bc

Where To

book_age16+
823
FOLLOW
11.0K
READ
love-triangle
contract marriage
family
second chance
friends to lovers
arranged marriage
drama
cheating
childhood crush
friendship
like
intro-logo
Blurb

*sekuel When You* (makanya baca When You dulu)

|| Kenyataannya kau berada di suatu tempat di bawah nadiku. Andai kau menyatu dengan denyutnya maka aku tidak akan segila ini untuk menemukanmu. ||

Ditinggal mati oleh orang yang dicintainya apalagi ketika dirinya melihat sendiri bagaimana kekasihnya itu bersimbah darah bukanlah sesuatu yang bisa ia lalui bahkan sekalipun dirinya ingin. Kini enam tahun berlalu dan semua orang sudah mendesaknya untuk menikah. Uci semakin merasa terancam ketika satu dari teman dekatnya datang dengan sebuah lamaran yang disambut terlalu baik oleh para keluarga.

Mengingat binar bahagia kedua orang tuanya membayangkan dirinya berada dalam sebuah pernikahan akhirnya membuat Uci menyerah setelah serangkaian acara kabur-kaburan. Uci sadar menikah berarti ia akan kehilangan satu pria yang selama ini selalu memberikan waktu, bahu bahkan pelukannya tiap kali Uci terpuruk, menangis dan terjebak dalam kesedihan masa lalu yang selalu menghantuinya.

Uci menikah seperti yang semua orang mau tapi pernikahannya sungguh jauh dari yang semua orang janjikan padanya. Pernikahan justru membuat Uci semakin g**a. Uci sakit, ia butuh pria yang telah dibuangnya demi keluarga tapi pria itu tidak ada di manapun. Kemudian disinilah Uci dengan rumah tangganya yang hancur pun sama dengan dirinya. Saat ia pikir hidupnya benar-benar tidak bisa diperbaiki lagi, pria itu tiba-tiba saja berada di depan matanya dengan jarak yang sangat dekat, memberikan kembali tawa dalam hidupnya.

Cover : wede

Gambar : pixabay

Font. : canva

chap-preview
Free preview
1
_____________________________________ || Kenyataannya kau berada di suatu tempat di bawah nadiku. Andai kau menyatu dengan denyutnya maka aku tidak akan segila ini untuk menemukanmu -Wede || _____________________________________ Kamar dengan nuansa yang sangat tidak pantas untuk seorang cewek, atau memang bukan kamar cewek itu, tampak cukup berantakan dengan senar gitar dan gunting yang berserakan di atas lantai. Sementara seseorang yang bisa dikambinghitamkan atas nasib naas senar-senar gitar itu sedang duduk tak jauh dari kekacauan yang kemungkinan dibuatnya, dengan punggung bersandar pada kaki ranjang dan kepala menengadah pada plafon kamar, posisinya sat ini membuat leher jenjangnya terekspos tanpa penghalang. Jika diperhatikan lebih dekat maka hanya mereka yang rabun saja yang tidak akan menyadari aliran air mata di sepanjang leher jenjangnya. Satu-satunya manusia yang berada dalam ruangan yang tampak mewah dengan lemari kaca berisi miniatur super hero itu menegakkan kepalanya begitu mendengar suara ketukan pintu. “Kak, aku berangkat dan pliss.. Jangan sampai tomat madunya masih dicuekin pas nanti aku sudah sampai rumah lagi!” Seseorang yang mengganggunya dan memanggilnya Kakak ternyata tak bermaksud untuk masuk sehingga si Kakak tidak harus menyeka pipi dan hidungnya. Dia menyerngitkan dahi mendengar istilah yang di pakai seseorang yang kemungkinan adalah Adiknya, selain tomat kampung yang ia tahu hanyalah tomat cheri. “Tunggu Bian!” panggilnya sambil berjalan menuju pintu dan menyenderkan tubuhnya ke sana, “Kakak ga suka makan buah hasil rekayasa genetika,” lanjutnya. “Waaa.... speechless aku! Pokoknya di kitchen island ada mangkok kecil berisi cairan merah yang lengket, lalu tempelin ke muka Kakak!!!” ucap si Adik yang bernama Ralin Abriana Chavali sedikit menyentak karena kesal. Memangnya Kakaknya pikir ia tahu istilah aneh yang barusan ia sebutkan? “Kakak dengar kan? Aku ga terima jerawat sialan itu ngontrak di wajah Kakak apalagi sampe beli tanah, bisa berabe, Kak! Kapan aku dapat Abang ipar coba,” lalu seaakan keduanya sadar sudah melanggar aturan tak kasat mata yang mereka sepakati tanpa akad, keduanya terdiam. Langkah Bian terhenti di anak tangga pertama dan ia menatap kamar almarhum Abangnya dalam diam sedangkan Kakaknya, Lucy Adelina kehilangan detak jantungnya sepersekian detik. Seakan matanya mampu menembus daun pintu dan melihat Bian masih terdiam di tempatnya, Uci mengucapkan kata pendek yang mampu membuat Adiknya berhenti termenung, “Iya, Dek,” begitu ucapnya. Semua orang di sekelilingnya kompak sekali mengkhawatirkan satu masalah yaitu umurnya yang sudah sangat pantas untuk menikah tanpa tahu apa sebenarnya masalah Uci. Gadis dua puluh tujuh tahun itu tidak butuh semua orang menghadirkan sosok laki-laki yang menurutnya sempurna ke hadapannya, karena yang Uci butuhkan hanyalah obat penawar rindu. Ia bahkan berjanji jika ia bisa mendapatkan obat itu ia akan menuruti semua yang semua orang inginkan. Menikah? Ya, Uci akan menikah tidak peduli dengan siapapun. Memberikan cucu seperti yang selalu bang Edo sindir? Tentu akan Uci lakukan. Tapi jiwanya memekik, meronta untuk diberikan terlebih dahulu penawar rindunya, Febrian Adam Chavali. Tingkah Uci yang datang dan mengurung diri di kamar ini juga untuk mencoba mengatasi rindunya, cara yang sebenarnya tidak efektif, tidak pernah. Semalam Uci bermimpi indah, sangat indah sampai ia bahkan tersenyum dalam tidurnya yang mengakibatkan ia harus terbangun, hal yang benar-benar disesalinya meskipun tersenyum dalam tidur sama sekali bukan hal yang bisa ia kontrol. Uci bermimpi menggenggam tangan besar dan hangat milik seseorang yang ia hapal mati. Lalu kesadarannya kembali ketika tiba-tiba terbangun sehingga beginilah kondisi matanya sekarang, bengkak. Menggunting senar gitar sudah menjadi kebiasaannya semenjak enam tahun yang lalu. Ia merasa bisa menyalurkan kekesalannya tentang tidak sengaja terjaga atau tidak sengaja tersenyum saat tidur ketika memipikan Adam dengan menghancurkan gitar itu sama seperti dulu saat ia melampiaskan kekesalannya karena Adam mengingkari janji. Cewek yang sengaja mencopot batere onselnya agar tidak diganggu siapapun itu seketika menampilkan raut bersalah dan cepat-cepat membuka laci meja belajar Adam dan mengambil senar baru, memasangnya sehingga benda kesayangan pacarnya itu kembali seperti semula. Lalu menutup mata dan kembali menengadahkan kepala menuju langit-langit kamar agar tangisnya tidak kembali merembes. Setengah jam kemudian kamar yang semula tenang menjadi bising karena ia menyetel lagu-lagu yang menjadi satu-satunya hal yang membuat Uci tidak akan lupa pada suara dan punggung tegap Adam saat memainkan gitarnya. >>> Dosen Ekonomi pemilik sertifikat tanah dan juga rumah tempat Lucy Adelina sedang mencoba menghadirkan sosok Adam di sekitarnya itu langsung mencoba menemui calon menantu yang sekarang bermetamorfosa menjadi anak gadisnya begitu pulang dari kampus, namun seperti biasa tidak ada yang akan bisa melewati pintu berkusen hitam itu jika Uci sudah berada di dalamnya. Mengetuk pun hanya membuat punggung tangan semakin tumpul karena volume musik bahkan sudah tidak bisa di tolerir oleh telinga manusia. Uci menunjukkan wajahnya pada pemilik rumah pukul setengah enam sore. Ia menemukan Bian menatapnya jengkel sedangkan Erwin Chavali memandangnya pasrah. Dengan tidak tahu malunya, padahal semua orang sudah tau bahwa senyumnya palsu, Uci menyapa keduanya dengan riang. “Papa kok mukanya kaya mahasiswa baru di ospek?” tanya Uci sambil menyendokkan nasi untuk papanya, papa kedua dalam hidupnya. “Nak.. Reza sudah menunggu sejak siang,” Erwin menerima sepiring nasi dari Uci lalu memberi isyarat untuk segera menemui Reza. “Ejak bahkan sedang tidak berada di Zona Ekonomi Eksklusif, Pa,” kekeh Uci yang mendapat julingan mata dari Bian. Apa Kakaknya pikir pembicaraan harus selalu disesuaikan dengan pendidikan lawan bicaranya? Mentang-mentang Papanya dosen ekonomi? Begitu? Eh.. bukannya itu pelajaran geografi? Dalam keraguannya Bian mengumpat karena memaksakan diri untuk memikirkan hal remeh nan tidak penting begitu. Memang apa urusannya kalau itu ekonomi atau geografi? Kenyataannya seseorang yang sudah bersabar menghadapi Kakaknya selama beberapa tahun ini memang sudah menunggu sejak tadi, Bian bahkan tidak sangsi bahwa si mungkin – akan – jadi – abang - ipar sudah lumutan karena menunggu. Melihat raut Papa yang menegaskan bahwa ia tidak sedang bercanda tentang pria yang baru saja beliau sebutkan, Uci segera beranjak. Berniat untuk menemui temannya itu namun segera diteriaki Bian. “Perban dulu mukanya! Nanti bang Ejak balik kanan!” begitu ucap Adiknya yang hanya Uci balas dengan gerakan mulut tanpa suara. Lagian mau Reza balik kanan, hadap kanan atau bubar jalan sekalian itu tidak akan membuat penyesalan dikemudian hari, Uci sangat tau itu. Uci berjalan cepat melewati foto keluarga dengan tambahan dirinya disamping Adam dan menemukan Reza sedang duduk di sofa dan dalam keadaan setengah mengantuk. Ia mendekati Reza dan berdiri dengan tangan di pinggang saat sudah sampai di hadapan temannya itu lengkap dengan sebelah alis yang dibuat naik sedemikian rupa. “Kamu-” Belum sempat Uci menyuarakan protesnya karena Reza berani menampakkan wajah di hadapan pak Erwin, tak hanya menampakkan wajah Reza bahkan mendatangi rumah ini, Reza sudah menyambar terlebih dahulu. “Aku cuma kangen,” begitu yang diungkapkan pria cinta pertama Uci yang sekarang tampak sangat lelah. Reza tidak menyesal mengatakan apa yang tengah ia rasakan walaupun ia tahu dengan sangat bahwa Uci sangat terganggu saat ini terlebih ia mengatakan hal ini di rumah satu-satunya pria yang sangat Uci inginkan untuk mengatakan rindu padanya. Reza Alaric Sagara paham bahwa jika ia tidak datang pada Uci dengan tiga kata ini maka pasti ia akan mendapatkan pelukan dari gadis itu tapi tidak, Reza tidak butuh skinship saat ini karena kebutuhan untuk mengatakan perasaannya jauh lebih membuncah jika dibandingkan dengan kebutuhan untuk mendekap sang gadis. Uci mengepalkan tangannya berusaha meredam emosi, memang beginilah tugas pria di depannya ini dalam hidup Uci, membuatnya jengkel, marah dan kadang muak. Gadis itu meninggalkan Reza dan kembali ke meja makan untuk pamit.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.7K
bc

OLIVIA

read
29.2K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.0K
bc

HOT NIGHT

read
605.3K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
285.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook