bc

AUGURY GIRL

book_age0+
467
FOLLOW
2.2K
READ
adventure
dominant
mystery
ghost
campus
horror
like
intro-logo
Blurb

Tokoh

Naion Shareem yang merupakan seorang mahasiswi semester akhir di Universitas Patrickorn International. Ia memiliki kelebihan yaitu dapat melihat serta berinteraksi dengan mahluk-mahluk tak kasat mata. Suatu hari, ia mendapatkan surat peringatan Drop Out (D.O) dari pihak kampus. Karea takut akan dikeluarkan secara tidak terhormat, akhirnya ia mulai kembali ke kampus. Di tengah perjuangan mengurus segala ketertinggalan, Naion bertemu dengan Rektor muda bernama Malviano Alfarezi yang memiliki karakter yang bertolak belakang dengannya. Selain itu, berbagai macam keganjilan yang terjadi yang juga melibatkan beberapa mahasiswi di Universitas tersebut.

➢ Kasus

Beberapa mahasiswi di Universitas Patrickorn International menghilang secara misterius. Semua mahasiswi itu hilang bak ditelan bumi. Tak ada tanda-tanda keberadaan mereka. Bahkan, jejaknya pun tak ada yang nampak. Pihak kampus telah bekerja sama dengan kepolisian untuk mengusut kasus tersebut. Namun, sampai saat ini belum ada hasil yang didapatkan.

➢ Petunjuk

Ditemukan tulang-benulang serta dress berwarna putih di dalam sebuah kantong plastik berwarna hitam diberbagai Fakultas.

➢ Penyelesaian

Masih dalam tahap penyelidikan

chap-preview
Free preview
BAB 1
Naion, berumur 10 tahun. Angin sepoi-sepoi menerpa kulitku, menciptakan sensasi yang menyenangkan sekaligus menyegarkan. Sore ini, aku bermain bersama dengan Raka. Ia tinggal persis di samping rumahku. Raka pernah sakit dalam jangka waktu yang cukup lama, tetapi beberapa minggu yang lalu, aku melihatnya duduk di dekat pohon besar yang mengantarai rumahku dan rumahnya. Aku berpikir bahwa ia sudah sembuh. Jadi, aku pun menyapanya. Setelah itu, kami mulai kembali bermain bersama.  Hatiku senang karena Raka sudah kembali sehat, meskipun wajahnya masih terlihat sangat pucat. Kami berdua sedang asyik bermain ayunan tandem yang dibuat saling berhadapan. "Raka, kok di rumah kamu kelihatan sepi?" Raka terdiam sejenak. "Aku juga gak tahu kenapa rumahku belakangan ini terasa sepi," jawabnya sedih. "Kamu udah izin sama Bunda Riska kalau kamu main ke rumahku? Aku takut, nanti Bunda nyariin kamu. Kamu kan baru aja sembuh." "Aku dari kemarin belum ketemu sama Bunda, Nai. Rumahku kosong. Mau itu Ayah, Bunda, Kak Ana, dan Bi Atik, mereka semua tidak ada di rumah. Aku takut mereka ninggalin aku, Nai." Aku menggelengkan kepala. "Mereka gak akan ninggalin kamu, kok! Mungkin Ayah dan Bunda kamu, lagi ada di kantor sedang sibuk kerja, makanya gak pulang dulu. Dan untuk Kak Ana, ia juga mungkin bermalam di rumah temannya tapi kamunya yang gak tau." "Tapi, bagaimana dengan Bi Atik?" tanya dengan wajah sedih. Sambil tersenyum. "Bi Atik gak mungkin kemana-mana, Raka! Jangan sedih, kamu gak akan sendirian kok! Kalau merasa kesepian, kamu bisa ke rumah aku. Mama pasti bakalan senang kalau kamu datang ke rumah." Raka mengangguk, raut wajahnya yang sedih kini berganti menjadi kembali ceria. Kami berdua pun bermain sambil menyanyikan lagu favorit kita berdua, yaitu burung kakak tua.                                                                              ῳ_ ῳ AUGURY GIRLῳ_ ῳ  Langit mulai menggelap, matahari pun berpamitan untuk berganti shift dengan rembulan yang akan menghiasi langit di malam hari. Ketika Mama memanggilku untuk masuk ke rumah karena sudah magrib, Raka pun juga langsung berpamitan untuk pulang ke rumahnya. Mama menyuruh untuk membersihkan badanku yang sangat kotor karena sudah bermain. Setelah mandi, pakaian, dan sedikit membersihkan kamar, aku pun menghampiri Mama yang tengah asyik menata makanan di atas meja. Aroma kangkung tumis berpadu dengan tempe goreng dan juga sambal mentah buatan Mama, kini mulai tercium. Aku duduk di kursi meja makan yang berhadapan langsung dengan Mama yang tengah sibuk ke sana dan ke mari. "Mama ..." "Ada apa, Nai?" tanya Mama sambil tersenyum manis. "Mama tahu gak, Ayah dan Bunda Raka sekarang ada di mana?" "Memangnya kenapa, Sayang?" Mama mulai meletakkan piring satu persatu di atas meja. "Tadi Raka bilang, kalau orang-orang di rumahnya gak ada semua, Ma." Prak! Suara benda jatuh ke lantai terdengar sangat keras. Dan benda itu ternyata adalah piring yang tadinya dipegang oleh Mama. Mama mengahampiriku, kemudian memegangi kedua lenganku dengan ekspresi wajah cemas. "Dimana kamu bertemu Raka, Nak?" Melihat Mama dalam kondisi seperti itu, aku langsung khawatir. "A-aku, ketemu Raka di depan rumah. Beberapa hari ini, kami berdua sering main di taman samping rumah kita. Jangan marah yah, Ma. Raka terlihat baik-baik aja kok, dia sehat." Mama masih menatapku dengan ekspresi wajah yang tidak bisa ku gambarkan. "Papa ...," teriak Mama. Tidak berselang lama, Papa pun muncul. Beliau terkejut melihat piring yang berserakan di lantai. "Ada apa ini, Ma? Kok piring pecahnya gak di pungut?" tanya Papa. "Pa, Naion bilang, ia sering bermain dengan Raka," ucap Mama. Papa menoleh ke arahku, lalu beliau mulai berjalan menghampiriku. Setelah saling berhadapan, Papa sedikit menundukkan badannya, hanya untuk membuatku sejajar dengannya. Beliau lalu memegangi wajahku menggunakan kedua tangannya yang besar, namun terasa sangat hangat. "Sejak kapan kamu dan Raka mulai bermain, Nak?" Aku menatap Ayah lekat-lekat. "Kira-kira sekitar seminggu yang lalu, Pa. Memangnya ada apa sih, Pa? Kenapa Papa dan Mama jadi aneh pas aku bahas soal Raka?" Kedua orangtuaku saling bertatapan. "Setelah makan malam, kita akan ke rumah Ayah," ucap Mama ke Papa. Hal itu semakin membuatku bingung.                                                                    ῳ_ ῳ AUGURY GIRLῳ_ ῳ  "Halo, Ayah ..." Mama menelepon Kakek dan dengan sengaja me-loudspeaker panggilan tersebut agar Papa bisa ikut mendengarnya. Saat ini, Aku, Mama,  Papa, dan adikku Robin yang berusia tiga tahun lebih mudah dariku, berada di atas mobil bersiap-siap untuk mendatangi rumah kakek. "Iya, Nak. Bagaimana kabar kalian di sana?" tanya Kakekku dari balik telepon. "Alhamdulillah, kami semua sehat. Malam ini kami akan pergi ke rumah Ayah. Ayah gak lagi ada di luar, kan?" "Loh? Kok tiba-tiba kalian mau ke rumah Ayah? Ada apa, Nak? Apa kalian sedang ada masalah?" Mama menoleh ke arahku yang tengah duduk di kursi penumpang bersama bersama Robin. "Nanti Adel akan cerita setelah sampai di rumah Ayah. Intinya, ini berhubungan dengan Naion, Yah!" Suara kakek berubah menjadi serius. "Baiklah, Nak! Ayah akan menunggu kalian semua. Hati-hati di jalan, yah!" "Iya, Ayah. See you, Yah!" "See you, Nak!" panggilan pun berakhir. Seusai menelpon kakek, Papa pun mulai menginjak gas yang membuat mobil perlahan mulai bergerak maju dan akhirnya berjalan dengan kecepatan sedang.                                                                          ῳ_ ῳ AUGURY GIRL ῳ_ ῳ Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih, akhirnya kami sampai di rumah Kakek. Papa memarkirkan kendaraannya di di halaman rumah. "Ma, kenapa kita malam-malam datang ke rumah Kakek?" "Nanti, kamu akan tau sendiri, Sayang. Ayo, kita turun dari mobil dulu. Kakek sudah menunggu kita," ucap Mama. "Papa akan membukakan pintu untuk kalian." Setelah turun dari mobil, kami berempat berjalan beriringan menuju pintu rumah kakek. Tok ... tok ... tok ... Ayah mulai mengetuk pintu. Klek! Pintu pun terbuka. Kakek menyambut kami dengan hangat. Beliau mempersilahkan kami untuk masuk ke dalam rumahnya. Aku dan Robin pergi menyelami tangan Kakek dan Nenek. Setelah itu, kembali ke samping Mama dan Papa. "Duduk dulu, Nak!" ucap Kakek. Kedua orangtuaku pun mulai menceritakan apa yang telah kukatakan tadi, sewaktu masih berada di rumah. Kakek menatapku. "Nai, kamu ke sini dulu!" Aku pun mengikuti perintah Kakek. Sambil mengelus rambutku. "Sepertinya, kamu mewarisi kelebihan yang secara turun temurun telah didapatkan oleh keluarga kita. Kakek berharap, ke depannya kamu akan kuat menjalani semua rintangan yang akan hadir di hidupmu, Nak. Kakek yakin, kamu akan menjadi wanita yang kuat dan pemberani." "Kek, aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi. Ada apa dengan Raka, Kek? Kenapa Mama dan Papa terlihat sangat khawatir sampai-sampai membawaku ke rumah Kakek karena mendengar nama Raka? Apa Raka sudah berbuat salah, yah?" Mama, Papa, Nenek, dan juga Kakek saling bertukar pandangan. "Tidak, Nak. Raka tidak melakukan kesalahan apa pun." Kakek memegang kedua tanganku."Besok, Kakek akan membawamu kesuatu tempat," ucap Kakek sambil tersenyum. "Malam ini, kalian bermalam saja di sini. Kakek sudah menyuruh Mbak Lia untuk membersihkan kamar kalian." Meskipun masih menyimpan banyak pertanyaan dikepala, untuk saat ini aku hanya bisa mengikuti apa yang dikatakan Kakek.                                                                      ῳ_ ῳ AUGURY GIRLῳ_ ῳ Pagi ini, Mama dan Papa berangkat ke kantor. Sementara, aku dan Robin masih berada di rumah Kakek. Untuk hari ini, Mama mengizinkanku tidak mengikuti pelajaran di sekolah. Begitu pun juga dengan Robin. Aroma roti bakar dan s**u cokelat mulai menyengat dihidungku, menciptakan rasa lapar yang mulai menyerang perutku. "Sarapan dulu, Nak. Habis makan, kamu langsung mandi, yah!" ucap Nenekku sambil tersenyum. "Baik, Nek!" aku pun langsung memakan roti bakar ini dengan sangat lahap, membuat Nenek yang melihatnya seketika tersenyum. "Makannya pelan-pelan," ujar Nenek. Dan aku pun membalasnya dengan anggukkan. "Robin ke mana, Nek?" tanyaku masih dengan mulut yang berisi roti. "Dia ada di luar sama Kakek," jawab Nenekku. Dengan lahap aku memakan potongan roti terakhir, kemudian menghabiskan s**u cokelat yang dibuat oleh nenek. Setelah itu, aku bergegas untuk mandi. Tadi malam, kakek mengatakan bahwa beliau akan membawaku ke suatu tempat. Jadi, aku harus secepatnya bersiap-siap agar kakek tidak menunggu lama. Dua puluh lima menit berlalu, aku pun sudah selesai mandi dan berpakaian. Mama selalu mengajariku untuk mandiri, jadi aku tidak perlu merepotkan orang-orang untuk mempersiapkan baju yang akan ku pakai nantinya. Aku pun mulai keluar dari kamar. Ketika keluar, Kakek juga terlihat sudah siap. Aku munghampiri Kakek. "Kek, memangnya kita mau ke mana?" Begitu melihatku, Kakek langsung tersenyum. "Cucu Kakek cantik sekali," puji Kakek. "Untuk itu, Kakek akan perlihatkan nanti." "Baiklah, Kek!" "Kakek, Kakek, boleh Robin ikut juga?" ucap Robin yang tengah duduk di samping kakek. Kakek tersenyum. "Robin tunggu di rumah aja dulu. Kakek sama Kak Naion tidak akan lama. Pulang nanti, kita akan pergi jalan-jalan ke taman. Mau, tidak?" Mendengar tawaran Kakek, Robin langsung mengangguk. Kakek mengarahkan pandangannya padaku. "Kita pergi sekarang, yah? Biar kita bisa cepat pulang lalu bisa main ke taman." "Ayo, Kek!" Seusai menitip Robin ke Nenek, aku dan Kakek pun segera pergi.                                                                            ῳ_ ῳ AUGURY GIRL ῳ_ ῳ Setelah menempuh perjalanan selama hampir lima belas menit. Kami pun sampai di tempat yang menjadi tujuan Kakek. Begitu tiba, aku terkejut.       Saat ini, aku dan Kakek berada di sebuah pemakaman yang sangat luas. Aku tidak tahu kenapa Kakek mengajakku ke tempat ini. Kakek menatapku. "Nai, kita turun dulu, yuk!" Begitu hendak keluar, aku menarik lengan kakek. "Kenapa kita ke sini?" Kakek tersenyum hangat. "Kamu akan tahu nanti. Kita turun dulu, yah!" Meskipun masih merasa ragu, aku mengangguk setuju. Setelah turun dari mobil, Kakek menggandeng satu tanganku lalu kami pun mulai melangkah masuk ke dalam pemakaman itu. Makam demi makam telah ku lalui. Dan disepanjang perjalanan, aku melihat banyak sekali orang yang memakai kostum aneh di tempat ini. Bukan cuman kostum mereka yang aneh, wajahnya pun juga sangat unik.   Ada yang memakai baju daster lusuh berwarna putih dengan rambutnya yang awut-awutan bak sapu ijuk, menjuntai turun sampai ke bawah tanah. Ada anak kecil yang wajahnya  dipenuhi dengan noda merah seperti darah, yang berlarian ke sana kemari. Dan yang paling keren diantara semua yang ku lihat adalah orang yang badannya besar, memakai topeng dengan gambar monster bertaring panjang dengan mata yang melotot seakan ingin keluar dari tempatnya. Kenapa kuburan bisa seramai ini? Siapa mereka? Apa yang mereka lakukan di tempat ini? Kalau pun ada festival, kenapa mereka memilih kuburan menjadi lokasinya? "Kita sudah sampai," ucap Kakek lalu melepaskan tangannya yang semula menggandengku. Aku menoleh ke arah kakek. Setelah itu, mengarahkan pandanganku ke sebuah nisan yang nampak masih baru. Aku membaca nama yang tertulis di batu nisan itu. Raka Hendrawan. Entah mengapa perasaanku menjadi tidak enak. Jantungku memacu dengan sangat cepat, kakiku pun seketika melemas, seusai membaca nama yang terukir di dalam nisan yang berada tepat di hadapanku. "Ka—Kakek, ini makam siapa?" tanyaku ragu. Kakek menatapku sedih. "Ini adalah makam Raka. Dia sudah meninggal, Nak!" Seperti ada ribuan pisau tertancap di jantungku yang mengakibatkan rasa sakit yang teramat sangat. Raka tidak mungkin sudah meninggal. Kemarin, kami masih bermain bersama dan dia nampak sehat. "Itu gak mungkin Raka, Kek! Kemarin, Nai masih main sama dia, kok! Kakek jangan ngomong kayak gitu, dong." Kakek memegang pundakku. "Raka meninggal satu minggu yang lalu. Dan yang bermain denganmu selama ini bukan lah Raka, Nak. Dia adalah arwahnya Raka. " Dahiku mengkerut. "Arwah?" "Iya. Arwah adalah mahluk gaib yang tidak semua manusia bisa melihatnya. Hanya orang-orang terpilih lah yang bisa melihat mereka." Aku berjalan di samping batu nisan yang bertuliskan nama Raka itu. "Aku masih belum percaya, Kek. Kalau ini benar-benar Raka." Aku mulai berjongkok di samping makam itu. "Apa kamu Raka temanku?" ucapku lirih. Hening ... "Raka, aku gak percaya kamu udah meninggal. Kemarin kita masih main, 'kan?" Kakek mendekatiku. "Apakah kamu ingin bertemu dengan Raka untuk terakhir kalinya sebelum ia berpindah ke alam yang seharusnya ia berada?" Aku mengusap air mataku. "Memangnya bisa, Kek?" Kakek mengangguk. "Sekarang, tutup kedua matamu," ucap kakek. Aku kembali berdiri. Lalu mulai mengikuti arahan yang diberikan oleh beliau. "Bayangkan wajah Raka, lalu panggil namanya. Tapi, kamu memanggil namanya di dalam hati saja. Ini adalah cara kamu bisa berinteraksi dengan mereka nantinya." Mereka? Mereka siapa? Meskipun tidak terlalu mengerti dengan apa yang dikatakan kakek, aku tidak berkata apa pun.    Aku mulai memanggil nama Raka di dalam hati, sambil membayangkan wajahnya. Tidak berselang lama, aku mendengar seseorang memanggil namaku. Semakin lama, suara itu semakin mendekat. Dan aku mengenali suara itu. Yah, itu adalah suara Raka. "Sekarang, buka matamu," perintah Kakek lagi. Secara perlahan, aku mencoba membuka mata. "Ra- Raka ..." Saat ini, Raka sudah berada persis di hadapanku. Ia memakai baju serba putih, dan wajahnya pun terlihat sangat pucat. "Naion ...," ucapnya lirih. Dia menatapku dengan sorot mata yang sedih. "Maafkan aku, Nai. Mungkin, setelah ini aku tidak akan bisa bermain lagi denganmu lagi." Begitu mendengar ucapan Raka, perlahan air mataku mulai menetes. "Kamu pasti terkejut melihat aku sekarang." Raka tersenyum, "sewaktu aku masih di rumah sakit, hal yang paling ku tunggu-tunggu adalah ketika kamu datang menjengukku. Aku masih ingat loh, saat kamu bilang kesepian karena tidak ada aku yang menemanimu bermain. Aku ingin sembuh, tetapi Tuhan mempunyai takdir lain untukku. Disisa akhir hidup, aku memohon kepada Tuhan untuk bisa bertemu denganmu lagi. Tetapi sayangnya, hal itu tidak terwujud. Tetapi, meski pun tidak bisa bertemu denganmu menggunakan tubuhku, Tuhan memberi kesempatan sekali lagi dalam bentuk arwah seperti ini, untuk bisa bertemu dan mengajakmu bermain untuk yang terakhir kalinya sebelum aku benar-benar pergi." Aku masih tetap tidak bersuara. Yang bisa kulakukan hanya menangis sejadi-jadinya. "Tadinya aku berpikir, kamu tidak akan bisa melihatku. Dan itu membuat ku sangat sedih. Tetapi kesedihanku  sirna ketika kamu mulai menyapaku. Akhirnya, harapanku benar-benar terkabulkan. Sejujurnya, aku berbohong tentang keluargaku. Ayah, Bunda, Kakaku, dan juga Bi Atik, mereka semua sudah tidak tinggal di perumahan itu. Mereka sudah pindah. Maafkan aku karena telah berbohong, Nai. Terima kasih karena selama ini kamu selalu menyemangatiku dan mau berteman denganku. Aku menyayangimu ...," ucap Raka lagi. "Hiks ..., a-aku juga menyayangimu, Raka. Terima kasih karena selama ini kamu juga mau bermain denganku. Aku benar-benar akan merasa kesepian. Aku pasti akan sangat merindukanmu," ucapku sambil masih berlinang air mata. "Aku juga akan sangat merindukanmu, Nai. Sebenarnya, aku  ingin memelukmu untuk yang terakhir kalinya. Tetapi sayangnya, hal itu tidak akan mungkin terjadi. Nai, kamu jaga diri baik-baik, yah! Aku akan selalu berada di sisimu," ujar Raka dengan memasang senyumannya yang khas. "Sepertinya, waktuku juga sudah habis. Aku akan pergi sekarang. Selamat tinggal, Naion. Selamat tinggal, Kakek ...," ucapnya. Setelah mengucapkan kalimat perpisahan ia kemudian menghilang begitu saja. Aku masih sangat bersedih. Tiba-tiba Kakek menyentuh kepalaku, beliau mengatakan bahwa saat ini yang dibutuhkan oleh Raka adalah doa agar dia bisa pergi dengan tenang. Aku dan kakek duduk di samping makam Raka, sambil memanjatkan doa untuknya.                                                                  ῳ_ ῳ AUGURY GIRLῳ_ ῳ                                                                              Bersambung

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.5K
bc

True Love Agas Milly

read
197.6K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
399.8K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.4K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

MOVE ON

read
94.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook