bc

Dinar vs Si Kembar

book_age12+
411
FOLLOW
1.7K
READ
dark
others
tomboy
kickass heroine
brave
student
drama
tragedy
twisted
like
intro-logo
Blurb

Berawal dari pertemuannya dengan si kembar bernama Nate dan Finn, Dinar Teresia—gadis yatim piatu dengan kelebihan membaca masa lalu—dihadapkan kepada pilihan yang sulit.

Apakah ia harus mengubur dirinya yang angkuh dan pembangkang, ataukah kembali membuka sebagian dirinya yang dulu demi menguak bagian dari masa lalunya yang masih menjadi tanda tanya bagi dirinya sendiri?

chap-preview
Free preview
DVSK - 1
"Nar! Nar!" seru gadis berambut panjang seraya mengibas-ibaskan sebelah tangan di hadapan temannya. "DINAR!" "Eh, Sar," Pemilik nama Dinar itu mulai memfokuskan pandangan. Dicabutnya handsfree yang sejak tadi menyumpal lubang kedua telinga setelah ia menekan tombol fungsi untuk menghentikan music player. "Sorry, sorry. Kenapa?" "Ck. Lo lagi ngelamunin apaan, sih? Sampe roti bakar lo dianggurin kayak gitu." Kedua mata Dinar membulat, menyayangkan roti bakar kesukaannya yang memang tampak sudah dingin sejak tadi. Selarut itukah dirinya tenggelam dalam lamunan? "Nar, pokoknya lo harus liat! Sini, deh. Lapangan rame banget!" "Rame apaan, sih, Sar? Paling anak-anak breakdance lagi latihan atau nggak surprise buat yang ultah." "Nggak, bukan," Sarah menggelengkan kepala seraya menatap ke arah jendela kelas, tepatnya ke arah lapangan. "Itu ... Nate sama Finn!" ucapnya histeris. "Kayaknya mereka lagi di-bully Rio, deh. Tuh kan! Ini gawat!" tambahnya. "Anak kelas sebelah pindahan dari luar negeri itu? Cupu banget kalo mereka bisa kena tindas Rio sama b***k-budaknya." komentar Dinar. Tapi temannya itu tetap bersikeras, bahkan sampai menarik tangannya. "Aduh, Sarah. Apa urusannya sih sama gue? Ajak yang lain dong, atau ajak cowok lo tuh, si Bayu." Dinar merasa keberatan. "Nah! Justru itu gue ngajak lo. Orang-orang lagi pada di lapangan. Mungkin Bayu juga di sana. Please," Sarah memohon. Secara refleks Dinar menolehkan kepala, mencari murid-murid lain di kelasnya maupun di beberapa kelas lain, tapi ia tidak menemukan siapa-siapa. Tak ada pilihan lain, gadis tomboi itu akhirnya mengiyakan. Setelah melalui beberapa lorong dan menuruni tangga, keduanya langsung beranjak menuju lapangan. Dinar tengah mengunyah potongan roti bakar terakhir ketika semakin dekat dekat keramaian. Kerumunan di lapangan benar-benar menarik perhatian. Samar-samar Dinar dapat mendengar beberapa suara yang dikenalnya. "INGET! JANGAN DIPANJAT, INGET!" teriak Rio yang berada tidak jauh dari sebuah pohon di pinggir lapangan. Teriakan yang tentu saja begitu familiar bagi Dinar dan juga murid-murid SMA Winatajaya lainnya. "Tinggi enam kaki. Masa ngambil gitu doang nggak bisa?" "Payah! Payah!" Sebenarnya Dinar tidak berniat untuk menerobos kerumunan itu namun beberapa orang yang menyadari kedatangannya langsung minggir, memberinya jalan untuk bisa melihat dengan jelas pusat perhatian itu. "Akhirnya." "Minggir! Dinar dateng tuh." "... belum terlambat." "Kasih pelajaran ke Rio, Nar!" "Akhirnya ada yang nolongin Nate dan Finn." Dinar terlalu sibuk untuk menanggapi perkataan orang-orang di sekitarnya. Matanya membulat tidak percaya ketika mendapati dua cowok sedang melompat-lompat, tangan mereka mencoba menggapai sesuatu yang tergantung di salah satu dahan pohon yang cukup tinggi. "Astaga. Tuh kaaan," ujar Sarah. Tawa penuh cemooh berasal dari Rio dan antek-anteknya. Dinar menyipitkan matanya, mengamati dua cowok yang ternyata kembar itu sedang mengelap keringat dengan dasi mereka. Muak dengan pemandangan di hadapannya, gadis itu langsung menghampiri Rio. Nate dan Finn masih mencoba untuk mengambil sesuatu yang tergantung pada dahan pohon itu; salah satu dari si kembar tengah mencoba menduduki bahu saudara kembarnya yang tengah membungkuk ketika Dinar berteriak, "APA-APAAN INI?" Selama satu detik ekspresi terkejut terlihat pada wajah Rio namun kemudian ia tidak kuasa menahan tawa. Dinar mulai geram namun kemudian ia menolehkan kepala dan melihat si kembar telah berbaring di tanah dan mengaduh. "Ya ampun!" ucap Dinar penuh sesal. "Kalian nggak apa-apa?" tanyanya ragu karena tidak bisa—ralat, belum bisa—membedakan Nate dan Finn. Dinar kemudian berusaha membantu mereka untuk bangkit. "Nggak apa-apa." ucap salah satu dari si kembar. Suaranya berat dan dalam. Selama beberapa detik kedua mata hijaunya bersitatap dengan kedua mata milik Dinar. Kemudian Dinar menghampiri cowok yang masih meringis kesakitan. Dibandingkan dengan kembarannya, ialah yang jatuh dari posisi tertinggi. Dinar pun membantu cowok itu bangkit. "Enggak apa-apa, kok. Tadi kita berdua emang kehilangan keseimbangan aja. Omong-omong, makasih ya." katanya. Suaranya tidak berat dan dalam namun tetap saja Dinar tidak bisa menentukan suara mana milik Nate, suara mana milik Finn. Berkenalan saja belum. Terdengar desisan dari pengikut Rio. "Wah, cari kesempetan tuh." "Yo, nggak bisa dibiarin Yo." "NOVARIO ALANDRA!" teriak Dinar sambil menghampiri Rio. Dilihatnya benda yang tergantung di atas dahan pohon itu dari balik lidah snapback-nya. "Ambil baju olahraga itu!" "Nate, Finn, kalian bisa manjat, kan?" Rio malah bertanya pada si kembar. "Gue ngomong sama lo, Novario!" tukas Dinar tajam. Beberapa siswa dalam kerumunan kembali berdesis. "Mampus!" "Rasain!" "Busted!" "Tau. Secara, Dinar itu casing ala Keira Knightley, tenaga Bruce Lee." Bibir Rio merapat ketika Dinar melangkah semakin mendekat hingga menyisakan jarak dua inci. Kedua tangan gadis itu terlipat di depan d**a, lain dengan matanya yang melayangkan tatapan tajam. Rio menelan ludah. "Gue. Ngomong. Sama. Lo. Novario." Dinar mengulangi perkataannya. Sosok angkuh itu tampak masih geram, hanya saja kali ini ia terlihat seperti geram pada dirinya sendiri. Ia pun memanjat pohon di dekatnya dan mengambil baju olahraga milik Nate dan Finn yang sebelumnya ia gantung di sana. Dari atas dahan itu, ia melemparkan baju olahraga tersebut pada si kembar. Ia sedang membersihkan kedua tangannya dengan cara menepuk-nepuk telapak tangan ketika Dinar memintanya untuk meminta maaf pada si kembar. Kedua tangan Rio terangkat pasrah. Ia menyempatkan diri untuk menghela napas panjang. "Ehm. Nate, Finn, gue dan pasukan gue minta maaf." Ia berucap tanpa benar-benar memandang si kembar. Kebanyakan murid mengernyit jijik mendengar kata 'pasukan' kecuali pengikut Rio, tentu saja. Di tempatnya, Nate dan Finn hanya mengangguk satu kali. Pemuda atletis itu mendesah penuh kecewa ketika mendapati Dinar sudah pergi meninggalkan lapangan. Didekatinya Nate dan Finn, bersamaan dengan dering nyaring sebuah bel tanda waktu istirahat berakhir. "Inget ya, kalian berdua." Ia menatap si kembar dengan intimidatif. "Gue cuma mau kasih saran kalo sebaiknya lo berdua nggak perlu deketin Dinar Teresia. Itu tuh, cewek tadi yang pake snapback. Ngerti?" Nate dan Finn mengangguk lagi. "Bisa ngomong nggak, sih?" desak Rio. "Baiklah." ucap si kembar sementara Rio hanya menyunggingkan senyum puas sebelum pergi meninggalkan Nate dan Finn. Tak jauh dari lapangan, suara derap langkah yang ditimbulkan dari hak sepatu pantofel beradu dengan aspal menarik perhatian kerumunan siswa. Kehadiran wanita itu seketika membuat kerumunan tersebut hening tanpa suara dan bisik. "Ada apa ini? Ada apa?" Wanita tersebut bertanya di tengah jalan napas yang sedikit tersengal dengan nada geram sekaligus khawatir. "Cuma ada sedikit atraksi dari dua murid baru, Bu." Rio mengangkat bahu. "Sayang, ibu datangnya telat." Ia mendengus lalu kemudian menjauhi kerumunan diikuti para konconya. Ini bukan pemandangan aneh bagi perempuan itu, tetapi tetap saja ia merasa bertanggung jawab akan perundungan ini. "Nate, Finn, kalian nggak apa-apa? Aduh. Ibu seharusnya datang lebih awal," sesalnya. Di sudut lapangan, Dinar memerhatikan Nate dan Finn yang tengah berbicara dengan Bu Rika, guru Bimbingan Konseling. Ada satu hal yang tebersit dalam benaknya... Kenapa dirinya tadi tampak begitu peduli pada Nate dan Finn? Padahal biasanya ia tidak pernah ikut andil bila Rio mem-bully orang yang tidak ia kenal. Aneh. Ia merasa hal ini aneh. "Nar, ke kelas, yuk." "A-ayo," Dinar menyanggupi ajakan Sarah. Kali ini tanpa melihat ke arah si kembar.   _____ Keterangan: perundungan = pem-bully-an  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

MOVE ON

read
95.2K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.8K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.5K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.2K
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook