bc

North Commands

book_age16+
199
FOLLOW
1.3K
READ
revenge
kidnap
second chance
friends to lovers
tragedy
mystery
genius
childhood crush
first love
friendship
like
intro-logo
Blurb

Menjadi polisi bukan berarti bisa hidup tenang sebagai panutan masyarakat. Tanggung jawab dan beban yang besar selalu menjadi tantangan tersendiri.

Sebagai seorang polisi, Bintang sepenuhnya sadar akan hal itu. Meskipun begitu, Bintang merasa terlalu lelah mengabdikan dirinya untuk negara beberapa tahun belakangan dan memilih untuk sedikit bersantai.

Namun, mimpinya untuk menjadi polisi gendut yang hampir setiap hari setengah menganggur runtuh saat sebuah surat kabar menampilkan berita tercela tentang dirinya. Awalnya Bintang berniat untuk mengabaikan surat kabar itu saat tiba-tiba sebuah bom yang meledak di jalanan ditujukan padanya.

Bintang menyadari kejanggalan dan fakta bahwa pelaku adalah Andi, seseorang yang datang untuk membalas dendam atas tragedi berdarah satu tahun lalu, membuatnya mau tidak mau membuka kembali lembaran canggung masa lalunya.

chap-preview
Free preview
Prolog
DOR... DOR... DOR... Suara tembakan demi tembakan terdengar di langit malam. Kaki-kaki kuat dan seragam hitam berkeliaran di sepanjang jalan. Sebuah bank swasta dikepung dan ditutup oleh sekelompok mobil polisi. Beberapa berlari sambil terus mengejar seseorang dengan penutup kepala hitam yang terbirit-b***t menjauhi tempat ribut itu. "Suspect 1 masuk ke gang sempit." "Dia menuju jalan raya." "Kepung dari depan!" "Dua ratus meter ke barat daya." "Siapkan pasukan!" "Pasukan siap. Kami sudah di ujung jalan." "Wakil kapten tim Bintang, urus suspect 2." "Dimengerti." Earphone di telinga kanan Bintang tak bisa berhenti berdengung. Tiga ratus lima puluh enam sandera sedang dievakuasi. Bintang memimpin lima polisi dengan rompi anti peluru dan helm. Masing-masing membawa pistol di tangan dan bergerak cepat ke lantai tiga. Pintu kantor manajer bank terbuka sedikit. Cahaya dari dalam membuat suasana ruangan sebelumnya menjadi remang-remang. Bintang memberi tanda pada teman-temannya untuk melangkah tanpa suara. Setelah tersisa jarak dua meter dari pintu, Bintang bergerak dan merapat ke sisi dinding, di samping daun pintu yang terbuka. Satu rekannya di sisi seberang sementara yang lain menjaga jarak di tangga dan bersiap menembak. Bintang kembali memberi aba-aba. Dalam tiga hitungan pintu didobrak. Pintu sampai menabrak dinding dan menghasilkan suara yang cukup keras. Seorang pria berbaju serba hitam memegang kasar seorang wanita yang tengah menggendong bayinya. Sebuah pistol dessert eagle 44 magnum ditodongkan ke kepalanya. Ruangan itu sangat berantakan. Bintang mengambil beberapa langkah ke depan, membuat pria itu ketakutan. "Jangan mendekat! Jangan mendekat atau kutembak wanita ini!" Pria itu mengancam namun seluruh tubuhnya bergetar. Dia telah ditinggalkan oleh rekannya yang kabur duluan. Dan sekarang terjebak di lantai tiga dengan sekelompok polisi yang sudah di depan mata. Tadinya Bintang sudah bersiap untuk memberikan tembakan peringatan. Tapi setelah melihat keadaan suspect 2, dia merasa kalau orang ini amatir. Setidaknya masih ada jalan untuk bernegosiasi. "Turunkan senjata kalian!" Pria itu berteriak dengan suara melengking. Bintang mengawali tindakan. Dia sedikit menoleh ke belakang dan mengangguk pelan. Keenam polisi itu meletakkan senjatanya perlahan, menggesernya ke arah samping. "Sudah. Kita bisa bicarakan ini. Apa yang kau inginkan?" Bintang mencoba bernegosiasi, meski tangan kirinya bersiap dengan pistol kecil lain di paha kirinya. "Aku ingin... aku ingin pulang. Jangan tangkap aku. Aku berjanji tidak akan merampok lagi. Aku tidak akan melakukan kejahatan lagi. Aku janji! Aku mohon jangan tangkap aku." Pria tinggi itu memohon dalam tangisan. Bintang melirik ke arah wanita yang lehernya dipegang dengan erat. Wanita itu menangis ketakutan. Tapi dia berusaha tetap seimbang agar bayinya tidak ikut ketakutan. Sayangnya bayi itu merasakan apa yang ibunya rasakan. Dia perlahan terisak dan mulai menggemakan tangisannya. "Diam! Diam atau kubunuh kau!" "Tahan! Jika kau merasa terganggu dengan tangisan bayi itu, kenapa tidak kau lepaskan saja? Lepaskan wanita itu dan bayinya, dan kita bisa membicarakan banyak hal, oke?" "Melepaskan mereka? Apa kau gila!? Kalau aku melepaskan mereka maka kau akan langsung menangkapku dan menjebloskanku ke penjara!" Bintang menatap pergelangan tangan pria itu. Dia mengincar tangan yang memegang wanita itu untuk membebaskannya. Kemudian menarik garis bayang lurus ke arah tangan satunya lagi. Bintang bisa membayangkan adegan apa yang akan dia lihat jika tangan-tangan itu tertembak. "Penjara? Siapa yang akan membawamu ke penjara? Tidak ada penjara. Kita hanya akan membicarakan ini baik-baik." "Hahaha... hahahahha...." Tawa mengerikan pria itu terdengar, berpadu dengan tangisan bayi yang tak ada habisnya. "Kau pikir aku bodoh, ya? Mana mungkin aku tidak dibawa ke penjara. Kalian semua sama saja! Entah itu penjahat ataupun polisi, apa bedanya? Kalian semua pembohong. Kalian semua sama! Lebih baik... lebih baik kalian semua mati!" DOR... DOR... DOR... Peluru-peluru panas melesat. Bintang segera bersembunyi di balik meja besi yang terbalik. Pria itu menembak secara acak dan membabi buta. Rekan Bintang yang lain sudah bersembunyi dengan baik. Bintang segera mengeluarkan pistol kecilnya dan mengintip melalui sisi meja. Dia membidik dengan hati-hati tangan pria itu yang bergerak tanpa arah. Bintang membidik sekali lagi dan dalam sekejap mata jarinya sudah menarik pelatuk. "AAAAAAAAAAGH!!! SAKIIIIT!!!" Pria itu memegang tangannya yang mengeluarkan darah terus menerus. Bintang segera menangkap pria itu dan mengunci gerakannya. Dia menyerahkan pria yang masih menangis kesakitan itu pada rekannya. Bintang tak mendengar teriakan nyaring atau tangisan bayi lagi saat tiba-tiba celana panjangnya ditarik dengan lemah. Bintang menoleh ke bawah. Dia melihat seorang wanita yang berdarah di mulut dan perutnya. Genggamannya yang berdarah dengan keras kepala enggan melepaskan pegangannya pada Bintang. Bibirnya bergerak membuka dan menutup. Bintang menunduk dan mendekatkan telinganya pada wanita itu. "To... long... selamatkan... anakku...." Tangan lain wanita itu bergerak dengan sangat lambat. Dia kehabisan tenaga bahkan hanya untuk bernapas tapi dia masih kuat mendekap seorang bayi di lengannya. Bintang menatap sembarang pada bayi yang penuh darah di d**a wanita itu. Tangisannya berhenti. Begitu juga detak jantungnya. Bayi itu memiliki luka tembak yang dalam di kepalanya. Bintang kembali pada wanita itu dan berkata, "Hm, aku mengerti." Wanita itu tersenyum dengan tulus. Dia ingin mengucapkan terima kasih tapi nyawanya tak lagi kuat berada di raganya. Cahaya di mata wanita itu redup perlahan sampai hilang sama sekali. Saat Bintang mengamati wanita dan bayi itu, tiba-tiba suara berisik datang dari belakangnya. PRANK.... BUM.... Pria perampok itu memberontak. Tanpa pikir panjang berlari menembus kaca jendela dan terjun bebas ke halaman depan bank yang beraspal. Darah terciprat ke segala tempat. Warga sipil panik dan berlari tanpa arah. Para polisi kewalahan menangani mereka, namun dalam waktu singkat keadaan dapat kembali dikendalikan. "Kami minta maaf! Kami siap untuk dijatuhi hukuman sekarang juga!" Para polisi itu mengatakan hal yang sama serempak. Tapi seluruh tubuh mereka bergetar cemas. Bintang tahu "dijatuhi hukuman sekarang juga" berarti mereka ingin wakil kapten tim tidak melaporkan keteledoran tadi kepada posisi yang lebih tinggi. Bintang menghela napas. Dia merasa sangat penat dan lelah. Tiba-tiba earphone di telinganya kembali berisik dengan suara yang familier. "Bintang. Bintang. Suspect 1 berhasil diamankan. Bagaimana keadaan di sana?" Bintang melirik para polisi yang seharusnya bergerak di bawah arahannya tadi. Kelima orang itu menahan napas. Ujung jari mereka menegang sampai seolah kehilangan banyak darah. "Semua baik-baik saja. Suspect 2 berhasil diamankan." 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.1K
bc

MOVE ON

read
95.0K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.5K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
199.7K
bc

Marriage Agreement

read
590.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook