bc

Heartbeat Of The Ice Prince

book_age18+
365
FOLLOW
1.6K
READ
drama
comedy
twisted
humorous
scary
like
intro-logo
Blurb

Hidup dalam sebuah penasingan seoran diri menjadikan Jacquellin pribadi yang dewasa. Namun siapa sangka, kehidupannya yan semula baik-baik saja berubah drastis semenjak hari dimana ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik Orion Julius Luciano. Pria tapan kaya raya yang sialnya juga mencuri ciuman pertamannya, di suatu malam musim panas.

Dan tanpa keduanya sadari, takdir juga turut andil dalam segala macam intrik mengelikan yang terus melibatkan mereka.

Akankah ada titik terang dari sebuah rahasia yang berhasil di ungkap oleh sang waktu? Dan akankah ada harapan untuk keduannya terus bersama?

Berlatar belakang kota Sacramento yang agung, Jacky juga Orion akan mebawamu dalam petualangan manis yang tak terlupakan.

chap-preview
Free preview
Chapter 01 : Alpaca
New York 09.30 A.m Drtdrtdrrrrrrrtttt Dering nada panggilan dari telefon genggam yang diletakan dinakas sebelah tempat tidur mengusik ketenangan pria yang sedang tidur tengkurap di atas ranjang berukuran King Size miliknnya. Tangan besar dengan bulu halus terjulur keluar dari balik selimut teba, menutupi tubuh bagian atas yang telanjang. Dengan gerakan cepat, tubuhnya kembali terlentang dengan tangan yang menempel didaun telingannya. "Berhentilah berteriak ditelingaku nyonya kecil dan kenapa kau selalu menggangu tidurku. Ini terlalu pagi!" ucap pria muda dengan wajah tampan bak dewa. Dengan mata yang terpejam rapat dan tubuh bagian atas yang terekspose, pria tersebut tampak mendengarkan dengan seksama penjelasan seseorang dari sebrang telefon. "Benarkah, aku harus pergi kekantor jika begitu." ujarnya setelah terdiam beberapa saat. "Baiklah nyonya. Sampaikan salamku pada mereka!" "Love you more Jacquetta!"  ucapnya sebelum mengakhiri telefon dan kembali meletakanya diatas nakas. Setelah itu, mata indah miliknya tampak mengerjap beberapa kali sebelum terbuka dengan sempurna. Netra itu sangatlah menghipnotis, berwarna biru terang dengan bulu mata yang begitu lentik. Sungguh perpaduan yang sangat sempurna, bibir merekah dengan warna merah alami, rahang kokoh yang tampak begitu mengiurkan dengan wajah tampanya. Dan jangan lupakan pula alis hitam yang akan membuat wanita manapun iri terhaapnnya. Kini dirinya telah bangkit dan mulai berjalan menuju pintu berwarna putih, terletak bersebrangan dengan meja kaca berbentuk bundar. Oh ya Tuhan. Tubuh itu begitu indah, dipahat bagai kesempurnaan dewa Yunani. Keras dan berotot. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk hilang dibalik pintu yang sepertinya adalah kamar mandi. Dan sedetik kemudian suara kucuran air terdengar mengisi ruangan luas dan maskulin tersebut.   ¤¤¤¤¤¤¤ "Selamat pagi tuan." "Selamat pagi Marcus." "Sarapan sudah siap tuan." lanjut pria bersetelan formal dengan nada lembut. Sedangkan pria muda yang disapa dengan panggilan tuan tadi hanya diam sambil melirik kearah jam tangan yang baru saja dipasangnya. "Apa ada sesuatu?" tanya pria yang sedang berdiri diujung anak tangga melingkar dengan berlapis karpet merah menyala. "Hemm tidak ada Marcus. Aku hanya sedang menghitung seberapa lama aku telat bangun." Dan dengan gerakan refleks, pria tua yang dipanggil dengan nama Marcus tadi ikut menatap kearah arloji hitam miliknya. "10.15." ujarnya sambil mengalihkan tatapan dari tangan yang terbungkus kemeja putih miliknnya. "Kau benar, mungkin aku belum bangun jika Jacquetta tidak menelfonku berulang kali." ucapnya dengan senyum samar yang tersungging tipis dibibir seksinnya. "Ya. Nona muda sempat meghubungi ponsel pribadi saya dan ketika menanyakan keberadaan anda. Saya hanya memintanya agar menghubungi anda tuan." lanjutnya dengan nada lemah, takut jika apa yang diucapkan salah dihadapan pria tampan yang sedang mengenakan kaus hitam yang dipadukan dengan palto coklat selutut. "Pergilah beristirhat Marcus. Aku akan berkunjung ke California. Ada pertemuan yang harus kuhadiri." "Trim akan menyetir untuk anda tuan." lanjutnya penuh keramahan. "Tidak perlu. Aku akan membawa mobil sendiri. Tolong siapkan saja keperluannya." ujar pria tersebut sambil berlalu turun menuju sisi barat lantai dasar tempat tinggalnya. Disana ia tidak melakukan apapun, hanya duduk diam ditepi kursi rotan dekat kolam renang. Matanya menatap tajam kearah air jernih yang tampak tenang dengan riak dibagian dasarnnya.         "Orion!" panggil satu suara dari arah belakangnya. Dan tak membutuhkan waktu lama bagi pemilik nama untuk mengetahui siapa gerangan yang telah memanggilnya. "Brian!" sapanya sambil menoleh sekilas tanpa merubah posisi duduk bersilanya. "Marcus bilang kau akan pergi ke California, benarkah itu?" tanya pria bernama Brian yang kini mengambil duduk tepat dihadapan Orion. "Ya. Ada pertemuan dengan kartel kolega dad, memangnya kenapa?" balas Orion dengan nada sedikit sarkatis. "Hi calm dude, aku hanya bertanya." timpal Brian yang mulai menyalakan cerutu miliknya, membiarkan asap putih dari ujung benda yang dibakar menguar bebas diudara. "Aku tahu kau sedang beralibi." terang Orion dengan memincingkan mata. "Fine Orion! Kemampuan brilian mu memang tidak bisa dibantah!" teriak Brian dengan gerakan bangkit dari duduknya. Sedangkan Orion hanya diam menatap ekspresi kesal temannya dan detik berikutnya,ia ikut tertawa, bahkan semakin lama semakin terbahak hingga mengundang rasa kesal dari Brian. "Cepat katakan tujuanmu datang, aku tidak punya waktu meneladeni sikap konyolmu!" lanjut Orion dengan sikap tenang, seperti yang biasa dilakukannya. "Aku berencan mengajakmu ke Barat, tap karena kau akan ke California aku rasa ide bagus jika aku boleh ikut pergi bersamamu." ujar Brian dengan nada sedikit ragu. Bahkan orang yang mendengarnya tahu dengan pasti jika dirinya berkata dengan rasa takut. Orion tidak langsung menjawab, ia sengaja menatap tajam kearah Brian, menaikan sebelah alisnya dengan smirik khas darinya. Sudah dapat dipastikan jika semua orang yang menatap Orion kala itu akan berfikir dua kali untuk tetap tinggal, mereka akan berlari tunggang langang untuk pergi menjauh. Tatapan yang biasa dilakukanya untuk mengintimidasi musuhnya. Toh dirinya sudah tahu sejak awal, maksut utama kedatangan sahabat masa kecilnya tersebut tidak lain untuk mengajaknnya pergi kesalah satu club milik Brian, mengahbiskan malam disana dengan para jalang segar yang baru diimpor dari negara lain. Jangan heran, memang seperti itulah sosok Brian. Ia adalah pemuda berdarah Yahudi yang tampan dan diberkati otak cerdas. Namun sayangnya, pria tersebut sangatlah bodoh jika menyangkut wanita. Ia selalu bermasalah dengan kaum hawa. Kaya tapi selalu dimanfatakan dan hubunganya dengan berbagai model kelas dunia selalu berakhir mengenaskan setelah turun dari ranjang, dimalam pertama mereka tinggal bersama. Mungkin alasan itu pula yang membuat sahabatnya tersebut menutup pintu hatinya untuk wanita. Sudah 3 tahun lamannya Brian tidak tampak menjalin hubungan dengan wanita. Bahkan biasanya wajah tampan tersebut sering masuk majalan dan berita New York, sebagai salah satu pembisnis muda kaya raya yang terkenal sering bergonta ganti pasangan. Tapi bukan berarti ranjang dan malam hari Brian selalu dingin dan kesepian. Dengan modal pengusaha club terbear didaratan Amerika, pria berambut hitam tersebut selalu mendapat jatah jalang baru setiap harinya. Ya kebanyakan dari wanita tersebut malah suka rela menyerahkan tubuh mereka pada Brian, selain wajah tampan dan sikap loyalnya, Brian juga terkenal sebagai salah satu selebritis Hollywood yang memiliki kekayaan fantastis. Belum lagi kesibukanya sebagi model pakaian dalam yang mebuatnya selalu hidup dikelilingi wanita. Tapi naas, pernah hidup dipanti asuhan karena dibuang oleh orang tuanya menjadi alasan watak keras yang disembunyikannya. Bahkan ia tak segan-segan melakukan usaha apapun untuk menemukan keberadaan orang tuanya. Ia pria penuh semangat. Dan Orion merasa beruntung memiliki sahabat seperti Brian. Mengesampingkan semua sikap buruknya, Brian adalah sosok yang dapat dihandalkan dan terkadang ia juga menjadi ayah bagi Orion. Jangan salah berpendapat, sekiranya ia tampak bagai brandal tak berotak, Brian adalah sosok yang sangat dewasa. "Apa ada jalang baru? Sepertinya kau tampak sangat bersemangat." "Ya memang ada dan sepertinya kau paham masutku, bahkan sejak kau menatap mataku untuk yang pertama kalinya! "jelas Brian malas sambil memutar bola matanya jengah. Pria tampan dihadapanya itu memang senang bergurau. Dan Brian tahu jika ia saat menyayangi Orion. "Aku memiliki feeling jika disana akan bertemu dengan gadis cantik." ujar Brian sambil berandai, menatap ke arah langit New York yang sedikit berselimut mendung. "Kita akan pergi ke mansion mu dahulu." "Tidak perlu, jika hanya untuk mengambil pakaian kita pergi ke apartemenku saja." terang Brian ikut bangkit dan melangkah masuk bersama Orion. "Terserah." sambung Orion datar. Mereka berjalan beriringan untuk masuk kembali kedalam mansion . Langkah kaki mereka terulur menuju tangga melingkar dengan meja berhias keramik bunga ditengahnya,menuju satu-satunya pintu berwarna emas dilantai dua. Kamar pribadi Orion. "Bagaimana kabar keluargamu, aku rindu jahe buatan ibumu." ucap Brian membuka suara. "Apa kau baru aja mengungkapkan kerinduanmu pada ibuku?" Orion menatap sekilas dengan wajah menahan tawa dan itu membuat Brian mendengus kesal. Sepertinya sifat menyebalkan dari putra sulung keturunann klan mafia terkenal dari Rusia tersebut mulai mengusiknya. "Ya apa ada masalah?!" "Tentu saja tuan, sudah dapat ku pastikan jika peluru rovelver  milik dad menembus tengkorak kepalamu!" kekehnya sambil membuka pintu setinggi dua meter tersebut. "Hahaha, aku rindu dad yang keras kepala itu!" timpal Brian dengan tawa yang ikut menggema. "Oh iya, Jaquetta juga menitip salam untukmu!" "Ah adik kecilmu yang menggemaskan, kapan kau berkomunikasi dengannya dude?" "Satu jam yang lalu." "s**t! Aku jadi rindu hidung merahnya." "Berhenti merindukan mereka atau ku tendang kemaluanmu Brian!" "Mereka keluargaku Orion, jika kau lupa." ulang Brian sambil menuang wine kedalam gelas kaca mikiknya, menengak isinya hingga tandas. "Damn you dude!" Sebenarnya tidak ada masalah jika sahabatnya, Brianndo Clifford memanggil keluarganya dengan nama yang sama. Justru Orion bangga, setidaknya kehadiran mereka dapat mengobati duka Brian. Biarlah pria b******n tersebut merasakan kehangatan keluarga, toh tidak ada yang keberatan. Bahkan ibunya sangat menyayangi Brian, sudah seperti anaknya sendiri. Lagipula sikap yang dilakukan Brian juga tidak percuma, ia sangat membantu bisnis kartel dad. Semacam simbiosis mutualisme. "Orion, sepertinya kita akan mendapat jackpot disana!" Sedangkan Orion hanya menatap sekilas dengan dahi berkerut. Seolah itu menjadi perwakilan atas pertanyaan dikepalanya. "Kapan kita bisa berangkat, aku rasa detik ini adalah saatnya." ucapnya memberi perintah dengan senyum samar sambil memasukan kembali ponsel miliknnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K
bc

CEO Mesum itu Suamiku

read
5.1M
bc

The crazy handsome

read
465.3K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

My One And Only

read
2.2M
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook