bc

I Wanna be with You (Indonesia)

book_age16+
957
FOLLOW
15.0K
READ
forbidden
love-triangle
friends to lovers
dare to love and hate
CEO
drama
sweet
bxg
small town
first love
like
intro-logo
Blurb

Apa yang terjadi ketika kita dihadapkan pada suatu pilihan yang berat? Saat kita mencintai seseorang yang tidak semestinya kita cintai. Ketika perbedaan keyakinan menghalang segala rasa dan asa.

Kayla, jatuh cinta pada orang yang salah. Mencintai seseorang yang tak seharusnya ia ingini. Pun sebaliknya, Darren mengagumi segala apa pun yang ada pada diri Kayla. Meski perbedaan itu benar-benar menjadi penghalang terbesar mereka.

Bagi Darren, Kayla adalah pelangi yang sengaja Tuhan ciptakan untuk mewarnai hidupnya yang sempat gelap.

Dan bagi Kayla, Darren itu seperti air, yang Allah ciptakan untuk menyejukkan hatinya.

______________

Main Cast :

- Darren Pramono

- Mikayla Putri

Cover vector by : Honeybale Graphic

chap-preview
Free preview
Part 1 Babysitter untuk Bayi Besar
"Kamu saya pecat karena sudah membuat onar di kantor ini!" Pak Ryan terang-terangan memecatku. "Tapi bukan saya yang memulai dulu, Pak. Dia yang mulai," belaku sinis lalu menunjuk Tika dengan daguku. Aku tak habis pikir kenapa hanya aku yang dipecat sementara Tika tidak. Padahal, Tika yang mencari masalah dulu. Dia yang membuatku marah, jadi wajar saja kalau aku murka dan terjadilah aksi jambak-menjambak antara kami berdua. Kronologinya, Tika tidak terima kalau aku dekat-dekat dengan pacarnya. Sebenarnya bukan aku yang kegatelan, sih. Pacar Tika--Ikhsan-- memang belum sepenuhnya move on dariku. Dulu kami sempat pacaran, tapi tiba-tiba putus karena Tika muncul sebagai orang ketiga. "Tika tidak akan memulai dulu kalau kamu tidak membuatnya marah." Pak Ryan mati-matian membela ponakannya yang jelas-jelas bersalah. Sebetulnya alasan tepat kenapa beliau terus membela Tika karena Tika ini keponakannya, itu menurut dugaanku. Tapi menurutku itu tidak adil. Sebagai kepala divisi, beliau harus memperlakukan para karyawannya dengan baik dan adil. "Bapak nggak bisa gitu, dong. Ini namanya pemecatan secara sepihak. Bapak nggak adil sama karyawan." "Pokonya kalau saya bilang dipecat ya dipecat. Kamu mau saya laporkan ke atasan karena tingkah kamu yang seperti preman tadi?!" Ancaman Pak Ryan sukses membuatku mati kutu. Memang dalam agenda jambak-jambakan tadi, aku menang banyak. Aku tipikal perempuan tomboi. Tika saja sampai bibirnya berdarah karena tadi aku tak sengaja menamparnya. Seketika terbesit rasa menyesal. Menyesal bukan karena aku sudah melukai Tika. Aku menyesal hanya karena ribut-ribut soal Ikhsan dengan Tika, aku sampai kehilangan pekerjaan. Aku hanya tidak terima saat ia memaki bahkan mengataiku sebagai jalang. Bukankah dulu Tika yang tiba-tiba datang merusak hubunganku dengan Ikhsan sampai akhirnya Ikhsan tergoda dan lebih memilihnya? Akh, mereka berdua memang sama saja. Sama-sama biang masalah. Terlalu malas untuk terus-menerus berdebat, akhirnya aku undur diri dari ruangan Pak Ryan karena sudah tidak ada harapan lagi untuk tetap bertahan di kantor ini. Aku melangkah lemas menuju ruang divisi marketing yang di sana sudah ada beberapa rekan kerjaku. Akh, perlu aku beritahu, ruang divisiku terdiri dari tujuh karyawan ditambah aku jadi totalnya ada delapan. Tika dan Ikhsan pun masih satu divisi denganku. Menyebalkan sekali bukan, jika harus bekerja satu tim dengan dua cecunguk si biang kerok itu? "Kay, gimana? Lo kena damprat Pak Bos?" tanya Sarah--seorang karyawati yang duduknya di sebelah kananku persis. Aku yang baru saja duduk di kursi kerja pun hanya sanggup menatapnya sedih. Sedih banget harus kehilangan pekerjaan hanya gara-gara kesalahpahaman. Tahu sendiri nyari kerjaan jaman sekarang susah bener. Huft. Aku memutuskan berkemas-kemas. Merapikan meja kerja yang tadi sempat berantakan karena ulah berkas-berkas penting. "Kay, lo mau ke mana? Jangan bilang lo dipecat ya, Kay?" tanya salah satu karyawan pria di sini. "Iya, Kay, lo nggak dipecat, kan?" Sarah membuka suara lagi. Rekan-rekan kerja yang lain pun ikut menanyai soal aku dipecat atau tidak. Hanya Tika dan Ikhsan saja yang cuek bebek. Mereka memang menyebalkan. "Ini semua gara-gara lo sih, San. Mbok yo kalau jadi cowok jangan kegatelan. Udah punya cewek ya udah. Jangan ngejar-ngejar mantan terus." Salah seorang karyawan satu lagi justru menyalahkan Ikhsan. Ya memang Ikhsan itu salah, sih. "Iya tuh bener. Sok tebar pesona banget sih kamu, San?" Sarah pun tak mau ketinggalan untuk tidak menyalahkan Ikhsan. Sedangkan Ikhsan hanya sanggup menatap kami dengan gugup. Tanpa ada sepatah kata pun yang ia ucapkan untuk memberi penjelasan. Huh, tipikal pria pengecut. Nyesel dulu aku sudah pernah tergila-gila padanya. Biar bagaimana pun Ikhsan adalah cinta pertamaku. "Udah, udah, nggak perlu pada ribut gitu. Nggak perlu nyalahin Ikhsan juga. Ini udah nasib gue kerja di sini sampai sini aja." Aku pun menengahi karena tidak mau melihat mereka ribut hanya karena membela aku. Saat aku berpamitan dengan rekan-rekan kerja yang lain, terlihat mereka sepertinya sedih melepasku. Terutama Sarah. Di divisi ini dia adalah salah satu teman yang paling dekat denganku. "Hati-hati ya, Kay. Kita masih tetap bisa ketemu, kan?" Sarah menurutku terlalu berlebihan. "Idih, nggak perlu menye gitu lah. Nanti kapan-kapan kita hangout bareng," hiburku pada Sarah. Aku melangkah melewati meja Tika dan Ikhsan yang kebetulan mereka duduk bersebelahan. Keduanya tak ada yang mau berani menatapku. Apalagi lkhsan. Dia seolah-olah tak menanggap kehadiranku saat ini. Pura-pura sibuk dengan dokumen di meja. Padahal tadi sebelum kepergok oleh Tika, Ikhsan terang-terangan meminta balikan. Laki-laki model seperti Ikhsan ini bagusnya dimusnahkan saja. *** "Kerja bentar tau-tau dipecat. Payah bener lo, Kay," ejek Siska. Dia ini temanku sejak duduk di bangku kuliah. Setelah hengkang dari kantor, aku menemui Siska di kantornya. Kita pun makan berdua di kantin kantor. Siska termasuk nasibnya lebih beruntung dariku. Ia memiliki pekerjaan sebagai seorang sekretaris direktur utama di perusahaan kerabatnya. Pasti gajinya berlipat-lipat dari gajiku tuh. "Emang nasib gue lagi apes aja akhir-akhir ini. Elo ada lowongan pekerjaan nggak? Siapa tau kantor lo masih butuh karyawan gitu." Satu-satunya orang yang bisa kumintai tolong adalah Siska. "Eum, bentar." Siska meraih ponsel dari saku bajunya. Sepertinya ia tengah mencari-cari sesuatu. "Nah, gua ada kerjaan buat lo." "Kerjaan apaan, Sis? Bagian apa?" tanyaku antusias. Aku sangat berharap bisa bekerja satu kantor dengan Siska. "Eum, ini kerjanya nggak di kantor gue, sih." "Lho, terus? Kerja di mana emang?" "Jadi gini, Tante gue lagi nyari orang buat ngurus anaknya." "Ngurus balita gitu?" Aku langsung beranggap kalau tantenya Siska ini masih punya anak kecil yang masih butuh seorang pengasuh. Nggak apa-apa deh jadi babysitter. Yang penting halal. "Bukan balita, sih. Melainkan bayi besar." "Hah? B-bayi besar? M-maksudnya?" Aku sama sekali tak paham dengan bayi besar yang dimaksud oleh Siska itu. "Jadi gini. Anak sulungnya Tante Dea--kakak sepupu gue itu lagi sakit. Doi namanya Darren. Darren mentalnya terganggu semenjak istri dan juga calon anaknya itu meninggal karena kecelakaan. Tante Dea butuh orang buat ngurus keperluan Darren sehari-harinya. Di rumah ada dua pembantu, sih. Tapi pembantu di situ lebih fokus ngurus rumah aja ketimbang Darren." Siska menawariku untuk mengurusi bayi bangkotan bernama Darren itu. Apa dia tidak salah? Yang dimaksud mengurus di sini, apa aku harus memandikan dan juga memakaikan baju untuknya? Dih, ogah! "Lo paling cuma nemenin Darren doang. Kalau mandi ya Darren masih mampu ngelakuin sendiri lah. Darren cuma butuh temen sebenarnya. Dia itu sedang dalam titik berat, depresi. Sementara keluarganya sibuk sendiri-sendiri." Aku menimbang dan terus menimbang-nimbang apakah minat atau tidak dengan pekerjaan ini. "Gajinya berapa gitu?" Aku penasaran soal gaji. Yang kutahu, Siska berasal dari keluarga berada. Siapa tahu si Darren itu juga anak orang kaya yang mana kerja ngurusin dia digaji lumayan gede. "Satu bulan, tujuh juta. Bersih." "Hah?!" Aku melongo. Terkejut. Tercengang. Gajinya lebih gede dari gajiku kantor. "Tapi lo diharuskan nginep di sana." "Nggak masalah. Nginep, no problem. Yang penting, duit tujuh juta masuk ke kantong gue, tiap bulan." Aku langsung setuju untuk bekerja di tempat tantenya Siska itu. Sebodo amat kerja ngurusin bayi besar, yang penting nggak jadi pengangguran di kota orang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suamiku Calon Mertuaku

read
1.4M
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K
bc

PERFECT PARTNER [ INDONESIA]

read
1.3M
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook