Hello, Bride!

Hello Wedding! adalah sebuah perusahaan Wedding Organizer yang sudah berdiri selama 4 tahun. Di mulai dari mengurus pesta pernikahan sederhana tiap bulannya, Wira sang pemilik berhasil mengembangkannya. Kali ini WO nya menepati gedung di daerah Senopati, dan berhasil merekrut puluhan pegawai dan mengatur belasan pernikahan tiap bulannya. “Mbak Ara aku butuh berkas persetujuan dari katering, buat pernikahan tanggal 4 nanti dong.” Seorang perempuan dengan rambut berantakan mendatangi bilik Ara secara tiba-tiba. Ekspresinya lelah, bahkan sudah menenteng sepatu hak tingginya. Kayla kemudian melipir ke biliknya sendiri sementara, pemimpin timnya itu mulai mencari berkas yang ia minta. Dia menghela napas setelah menghabiskan sebotol air putih di atas mejanya, lantas menatap kesibukan disekitarnya dengan ringisan. “Yaampun kacau banget kantor,” lirih Kayla menatap rekan kerjanya yang berkali-kali berpindah antar divisi, ataupun seperti ia yang bolak-balik bertemu vendor dan kembali ke kantor. “Sebenarnya ada berapa pernikahan lagi sih?” “Banyak, dan akan terus bertambah.” Kayla dibuat tersentak ketika pertanyaan yang lebih diajukan untuk dirinya sendiri, di balas oleh Dany. Sang desainer pelaminan itu menampakkan diri dari biliknya dengan tumpukan kertas yang cukup tebal. Rambutnya berantakan, tak lupa dengan mata panda yang menghiasi wajahnya. Perempuan itu lebih mirip zombie daripada pekerja WO. Entah sudah berapa malam yang dilewatinya tanpa tertidur. “Loh Kay, bukannya lo mau ketemu orang katering?” Tiba-tiba seorang pemuda muncul dan meletakkan kantong plastik besar berlogo salah satu minimarket. Wajahnya sama lelah dengan karyawan lain, dengan tas besar berisi kamera di punggung. “Tadi gue lihat lo di parkiran, kok balik lagi?” “Ketinggalan berkasnya Mas,” jawab Kayla melirik ke arah Ara yang masih mencari berkasnya dengan ponsel terapit di bahu. Ia merasa kasihan melihat pemimpin timnya itu yang dibuat kewalahan menyiapkan kebutuhan klien dan masih mengurusi permintaan bahkan keluhan dari mereka. Sebenarnya Kayla bisa saja mencari sendiri berkasnya, namun Ara tidak akan senang dia mengacak-acak susunan berkas di atas meja. “Nih Kay berkasnya, sekalian kamu mampir ke hotel Ciputra. Kasih sisa pembayaran buat kamar dan ballroom, buat tanggal 6. Makasih ya.” Ara menyerahkan map berwarna biru dan hijau, tak lupa sebuah kartu debit perusahaan. Ia langsung kembali ke biliknya ketika ponselnya berdering kembali. “Oh iya Mbak, aku kesana sekarang ya. Makasih,” ucap Kayla sedikit berteriak meraih sepatu hak tingginya asal dan langsung berlari menuju tangga. Mengabaikan panggilan dari Haidar yang berusaha menghentikannya. “Kenapa?” tanya Dany mencomot sebotol soda dari dalam kantong plastik dengan suara lesu. “Dia ngambil sepatu beda warna,” jawab Haidar melirik ke arah sepatu hak tinggi di bawah meja Kayla. Menyisakan sepatu warna hijau dan merah yang masing-masing tertinggal sebelah. Sudah dapat dipastikan Kayla akan dibuat malu akan sepatunya yang berbeda warna dan begitu mencolok. Di Hello, Wedding! hanya ada 2 kemungkinan bagi setiap pekerjanya ketika kesibukan menjemput. Berpenampilan seperti orang gila, atau menjadi gila.