya berusaha bersabar. Sepertinya hidupnya selama di sekolah ini akan diganggu oleh perempuan semacam Kai yang membuatnya naik darah. Bu Ida keluar dan melihat Kai berlari sambil tertawa. “MIKAILA!” teriak Bu Ida lantang. Kai hanya menggelengkan kepalanya pada Bu Ida dan tersenyum manis dan berlalu pergi. Bu Ida hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Kai yang membuatnya bingung. Bingung dengan sebutan apa kelakuan semacam Kai dan teman-temannya yang selalu membuat kepalanya pening. ** Kai duduk di sebelah jendela yang pemandangannya langsung kearah lapangan. Kebetulan kelas 12 IPA 1 berada di lantai 1. Elena masih sibuk mengerjakan pr yang belum dikerjakannya dirumah. Sejak pertemuannya dengan Andra, Kai tak henti-hentinya tersenyum. Bahkan wajah masam Andra justru membuatnya meleleh dan terus memikirkan bagaimana cara agar bisa bertemu dengan dewa yunani tampan pujaan barunya. Elena yang memperhatikan sejak tadi pun menepuk bahu Kai keras sampai Kai mengaduh kesakitan. “Astaga dragon darakula, El tangan lu kaya petinju dah!” teriak Kai sampai membuat seisi kelas menatapnya. Untung saja, guru mata pelajaran kimia belum tiba, jika ada mungkin Kai akan ditegur lagi untuk kesekian kalinya. Tak lama kemudian, dating seorang pria paruh baya dengan menenteng tas laptop berukuran sedang dengan memainkan gantungan kunci motor yang menggema di dalam kelas. Kai dan Elena serta murid seisi kelas menghembuskan nafas panjang. Pak Mugiono baru saja dating untuk memulai pelajaran Bahasa Indonesia. “Ayoo ayoo duduk yang rapi…” katanya dengan bahasa yang khas. Kai tampak tak bersemangat karena sebentar lagi pasti dirinya akan menjadi sasaran empuk roda kehidupan yang keras di dalam mata pelajaran ini. Khalif selaku ketua kelas menginterupsi murid-murid untuk berdoa. Selang 3 menit, Pak Mugiono mulai membuka buku absennya dan menaruh tangan di dagunya seraya mengernyit sambil berpikir. Murid-murid di dalamnya mulai gusar sembari membuka LKS. Takut-takut akan menjadi sasaran empuk. “Oke bapak pilih ya untuk maju ke depan….” Benar saja. Dengan logat khas jawa, Pak Mugiono menelisik isi buku absen yang berisi nama-nama murid kelas 12 IPA 1. Tatapannya tertuju pada satu nama yang selalu menjadi favoritnya. “Bapak mau yang namanya depannya dari K maju ke depan….” Ucapnya lagi. Kai dan Elena menghela nafas lega. Di dalam kelas 12 IPA 1 terdapat 2 orang yang memiliki nama dengan huruf depan K yakni Khalif dan Kinanti. Mereka berdua sudah pucat pasi dan saling bertatapan seolah tak ingin maju ke depan. “Loh kok ndak ada mau maju?” Pak Mugiono mempehatikan seisi kelas. Kai hanya tersenyum puas karena kali ini dirinya tak harus maju dan menjawab pertanyaan aneh aneh dari Pak Mugiono di depan kelas. “Mikaila?” ujar Pak Mugiono sembari menatap Kai yang sedang tersenyum lebar. Kai tersentak kaget. “Maksud Bapak ini yang depannya K itu Kai. Mikaila, ayo maju…..” Dan pupuslah sudah, seisi kelas menertawakan Kai. “Lah Pak?” Kai mencoba memprotes namun tatapan Pak Mugiono tetap menginginkannya maju ke depan. “Iye iyeee!” Kai akhirnya pasrah dan berjalan gontai ke depan kelas. ** Kai menyeruput es teh manis kesukaannya dengan cepat. Elena sudah tak heran, pasti Kai sedang kesal akibat ulah Pak Mugiono yang mengerjainya di depan kelas tadi. Zia dan Monita belum terlihat batang hidungnya, kelas mereka memang terpisah akibat salah seorang guru BK yang tidak menginkan kebersatuan mereka berempat dalam satu kelas. Karena akan membuat kegaduhan pastinya. Kai mengacak rambutnya yang telah di lepas jedai. Ia menatap sebal sambil menggerutu berkali-kali. Elena hanya berdecak sambil sesekali melempari sobekan rotinya ke dalam kolam lele yang berada di warung tempat mereka jajan. “Udah sih, Kai. Si Pak Mugi emang ngefans banget ama lo. Kalo giliran maju sama jawab pertanyaan pasti maunya sama lo terus! Hahahaha…” ledek Elena yang semakin membuat Kai kesal. “Diem lo k*****t. Gue mulu sasaran lingkaran hitam. Liat aja target gue nanti kalo pelajaran dia. Abis tuh si Khalif garagara tadi ngetawain gue!” Kai langsung beranjak dari duduknya dan menemui ibu penjual warung untuk membayar es teh tadi. Namun saat ia akan berbalik, tak sengaja seseorang menubruknya dan es teh yang tadi dipegang Kai langsung mengguyur baju seseorang yang menubruknya. “Aduh!” katanya sambil memegang bagian perutnya yang terkena es teh manis. Kai langsung mengangakan mulutnya dan menatap orang yang menubruknya. “ANDRA?” teriak Kai heboh tanpa memedulikan wajah-wajah orang di sekitarnya. Andra menatap Kai tajam. “Lo kalo mau jalan liat-liat dong! Jangan asal aja nubruk orang!” bentak Andra kesal. Kai hanya tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya. “Liat kan? Basah nih baju gue!” Andra langsung mengibaskan bajunya dengan tangannya, berharap cucuran es teh manis itu akan luruh. Kai langsung mengambil tisu dari sakunya dan membersihkan baju Andra yang terkena tumpahan air teh tadi namun Andra langsung menepis tangan Kai dan berlalu pergi. Kai tersenyum lagi. Elena langsung menhampiri Kai dan menatap Andra yang sudah jauh dan Kai yang ada di hadapannya secara bergantian. “Tuh cowo gila apa! Jelas-jelas salah dia karna udah nubruk lo! Malah elo yang dituduh ga liat-liat!” ucap Elena kesal. “Ini lagi elo! Di maki-maki tuh cowo malah senyum-senyum ayam kaya orang b**o! Lo kenapa sih Kai?” lanjut Elena sambil memegangi dahi Kai yang tidak panas. “Ih apaan si, El. Udah gausah marah-marah sama dia. Guenya tadi emang ga liat-liat.” Kata Kai membela Andra. “Terserah lo deh. Aneh gue sama lo. Biasanya lo bakalan bacotin orang yang model begitu. Lah ini malah kaya muja-muja.” Pasrah Elena dan kembali duduk. “Btw, dia cowo yang tadi ketemu kita di kantor kan? Si anak baru? Ade kelas songong.” Kai hanya mengangguk. “Dia ga songong, El. Tapi lucu.” Kai memulai lagi. Elena hanya bisa pasrah atas jawaban sahabatnya itu. Tak lama datang Monita dan Zia dengan wajah sumringah. “Hai para biduanku!!!” sapa Zia langsung mengambil es jeruk milik Elena dan meminumnya habis dalam sekali tenggak. “Eh kuli! Minuman gue tuh!” Elena melototi Zia, namun Zia hanya tersenyum samar dan duduk di hadapan Elena. Monita menatap Kai bingung yang sejak kedatangannya dengan Zia, ia hanya senyum-senyum tak jelas sambil menatap kearah gedung sekolah. Monita langsung menepuk bahu Kai keras dan menaikkan dagunya. “Napa lo senyum-senyum?” Tanya Monita bingung. “Lagi ada yang kesemsem sama brondong!” sahut Elena. Kai hanya tersipu malu. “Ihhh….bawel lo. Ga kesemsem, cuma lucu aja.” Bela Kai. “Alah alibi mulu nih kancutnya Niall Horan.” Balas Monita lalu disambut gelak tawa mereka berempat yang membuat tatapan murid lainnya bingung.                                                                                  ***                                                                        to be continued Jangan lupa untuk tap love dan komen^^ Madebyshan

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sweetest Diandra

read
70.4K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.5K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.0K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
259.8K
bc

True Love Agas Milly

read
197.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook