bc

THE TARGET

book_age18+
1.5K
FOLLOW
21.7K
READ
forbidden
possessive
second chance
pregnant
badboy
drama
comedy
sweet
lies
lonely
like
intro-logo
Blurb

"Mulai saat ini kau tinggal disini, untuk pakaian dan kebutuhan lainya tak perlu kau risaukan. Karena akan ada pembantu yang ku pekerjakan disini, tak ada ponsel dan telpon di dalam rumah. Komunikasi sangat terlarang disini". Jelas Dominick di depan pintu.

Dominick menoleh ke arah Atha, tatapanya tepat di mata Atha. Membuat Atha sontak langsung menundukan wajah, sungguh dia tak pernah terbiasa di tatap seorang lelaki. Karena selama ini ketika melihat gerombolan lelaki, Atha memilih untuk menunduk.

"Dan satu hal yang perlu kau tahu, bahwa kau harus memberiku seorang anak." ucap Dominick tanpa ekspresi.

Apa?!!

Atha Gilbert harus mengalami kesialan, tujuannya datang ke Roma adalah untuk menghadiri pernikahan sahabatnya. Namun tanpa di sangka dia justru di culik dan di jual. Seorang lelaki dingin bernama Dominick Adrain Ducan membelinya. Mengharuskan Atha untuk hamil dan melahirkan anaknnya.

Banyak rahasia di dalamnnya, permainan takdir sangat tidak terduga. Dan kali ini takdir ingin bermain dengan Atha dan juga Dominick. Apakah mereka sanggup? Atau mereka memilih untuk menyerah.

chap-preview
Free preview
Part 01
"Terkadang ada hal yang tak bisa di prediksi." ***** Ketika semua orang sibuk mengurusi kisah cintanya, Atha Gilbert justru memilih untuk melakukan hal yang dia sukai. Dimulai dari travel,menulis buku, mejadi seorang pemilik toko bunga.  Yah, mungkin ini terkesan aneh.  Tapi dia sangat menikmati hidup yang tengah di jalaninya sekarang.  Namun, Ia harus sedikit merubah jadwal yang telah dia rancang, dengan ketelitian yang sangat mutlak.  Apalagi jika bukan karena temanya yang memaksa dia untuk datang ke Roma, Italia.  Guna menghadiri pernikahannya. Atha tidak bisa menolak hal tersebut, mengingat selama ini mereka sudah terpisah sangat jauh.   Dan Atha sudah berjanji, walau apapun yang terjadi Ia akan datang ke pernikahan teman masa kecilnya itu. "Atha! Kau sudah siap, Ayah menunggumu di bawah" teriak wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu Atha.  "Iya bu, ini sudah selesai. Aku akan turun!" balas Atha berteriak.  Atha langsung bergegas turun sambil menggeret koper berwana biru miliknya. Perlahan-lahan Atha menuruni tangga satu persatu. Ia juga membawa tas kecil berisi cas ponsel, dompet, headset, alat make up. Tenang muat! Karena make up Atha itu hanya bedak dan juga lipstik. Jadi masih banyak cukup ruang di tas kecil miliknya.  "Kenapa tidak memanggil ayah, biar ayah yang membawakanya" seru Ayah Atha di bawah tangga.  Beliau langsung naik dan mengambil alih koper Atha. Diangkatnya dengan mudah lalu turun ke bawah.  "Ayah, Atha bisa membawa koper sendiri, tidak berat.’’ "Tidak  berat bagaimana? ini itu berat. Badan kamu kecil nanti kalau jatuh bagaimana?" kekeh sang Ayah pada Atha. Atha tidak bisa lagi membantah, karena selama ini dia tidak pernah membantah. Karena sang Ayah membebaskan apapun pilihan yang di buat putrinya itu.  Membiarkan Atha melakukan apa yang di sukainya. Namun tetap tidak melepaskan tanggung jawab sebagai seorang ayah.  Tentu saja berat saat tahu bahwa putri kecilnya ini akan ke Negara orang sendirian. Tapi mau bagaimana lagi, ini demi pernikahan sahabat baiknya. Sang ayah sangat kenal dengan Felicia. Gadis itu selalu datang ke rumah untuk bermain. Dan dia gadis yang baik. Selalu ada saat Atha membutuhkan. Jadi tidak ada salahnya jika sekarang Atha pergi ke Italia untuk memenuhi janjinya.  Atha mengikuti ayahnya berjalan keluar rumah, berjalan tepat di belakang. Hingga langkah kaki Ayahnya terhenti di mobil yang terparkir di luar.  Sang ayah memasukan koper Atha di bagasi belakang. Sementara sang ibu sudah berdiri di samping mobil. Wajah ibu Atha memperlihatkan wajah yang tak rela. Walaupun ini bukan kepergian pertama Atha keluar negeri tapi tetap saja. Dia adalah wanita, pergi sendirian tentu mendapatkan resiko yang mengancam keselamatan.  "Kenapa tidak  menunggu Mbak Elin? Dia bisa nemenin kamu. Ibu masih agak berat nak" mohon ibu sekali lagi. Sambil memegang kedua tangan Atha. "Bu, Mbak Elin ada acara sama Mas  Farhan. Mereka  jarang bertemu tidak enak  aku minta ditemani. Ibu percaya ya sama Atha. Atha bisa jaga diri. I’am promise " ucap Atha mencoba menenangkan ibunya.  Sesekali Atha menciumi kedua tangan sang ibu, guna meredakan kekhawatiran yang tampak begitu jelas di mata. Atha tahu itu tidak bisa berdampak besar, mengingat sang ibu sudah menolak sejak awal permintaan Atha ini. Lalu dengan lembut Atha memeluk erat ibunya, saling menyalurkan kehangatan.  Untuk yang satu ini Atha tidak satu pendapat dengan sang ibu. Kali ini dia akan tetap pergi, karena ini acara yang sangat penting dan dia juga sudah berjanji sejak dulu. Bahwa dia akan dating ke acara pernikahan Felicia, sahabat baiknya dari masa SMA dimanapun dia berada. "Sudah bu, anakmu ini bukan mau perang. Jangan berlebihan"  ucap Ayah menengahi acara saling memeluk Atha dan ibunya.  Mau tidak mau keduanyapun kini sedikit meregangkan pelukan karena ucapan sang ayah. "Ayah suka gitu! Ibu ini khawatir Italia itu jauh yah, bukan kayak Malaysia atau Singapura. Ayah selalu saja seperti  ini member izin anaknya. Tidak ada rasa khawatirnya sama sekali! Apa - apa di penuhi. Dulu waktu naik gunung juga, Ayah melihatnya bukan? Saat pulang anakmu tidak bisa jalan karena kakinya kram dan membiru. Jalan ke kamar mandi seperti orang lumpuh  yang baru belajar jalan. Bagaimana kalo nanti terjadi sesuatu sama dia, Yah" sang Ibu memarahi suaminya yang memang selama ini selalu memanjakan sang putri.  Tapi bukanya marah ayah Atha justru tersenyum. Omelan sang istri sudah biasa dia dengarkan, dan dengan pelukan lembut pasti sudah mereda.  Nah benar bukan, sekarang Ibu Atha sudah tenang ketika Ayah Atha memeluknya.  "Ayah juga khawatir, Bu. Tapi Atha dia sudah dewasa. Bisa menjaga dirinya sendiri. Dia juga bisa bela diri, ayah ajarin. Jangan khawatir, putri kita wanita yang sangat tangguh" tambah Ayah. Menciumi pucuk kepala istrinya dengan begitu lembut.  Pemandangan ini yang sangat Atha suka, ketika kedua orangtuanya akur. Saling menguatkan satu sama lain.  Tidak ada yang lebih indah daripada ini. Putri ayah bernama Atha memang sangat tangguh!  Tapi tentu saja dia adalah wanita. Dia tidak tahu bahwa firasat seorang ibu tidak pernah salah.  Atha tidak tahu takdir apa yang akan terjadi padanya di Italia. Tuhan sudah mengariskan. Dan Atha hanya sanggup menjalaninya. Suka atau tidak suka. ***** Mobil yang di kendarai  Ayah Atha telah sampai di Bandara, kemudian Atha bergegas untuk keluar. Melihat ke sekitar sebentar sebelum masuk ke dalam. ‘’Yakin tidak ada barang yang tertinggal?’’ Tanya Ayah Atha yang kini sudah berdiri di samping Atha sambil membawa koper biru milik Atha. Atha mengganguk pelan. ‘’Tidak yah, sudah ada di koper semuanya.’’ ‘’Baiklah kemari’’ kata sang Ayah sambil merentangkan tangannya untuk meminta pelukan. Tanpa menunggu lama, Atha langsung memeluk sang Ayah dengan sangat erat, mengeluarkan rasa kasih sayangnya. Seminggu kedepan Ia akan berada jauh dari sang Ayah, pasti rasa rindu akan muncul di benaknya. Karena selama ini Atha sangat dekat dengan Ayahnya daripada sang Ibu.  ‘’Jika sudah sampai langsung kabari ayah, jaga diri baik-baik. Jangan keluar sendirian, setidaknya ajaklah temanmu yang jauh lebih mengerti wilayah sana daripada dirimu. Dan pulanglah dengan selamat’’ ucap Ayah panjang lebar dengan masih memeluk Atha. ‘’Tentu, Yah.’’ ‘’Maaf Ayah tidak bisa menggantarmu hingga kedalam, tiba-tiba ada urusan mendesak di kantor’’  ‘’Tidak apa-apa, Atha mengerti’’ balas Atha mulai merengangkan pelukan. Dikecupnya kening Atha berkali kali oleh Ayahnya, setelah dirasa cukup Ayah berpamitan pada Atha. Sebelum masuk kedalam mobil Ayah Atha masih melihat putrinya itu, lalu akhirnya masuk ke dalam mobil dan mulai melaju pergi meninggalkan Bandara. Atha kemudian berjalan menuju ke tempat check in keberangkatan untuk ke luar negeri. Suasana bandara tampak sangat ramai, dapat terlihat dari banyaknya orang yang berlalu lalang. Entah itu dari kedatangan, atau keberangkatan untuk  pergi ke tempat tujuan masing - masing. Hal itu juga dilakukan oleh Atha, dia sudah menyiapkan segala keperluanya untuk tinggal di Roma selama satu minggu. Jika bukan karena pernikahan sahabatnya, dia tidak akan pergi ke Roma.  Dengan tas yang di selempangkan di sebelah kanan Atha berjalan ke tempat yang seharusnya. Menaruh kopernya  di tempat yang sudah di siapkan. Koper milik Atha  di jamin penuh dengan pakaian dan hal berharga. Dia tak mungkin lepas tanggung jawab dengan toko bunganya dan juga pekerjaanya sebagai seorang penulis.  Setelah selesai meletakan koper miliknya, Atha pun masuk ke dalam pesawat. Atha pun mulai mencari letak tempat duduknya. Saat sudah ketemu dia pun duduk, syukurlah dia mendapatkan tempat duduk di dekat jendela.   Jika di tengah mungkin saja dia meminta untuk bergantian dengan orang di sebelahnya, dia tidak suka karena selalu membuatnya mabuk udara.  Atha melihat keluar jendela, dengan padangan yang sulit di jelaskan. Roma,  sepertinya ini bukan hanya sekedar acara pernikahan dan jalan jalan saja.  I am so lonely broken Angel I am so lonely listen to my heart one and only broken Angel come and safe me before a fell apart Bunyi ponsel milik Atha menyentaknya dari lamunan. Segera dia merogoh tas kecil yang berada di pangkuannya. Lalu mengambil ponsel itu, mengeser tombol berwarna hijau dan menempelkanya di telinga sebelah kanan.  "Iya, Hallo?" jawabnya lembut.  "Kau ada dimana sekarang!!?" terdengar nada sedikit kesal dari ujung sebrang sana. Sontak membuat Atha menjauhkan ponselnya untuk beberapa detik, menjauh dari telinganya. "Aku sudah di dalam pesawat.”  Jawab Atha setelah merasa sudah aman.  “Kau jangan berteriak, jangan sampai calon suamimu terkejut mendapatimu yang beringas seperti tadi.’’ Tambah Atha meledek. ‘’Sorry, he’s deeply in love with me darling’’ balas Felicia tak mau kalah. benar sekali, panggilan telpon ini dari Felicia, sepertinya dia sedikit kesal karena Atha tak kunjung datang. ‘’Aku berani bertaruh pasti kau sudah memeletnya.'’  ‘’Tolong bahasa darimana ‘’memelet’’  itu berasal saya tidak mengerti’’ Felicia tak mau kalah. ‘’Ck! Tidak usah sok pelupa, kau tahu betul artinya. Masih ada darah Indonesia di tubuhmu’’ ‘’Oke aku kalah, kalau sudah bawa-bawa masalah Negara aku kalah." Felicia akhirnya mengaku kalah.   Athapun kemudian tertawa senang karena senjata utamanya selalu saja bisa memenangkan perdebatan.  ‘’Oh ya, Perjalanan akan sangat panjang, ini semua demi dirimu. Awas jika nanti kau tidak memberiku hadiah yang pantas" ucap Atha sedikit menggoda.  Sebenarnya dia tidak keberatan sama sekali pergi ke Roma. Sudah lama juga dia ingin kesana, mendapat tiket gratis dari teman baiknya tentu saja tidak di lewatkan begitu saja olehnya.  Terkesan matre? Tidak apalah sesekali. "Kalau masalah itu tenang saja, aku pasti akan memerimu oleh-oleh yang tak terlupakan " balas Felicia dengan nada suara penuh dengan tipu muslihat. ‘’Tapi aku tidak bisa menjemputmu di Bandara, tidak apa-apa kan?’’ "It’s okay, Aku tahu kau kan sedang di pingit. Aku bisa naik taksi,’’ ‘’Kau yakin? Atau aku suruh sepupuku untuk menjemputmu? Atau aku kirimkan mobil?’’. ‘’Felicia Astaga kenapa kau cerewet sekali sekarang! I’am okay. Banyak kendaraan umum di Roma, ini bukan zaman dahulu. Jadi tenang saja" Dengus Atha karena mendengar sahabatnya di seberang telpon sana tengah mengomel dan berbicara tanpa jeda.  "Baiklah, tapi janji jika ada apa-apa kau harus menelpon, oke?" " Tentu saja.’’ ‘’Aku sangat merindukanmu’’ lirih Felicia tiba-tiba. "Me too, aku juga sangat merindukanmu." Balas Atha dengan senyum tulus.  "Permisi nona, pesawat akan segera lepas landas. Bisa minta tolong untuk tidak menggunakan alat komunikasi untuk sementara?" ucap seorang pramugari dengan senyuman lembutnya.  Sontak saja membuat Atha harus menghentikan percakapanya dengan sahabatnya itu. Dia mengangguk mengerti dan kembali bersuara pada Felicia.   "Fel, Aku harus mematikan ponselku, pesawat akan segera lepas landas. Nanti akan kuhubungi setelah sampai di bandara, bye"  Pip!  Atha langsung mematikan ponsel. Beralih sibuk mencari sesuatu di dalam tas biru tosca miliknya. Ipod, pemberian kakak perempuannya. Atha menempelkan setiap sisi earphone pada kedua telingannya, lalu dia bersandar di kursi. Dan mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela, melihat bagaimana pesawat yang di tumpanginya berangkat. Menembus awan, dan juga melayang di udara. . . . . To be continued.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My One And Only

read
2.2M
bc

The Alpha's Mate 21+

read
145.9K
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.0K
bc

The Seed of Love : Cherry

read
111.1K
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K
bc

Marrying Mr. TSUNDERE

read
379.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook