bc

Because Of You

book_age18+
161
FOLLOW
1.5K
READ
boss
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Mesita pergi dari kehidupan Rezal karena kurang berinteraksi dalam sebuah ikatan pernikahan. Bagi Mesita hidup dalam kesendirian adalah hal yang biasa. Mesita menemukan kehidupan barunya setelah pindah ke Jakarta Selatan, ia bertemu dengan keluarga yang belum pernah ditemuinya dan Nauval yang mengajaknya melupakan masa lalu. Namun, Rezal kembali menghampiri Mesita karena pernikahan mereka masih sah secara hukum maupun agama.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
They always make excited. Semua adonan yang membuatku semakin cinta pada dunia memasak. Menurutku membuat cake adalah suatu hal yang membahagiakan. Terutama saat makanan itu dibuat oleh rasa kasih sayang dan cinta. Just call me a food lover but no one ever knew about that because they saw my thin body. Very beautiful to see it. Cake yang kubuat tersajikan dengan indahnya tanpa bantuan siapapun. Aku selalu berhasil membuat beberapa cake dalam waktu satu jam saja. Semua teman-teman timku tentu saja selalu memandangku dengan remeh. But I don’t care. Aku selalu dipuji oleh Ketua Chef karena berhasil membuat beberapa cake dalam waktu sejam, hasilnya sangat lezat saat dimakan dan nilai estetikanya bisa dikatakan 100% menggiurkan untuk menyantap kue ini. Pekerjaan kami hari ini sudah selesai, ketua chef kami – Gilang membubarkan tim yang terdiri dari 8 orang anggota untuk pulang ke rumah, setelah diremuki oleh pekerjaan membuat cake untuk para tamu undangan hotel dari hari Senin hingga Sabtu. Kurapihkan semua alat tempurku seusai membersihkannya dengan sabun cuci lalu dibilas air. Aku menyimpan semuanya dengan rapih. Kemudian membuka apron yang kupakai. Secepat mungkin aku melangkahkan kaki menuju lemari locker khusus pekerja yang bekerja di ruangan ini. Tanganku menyimpan apron itu lalu mengambil tas selempang yang kubeli dua tahun yang lalu. Memang sudah lama namun masih terlihat bagus. “Baru selesai, Mes?”tanya Indria saat kami bertemu di lift hotel. Ya, Indria adalah sahabatku sejak kami les piano saat di Bandung. Dia yang mengetahui semua tentangku, dan aku juga mengetahui semua tentang dirinya. “Iya.”balasku seraya menyandarkan tubuh di pinggiran lift. Tanganku memijat leherku yang terasa pegal dan kakiku juga turut merasakan rasa pegal karena dari tadi berdiri. “Lo mau ngejemput Septian?”tanyanya lalu kami berjalan keluar dari lift menuju parkiran. Aku mengangguk sebagai jawaban. “Kalau gitu gue duluan ya.”pamitku ketika melihat mobil milik suami Indria sudah ada di depan kami. Indria memang selalu beruntung dibandingkan aku, walaupun suaminya seumuran dengan kami dan hanya seorang pekerja driver online but mereka selalu bahagia membuatku iri. Everyone has a different destiny. Aku menghembuskan nafas berat lalu mengemudikan motor menjemput Septian. Jalanan kota Jakarta Selatan memang selalu padat, aku sudah terbiasa terkena macet di daerah ini. Lampu merah di perempatan jalan menyala, aku memberhentikan motorku sebelum garis lalu lintas untuk para pejalan kaki. Aku tersenyum bahagia, aku sudah terbiasa melakukan apapun sendiri. Sedikit rasa bangga di hatiku bahwa aku bisa menjalankannya. Aku mengingat awal mula datang di ibukota Indonesia ini, aku merasa takut. Namun aku berusaha bisa berjalan sendiri, seiring berjalannya waktu aku bertemu sahabatku, Indria yang ternyata juga pindah ke Jakarta bersama suaminya – Dika. Mesita Isma Dewi, namaku yang diberikan oleh Ibu Sumayah – pemilik Panti Asuhan di mana tempatku berada sejak kecil. I was used to living alone without knowing family or even parents. But I’m still lucky there is a grandmother who adopted me as a grandchild. Sebelum aku menikah, Nenek Fitri menghembuskan nafas terakhirnya. “Hiikss...”kurasa aku sudah tiba di day care ini. Aku menghampirinya. Septian sangat mirip dengan mantan suamiku – Rezal. Dia terlihat sangat manis, hidung yang mancung, mata kecil yang tajam, dan memiliki senyuman yang manis. Membuat semua orang terpukau like me. Septian anakku sedang menangis dipelukan Bunda Anzan – pemilik day care. Tidak ada satupun anak-anak yang masih ada di ruangan ini. Septian selalu menangis ketika teman-temannya sudah dijemput oleh orangtua sedangkan dirinya belum dijemput hingga sendirian bersama Bunda Anzan. Ah, my poor child. Aku merasa iba menghampiri dirinya lalu memelukku erat. “Hikss..”tangisnya dipelukanku. Aku tersenyum ketika ia menyambut diriku, tanganku mengusap punggungnya yang masih bergetar. Bunda Anzan tersenyum padaku, “Sejak pagi Septian tidak berhenti menangis mungkin ia masih ingin bermain bersama ibunya.”ujar Bunda Anzan memberitahuku. In the past I hoped that my son would not have parents so that I could feel him but he felt he only had a mother like me. “Mesa, saya merasa khawatir dengan perkembangan berbicara Septian. Sudah 4 tahun dia belum bisa berbicara. Kamu harus membawanya ke dokter.”ujar Bunda Anzan memberi tahuku. Memang kami sudah cukup dekat, aku sudah menitipkan Septian semenjak usianya 2 tahun di sini. Aku tidak berperan sebagai ibu untuk anakku, melainkan harus berperan menjadi seorang ayah juga. Sehingga aku tidak bisa selalu menjaganya. Rasanya seperti sesak mendengar bahwa Bunda Anzan merasakan hal yang sama pada perasaanku karena Septian belum sama sekali mengeluarkan pembicaraan di usianya yang sudah 4 tahun. “Terimakasih, Bunda sudah menjaga Septian. Aku pamit. Assalamualaikum.”pamitku seraya mengajak Septian duduk di depan motor yang kuberi tempat duduk khusus anak kecil agar dia bisa duduk saat di dalam perjalanan. Tanganku membawa tas baby milik Septian lalu menyimpannya di jok motor sebelum menyuruh Septian duduk. Bunda Anzan masih mengantarkan kami hingga ke depan. Beliau sangat baik dan perhatian padaku. But I don’t like it. Aku tidak suka merasa dikasihani. Aku bukan wanita lemah yang rapuh. I am Mesita, a strong and brave woman. “Waalaikumsalam, hati-hati.”Bunda Anzan memang sering bertanya kemana ayah dari anakku? Aku hanya membalas dengan senyuman atau sekedar menjawab “Dia masih belum pulang.” Aku tidak pernah mau membagi kisah luka lamaku pada seseorang yang baru kukenal walau sudah dekat, selain itu, aku tidak ingin membuka cerita lama yang menyakitkan dihatiku. Mungkin ada benarnya juga ucapan beliau menyuruh menemui dokter, perkembangan Septian memang sangat penting untuk dilakukan. Aku merasa ibu yang bodoh karena tidak memperhatikkan perkembangan anakku yang lambat. Sungguh, aku sangat mencintai dirinya lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Sebenarnya menjadi seorang single parents adalah sebuah hal yang menyakitkan dalam hidupku. Aku sudah pernah memikirkannya sebelum memutuskan bercerai dengan Rezal. But this was my choice from the start. Aku sudah menerima semua konsekuensinya, lebih memilih hidup sendiri membesarkan anakku dibanding hidup dengan mendengarkan sindiran ibu mertua yang selalu berkata bahwa aku tidak layak menjadi menantu dan bagian dalam keluarga mereka. Meskipun dulu, aku pernah bertahan karena Rezal, sangat menyayangiku. Namun, aku tidak tahan saat perkataan yang lebih menyakitkan dari ibu mertua lontarkan padaku bahwa bisa saja aku adalah anak yang dipungut dari wanita jalang yang merasa berdosa karena tidak mau membesarkan anak haram sepertiku. Ah, itu sangat menyakitkan bagiku. Jika aku bisa, aku tidak ingin terlahir dengan menjadi anak dari panti asuhan. Aku juga tidak mau. Berbeda dengan ibu mertua, Rezal sangat menyayangiku. Setiap hari dia selalu berkata lembut dan selalu membuatku manja padanya. Dia adalah sandaranku. I still love him but I don’t want to live with him. Aku tidak pernah bercerita tentang perkataan yang menyakitkan dari ibu mertua, karena Rezal terlalu baik untukku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rewind Our Time

read
161.1K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.5K
bc

Yes Daddy?

read
797.8K
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

BILLION BUCKS [INDONESIA]

read
2.1M
bc

Perfect Honeymoon (Indonesia)

read
29.6M
bc

HYPER!

read
556.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook