bc

The Academy: Penerimaan Mahasiswa

book_age18+
1.3K
FOLLOW
10.1K
READ
dark
student
drama
tragedy
mystery
brilliant
genius
school
slice of life
like
intro-logo
Blurb

[Completed Story].

Ini adalah cerita fiksi. Setiap informasi yang tertera tidak dimaksudkan untuk sugesti atau provokasi bagi pembaca.

Petunjuk pertama: Ketika para dewa berkumpul dalam terang di bias gelap, di titik fokus terdapat cahaya murni yang bersinar.

Petunjuk kedua: Ketika kecepatan tertinggi bersemayam, Merkurius akan dengan bahagia bertahta.

Petunjuk ketiga: Di pusaran hitam dan putih, akan ditemukan kebijaksanaan. Apollo, menarilah!

Petunjuk keempat: Es pun melebur, terang datanglah!

Harap pembaca bijak memilih bacaan karena mengandung adegan kekerasan dan beberapa adegan seksual. Genre: thriller/action/slice of life/romance.

chap-preview
Free preview
Episode 1
Sebuah perguruan tinggi baru, The Academy, baru saja didirikan oleh sejumlah profesor brilian dalam bidangnya masing-masing. Para profesor itu adalah yang terbaik, dengan IQ jelas jauh di atas rata-rata. Segera setelah The Academy dibuka, berbondong-bondong calon mahasiswa mendaftarkan diri. Aneh! Mengapa suatu perguruan tinggi yang baru dibuka bisa begitu saja menyerap banyak calon mahasiswa? Ada beberapa alasan. Keistimewaan pertama yang bisa jadi merupakan suatu daya tarik yang paling memikat bagi para calon mahasiswa, alumni The Academy akan langsung mendapat gelar M.Sc.P (Master Science of Planning). Dengan kata lain, The Academy adalah perguruan tinggi yang memberikan fasilitas akselerasi studi bagi para mahasiswanya. Tidak perlu lagi menempuh jalur strata satu, tapi langsung masuk ke jenjang strata dua. Baru satu keunggulan yang dibahas. Mari kita masuk ke keistimewaan selanjutnya. Keunggulan kedua adalah masuk ke The Academy jelas tidak mudah. Saringannya super ketat, jauh lebih ketat dari berbagai perguruan tinggi terfavorit di negara Dream World. The Academy hanya menerima 10 orang mahasiswa per empat tahun dengan sistem saringan berjenjang pula. Syarat untuk masuk The Academy selain merupakan siswa unggulan, juga harus memiliki IQ Jenius (160 ke atas). Di bawah itu, peluang calon mahasiswa adalah nihil. Dari dua hal itu saja sudah terbayang betapa istimewanya The Academy, bukan? Tunggu! Itu belum semua! Kehebatan The Academy yang lain adalah tidak dipungut biaya sesen pun, alias gratis! Sebagai imbal balik, para mahasiswa wajib menandatangani klausul persetujuan untuk siap melakukan setiap tugas yang diberikan oleh para profesor tanpa menunda-nunda dan dengan kesungguhan penuh. Selain itu juga, para mahasiswa akan tinggal di asrama selama 24 jam. Hanya boleh pulang ke rumah pada akhir semester. Ini bertujuan untuk membuat mereka terkonsentrasi penuh pada setiap kegiatan belajar-mengajar yang akan dilakukan. Di asrama, para mahasiswa lagi-lagi harus menandatangani klausul persetujuan untuk menaati setiap aturan asrama. Jika ada yang akan melanggar, maka akan dikeluarkan dari asrama. Mengingat The Academy mengharuskan setiap mahasiswanya tinggal di asrama, dikeluarkan dari asrama berarti keluar dari The Academy. Bagi setiap mahasiswa yang dikeluarkan dari The Academy, dikenakan penalti sebanyak lima kali lipat seluruh biaya sampai mereka lulus nanti. Jadi kalau misalkan ada seorang mahasiswa semester satu dikeluarkan pada saat itu, dia harus menanggung biaya penalti sebesar 8 semester. Adapun biaya tiap semester adalah seratus juta. Tidak adil? Tidak juga! Setiap kali ada mahasiswa yang dikeluarkan berarti The Academy rugi besar mengingat penerimaan mahasiswa baru hanya dilakukan empat tahun sekali. Dengan adanya mahasiswa yang dikeluarkan, berarti dunia akan dirugikan dengan hilangnya calon tokoh hebat yang bakal dilahirkan oleh The Academy. Apalagi mengingat hanya sepuluh orang saja calon mahasiswa yang diterima setiap tahunnya, dikeluarkan dari The Academy berarti tidak menghargai sama sekali kesempatan yang sudah diberikan kepada mereka. Padahal masih ada begitu banyak calon mahasiswa yang menginginkan tempat itu. Jadi penalti yang dikenakan itu sangat layak diterapkan. Setiap calon mahasiswa diwajibkan untuk menandatangani klausul persetujuan akan hal itu: bersedia menanggung penalti sebesar 800 juta rupiah jika mereka dikeluarkan dari The Academy (dan Asrama The Academy). Sudah selesai? Belum! Masih ada kelanjutannya. Kehebatan lain dari The Academy, semua alumninya akan langsung mendapatkan pekerjaan, juga bukan tingkat dasar atau entry-level lagi. Setiap jenius harus diperlakukan dengan hormat. Itu sebabnya, tergantung dari hasil kelulusan setiap alumni, mereka akan setidaknya menempati level menengah sampai level tinggi di perusahaan nanti. Kabar-kabar angin yang berembus, katanya di balik The Academy ada satu organisasi rahasia dunia bergengsi yang menjadi penyandang dana untuk berdiri dan berlangsungnya kegiatan di The Academy. Konon lagi, katanya organisasi dunia inilah yang bertanggung jawab pada mati dan hidupnya sejumlah negara di dunia, juga untuk diangkat dan dipecatnya kepala negara di banyak negara. Tak heran untuk masuk ke sana, semuanya gratis. Tapi ingat, tak ada sesuatu pun yang gratis di dunia ini. selalu harus ada imbal baliknya, termasuk bagi para mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi prestisius ini. Sesuatu yang tidak akan pernah terbayangkan oleh akal mereka yang paling gila sekalipun. |Aula The Academy| Begitu banyak siswa SMA memenuhi aula pendaftaran calon mahasiswa baru pada hari pertama, kedua, sampai hari kelima. Dalam lima hari yang disediakan untuk menyelesaikan proses pendaftaran calon mahasiswa baru, staf administrasi The Academy terpaksa melapor pada Rektor untuk menambah hari pendaftaran selama beberapa hari lagi, supaya semua calon mahasiswa baru dapat terdaftar. Luar biasa! Ada 5 juta calon mahasiswa baru yang mendaftar. Bayangkan, hanya 0,001%-nya saja yang diizinkan untuk lolos ke tahapan pendaftaran tahap dua! Pada tahap satu yang merupakan tahap pemeriksaan administrasi berkaitan dengan nilai kelulusan dan IQ para calon mahasiswa tersebut, banyak sekali yang gugur karena tidak memenuhi hal itu. Jadi ada sekitar 80 orang siswa yang lolos pada pendaftaran tahap satu. Dengan kekecualian lima orang siswa yang berkasnya masih ada di atas meja staf administrasi di tahap satu, kedelapan puluh berkas calon mahasiswa itu menumpuk dengan rapi, siap untuk diseleksi cepat untuk mengurangi menjadi 50 orang saja. Pihak administrasi memeriksa beberapa hal dalam catatan nilai para siswa tersebut, mengeliminasi dengan cepat 23 di antaranya. Tinggal mencoret tujuh orang lagi. Lewat proses cek prioritas yang melihat latar belakang siswa, akhirnya diperolehlah 50 orang daftar siswa yang bisa melaju ke seleksi tahap dua. Sementara itu lima orang siswa yang berkasnya masih ditahan di tahap satu adalah mereka yang IQ-nya memenuhi syarat jenius, tetapi nilai kelulusannya tidak memenuhi syarat. Seorang staf yang juga merupakan staf konsultasi dan mentoring kampus, seorang praktisi psikolog yang ternama akhirnya dipanggil untuk membantu mengambil keputusan berkaitan dengan kelima siswa tadi. Akhirnya sesudah proses pemeriksaan berkas referensi dari para guru yang mengajar kelima siswa tersebut, juga menimbang riwayat kesehatan dan kejiwaan siswa, kelima siswa tersebut dinyatakan lolos untuk masuk seleksi tahap dua. Dengan demikian total siswa yang berhasil melaju sampai tahap dua adalah 55 siswa. Jangan bayangkan nilai yang tidak memenuhi syarat itu adalah di bawah 60. Sama sekali tidak! The Academy mempunyai patokan 80 untuk setiap mata pelajaran mendasar yang harus dikuasai oleh para calon mahasiswa, sesuai bidang mereka masing-masing. Sebagai contoh: bagi yang mendaftar untuk masuk ke jurusan Teknik Informatika, jelas nilai pelajaran komputer dan matematikanya harus 80. Itu pun belum cukup sampai di situ. Di tahap dua akan ada pengujian lebih lanjut untuk memastikan nilai yang mereka peroleh setara dengan minimal 80, standar The Academy. Jadi nilai yang mereka peroleh, belum tentu memenuhi standar The Academy. Waktu ke-55 siswa tersebut mengetahui pengujian yang akan dilakukan, beberapa orang mulai terlihat pucat. Sebagian tidak pucat, tapi mulai bergerak-gerak gelisah. Hanya lima orang yang tetap tanpa ekspresi dan duduk dengan tenang. Lima orang inilah yang tadi berkasnya sempat ditahan, sebelum dinyatakan bisa melanjutkan ke seleksi tahap dua. Para siswa tersebut diminta masuk ke suatu ruangan besar. Aula berbentuk setengah tabung sempurna. Mereka ditempatkan duduk melingkar, dengan panggung tinggi di depan mereka. Di panggung tinggi itu ada satu podium yang dilengkapi dengan microphone. Beberapa siswa segera mengambil tempat duduk di depan. Ada yang masih melihat-lihat dan mengagumi bentuk arsitektur unik aula itu. Sesudah mengambil tempat masing-masing, hampir semua siswa tersebut diam dan duduk manis. Kekecualian tentu ada, sejumlah kecil siswa memang terlihat mencolok. Ada yang dengan santainya memasang headset, lalu mulai menggerakkan kepala, mengetuk-ngetukkan jarinya, sambil bergumam. Sepertinya sedang mendengarkan lagu kesukaannya. Ada lagi siswa yang dengan santai mulai mengeluarkan seperangkat alat kecantikan, memoles wajahnya dengan bedak, juga lipstik. Satu atau dua siswa ada yang berkomat-kamit, mungkin berdoa supaya bisa lolos seleksi. Ah, ternyata jenius itu hanya label. Masalah perilaku, kalau memang tidak kenal, ya sulit untuk percaya bahwa sejumlah siswa itu memang memiliki ukuran kecerdasan yang melebihi rata-rata. Mengingat perilaku mereka sama saja dengan perilaku remaja/dewasa muda yang lainnya. Seorang wanita cantik, tinggi langsing, mengenakan gaun terusan merah menyala, juga dengan sepatu hak tinggi merah, berlenggak-lenggok ke atas podium aula tersebut. "Para siswa, calon mahasiswa The Academy, sebentar lagi akan ada sambutan dari salah seorang profesor. Harap tenang. Sambutlah beliau dengan tepuk tangan." Si wanita cantik lalu keluar dari aula. Tepuk tangan mengiringinya, diikuti dengan masuknya seseorang ke dalam aula. Seorang pria tinggi kurus, berkacamata tebal, terlihat belum terlalu tua sepertinya, tapi mungkin akibat terlalu banyak berpikir kepalanya menjadi botak, memasuki aula itu. Sang profesor berdiri di atas podium, mengetuk-ngetuk mic yang ada di podium itu. "Selamat datang di Aula Beyond the Horizon! Perkenalkan, saya adalah profesor untuk mata kuliah Bahasa dan Sastra. Kalian bisa memanggil saya sebagai Profesor Enigma. Saya mewakili profesor-profesor di The Academy menyambut kalian semua sebagai calon mahasiswa kami." Semua siswa memperhatikan Profesor Enigma yang menyampaikan kata sambutannya. Beberapa siswa menaikkan alisnya mendengar nama profesor itu yang memang unik, tidak lazim sama sekali. Sisanya diam saja tanpa ekspresi. Mungkin mereka setuju dengan konsensus umum bahwa menjadi jenius berarti berhak untuk menjadi eksentrik. Ah, sebuah eufemisme, ungkapan penghalus, untuk kata ‘aneh’. Profesor Enigma menaikkan kacamatanya yang mulai melorot, sambil mengedarkan tatapan tajam ke arah para siswa. "Tanpa perlu berpanjang-panjang, seperti yang sudah diinformasikan di awal, hanya sepuluh orang yang akan diterima di The Academy. The best of the best [1]. Cream de La Creme[2]. Oui, c'est tres magnifique.[3]" Sang profesor dengan santai menggabungkan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Perancis dalam satu tarikan napas. Dia tersenyum sambil mengetuk-ngetuk podium, memberikan gestur yang bersifat teatrikal. "Bahasa adalah salah satu indikator yang menunjukkan kecerdasan seseorang. Anda bisa saja jenius, memiliki kecerdasan di atas rata-rata, bahkan memiliki kemampuan yang hebat dalam mencipta, tapi...." Sengaja sang profesor memberi jeda untuk memberi efek dramatis. "Jika Anda tidak bisa menuangkan kejeniusan itu dalam bahasa, Anda sama saja seperti sebuah instrumen indah yang belum dikalibrasi. Belum disetel pada tingkat yang seharusnya. Dengan kata lain, tidak maksimal." Lagi-lagi Profesor Enigma tersenyum. Dia mencopot kacamatanya, mengeluarkan selembar sapu tangan, lalu mengelapnya sampai mengkilap. Sesudah itu, dia kembali memasukkan sapu tangan itu ke dalam saku kemejanya, memakai kacamatanya kembali. Anehnya tatapannya kini tampak berkilat-kilat. Efek dari pantulan cahaya pada kacamatanya? Sepertinya tidak. Dia mencondongkan badannya ke depan. "Jadi, untuk seleksi tahap kedua ini sangat sederhana. Peradaban dunia menghasilkan berbagai karya sastra terindah, terkompleks, bahkan juga terironis. Suatu karya yang luar biasa adalah yang direspons oleh penikmatnya." Profesor Enigma berhenti, melemparkan pandangan ke sekeliling dengan tatapan mengintimidasi. Beberapa siswa menundukkan kepala, takluk di bawah sorotan mata menusuk itu. Sejumlah siswa tetap menatap mata sang profesor. Profesor Enigma tersenyum. "Salah satu karya sastra dunia yang menakjubkan adalah mitologi Yunani. Tugas Anda sekalian adalah merefleksi diri. Tuangkan diri Anda dengan mengambil tokoh dalam mitologi Yunani. Jika ada yang belum menangkap maksud dari seleksi ini, saya sederhanakan. Jika Anda adalah tokoh dalam mitologi Yunani, siapakah Anda dan kenapa? Tuangkan dalam esai maksimal sebanyak 1000 kata. Waktu untuk mengerjakan 120 menit." Profesor Enigma tersenyum lagi, matanya tidak lagi berkilat. "A genius is one who can use all of his resources creatively, to achieve many great things[4]. Selamat mengerjakan!" Keterangan: [1] Yang terbaik di antara yang terbaik (dalam bahasa Inggris) [2] Yang terbaik di antara yang terbaik (dalam bahasa Perancis) [3] Ya, sangat hebat (dalam bahasa Perancis) [4] Seorang jenius adalah seseorang yang dapat menggunakan semua sumber dayanya dengan kreatif untuk mencapai banyak hal yang hebat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

JANUARI

read
37.1K
bc

Scandal Para Ipar

read
693.6K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.0K
bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.4K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook