bc

Berlalu atau Bertahan

book_age12+
806
FOLLOW
4.9K
READ
revenge
student
drama
sweet
highschool
basketball
childhood crush
first love
friendship
lonely
like
intro-logo
Blurb

Cinta Pertama.

Dua kata yang sangat sakral bagi orang yang pertama kali menjatuhkan hatinya. Namun bagaimana jadinya, jika cinta pertamanya hanya menganggapnya sebatas teman.

Hal ini dirasakan oleh Vania Veronika yang sering disapa Vani. Lalu datang sahabat masa kecilnya dengan menawarkan sebuah perasaan yang membuat Vani harus kembali berkubang pada perasaan yang bernama cinta.

Sayangnya, perasaan yang dirasakan tidak semulus apa yang dikatakan orang. Dan Vani hanya memiliki dua pilihan,

Berlalu atau bertahan?

chap-preview
Free preview
Satu
-Mencintaimu memang tanpa syarat, tapi apakah aku juga akan mendapatkanmu tanpa syarat?- ♤♤♤ Seorang gadis mulai menuruni anak tangga dirumahnya, dia berjalan menuju ruang makan yang telah diisi oleh kedua orang tua beserta kakaknya. Yah, siapa lagi jika bukan Vania Veronika yang akrab disapa Vani ini. Vani memiliki kakak laki-laki bernama Arfandi Hizkafian yang sering disapa Fandi. Di tengah canda tawa yang tercipta, Fandi mulai angkat bicara setelah melihat jam yang ada dipergelangan tangannya. "Ehm.. dek, kamu masuk jam berapa sekolahnya?" "Jam tujuh kak, emangnya kenapa?" Tanya Vani. "Ayo kakak anter, sekalian kakak mau pergi ke kampus." Lalu Fandi mulai beranjak dari tempat duduknya untuk menuju garasi rumahnya. "Oke," ucap Vani, lalu ia beralih untuk menyalami kedua orang tuanya, "Ma, Pa Vani berangkat dulu ya." "Iya, hati-hati sayang." ucap mama Vani, "Barang-barangnya udah siap semua kan?" Tambahnya. Vani mengangguk sebagai jawaban, lalu ia beranjak menuju kakaknya yang telah menunggunya didepan rumah. "Udah siap?" ucap Fandi setelah melihat Vani ini menuju ke arahnya. Vani hanya mengangguk lalu mobil mereka melesat menuju sekolah Vani. ♤♤♤ Vani mulai memasuki halaman sekolah barunya. Yah, dia memasuki tahun ajaran baru di SMA favorite di Jakarta, SMA Angkasa. Vani sangat bersyukur, karena ia menjadi salah satu murid di SMA Angkasa setelah melewati berbagai test yang memiliki banyak pesaing. Hari ini adalah hari pertama MOS disekolahnya, banyak pasang mata yang melihat sosok Vani saat melintas di koridor kelas. Entah tatapan memuja, bahkan ada yang terang-terangan menatapnya dengan sinis. Vani memang tidak memiliki wajah yang cantik, tapi ia begitu manis. Dia juga tidak terlalu tinggi ataupun pendek. Vani hanya bisa melemparkan senyuman yang ramah kepada mereka. Vani langsung menuju mading sekolah, ia ingin melihat dia masuk kelas mana untuk MOS kali ini. Tangannya terus menyusuri namanya, hingga ia menemukan. Vania Veronika Yap, dia menemukan namanya dikelas X-4. Akhirnya Vani bisa bernafas lega dan langsung melangkahkan kakinya menuju kelas yang akan disinggahinya selama beberapa hari ke depan. ♤♤♤ Sosok gadis tengah mencari sahabanya yang selama ini selalu bersamanya sejak kecil. Hari ini ia sangat bahagia bisa satu SMA dengan sahabatnya, karena saat SMP mereka berbeda sekolah. "Mana sih Vani? Tuh anak kerjaannya ngilang mulu deh!" Nia memberenggut kesal, karena tak kunjung menemukan sahabatnya. Vani. Yap, dia adalah Vannia. Vannia Diandra Seseorang yang selama ini bersahabat dengan Vania Veronika. Di awal pertemuan mereka bingung untuk memanggil satu sama lain, karena mereka memiliki nama yang sama. Hingga akhirnya mereka sepakat bahwa Vania Veronika dipanggil Vani, dan Vannia Diandra disapa Nia. Mereka memang memiliki nama yang sama, namun mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Vani, dia sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Berbanding terbalik dengan Nia yang sangat Friendly dengan siapapun yang baru dikenalnya. Nia memiliki wajah yang cantik, rambutnya hitam lurus. Bahkan bisa dikatakan sempurna. Dia sangat berprestasi, baik akademik maupun non akademiknya. Tak jarang, banyak laki-laki yang terang - terangan mengejarnya. Akhirnya Nia memutuskan untuk mencari kelas yang akan disinggahinya. ♤♤♤ Ditengah perjalanan, Vani hanya fokus pada bukunya yang ia baca dan tidak menyadari bahwa Vani menabrak bahu seseorang. Bugh Sontak Vani terhuyung kebelakang hingga beberapa meter, Vani sudah memejamkan matanya karena dia tau sebentar lagi badannya akan membentur lantai tak berdosa. Namun.. 1 detik 2 detik 3 detik Vani tidak merasakan sakit pada bagian badannya, Vani merasakan ada lengan yang menahan tubuhnya. Akhirnya Vani mulai membuka matanya untuk memastikannya. Hingga mata Vani bertemu dengan mata orang yang ada di hadapannya. Orang yang selama ini memporak-porandakan hatinya. Siapa lagi jika bukan Ardian Azka Teman SMP Vani yang merupakan Seorang kapten basket yang sangat dipuja banyak gadis, Orang yang selama ini telah menghancurkan benteng pertahanan yang telah ia buat. Orang yang juga mengajarkan rasa jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan. Setelah beberapa detik, Vani langsung tersadar dan menegakkan kembali tubuhnya. Lalu ia mengambil buku yang jatuh dihadapannya, dan kembali menatap orang yang ada didepannya. "Makasih Ar," ucapnya seraya tersenyum tulus. Ardian mengangguk, seraya tersenyum, "Iya iya, lain kali hati hati. Jangan baca buku terus." "Lo masuk kelas mana?" Ardian kembali melanjutkannya setelah jeda beberapa saat. "Gue masuk X-4, lo sendiri?" Vani membalikkan pertanyaan yang diberikan Ardian. "Sama dong, yaudah yuk ke kelas bareng gue!" Tanpa menunggu jawaban Vani, Ardian langsung menggenggam tangan Vani. Vani menatap tangan yang sekarang berada pada genggaman Ardian. Vani merasakan jantungnya berdebar cukup kencang, Vani selalu seperti ini jika berdekatan dengan Ardian. Ardian seperti memiliki aura tersendiri bagi Vani. ♤♤♤ Setelah sampai di kelasnya, mata Vani mulai menyusuri kelas yang telah nampak ramai. Ia mencari keberadaan bangku kosong yang masih tersisa, dan ia menemukan bangku kosong disebalah perempuan yang tengah fokus dengan hp nya. "Gue boleh duduk disini?" Perempuan itu memalingkan wajahnya dan menatap Vani, kemudian mengangguk sebagai jawabannya. Vani tersenyum, "thanks." "Sama sama," Perempuan itu memasukkan hp nya kedalam saku roknya seraya berdiri dari duduknya lalu mengulurkan tangannya kepada Vani. "Kenalin gue Saufika Umari. Panggil gue Fika." Vani tersenyum lalu menerima uluran tersebut, "Gue Vani, Vania Veronika." Setelah terlepas, Fika kembali berkata, "Oke Van, kita langsung ke lapangan aja untuk upacara pembukaan." "Oke." Lalu Vani meletakkan tasnya dan bergegas keluar bersama Fika untuk pergi ke lapangan. ♤♤♤ Di Lapangan SMA Angkasa, telah banyak siswa yang berbaris dengan menggunakan atribut yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan Vani dan Fika. Mereka berdua langsung akrab walau mereka baru saling mengenal. Saufika a.k.a Fika yang sangat friendly sangat di sukai Vani, karena Vani tipe orang yang sulit berbaur. Saat tiba di lapangan, Vani dan Fika bergegas mencari barisan kelasnya. Setelah menemukan barisannya, mereka langsung berlari menuju barisan tersebut. Mereka berada dibarisan paling belakang, mengingat mereka datang terlambat. Saat Vani menolehkan kepalanya, dia menemukan pemuda yang menjulang tinggi, pemuda yang selama ini selalu ada dalam benak Vani. Dia Ardian. Yah, Ardian. Ardian yang merasa diperhatikan, menoleh ke samping dan mendapati Vani yang tengah memperhatikannya. "Udah puas liatinnya?" Goda Ardian. "Eh?" Vani langsung gelagapan, dan membuang muka ke sembarang arah. Ia sangat malu karena tertangkap basah oleh Ardian sangat ia tengah memperhatikannya. Ardian tersenyum melihat reaksi Vani, "Cie... gue dilihatin mulu. Gue terlalu ganteng yah Van?" Vani memutar bola matanya malas, walau sebenarnya ia mengiyakan ucapan Ardian. Iya ar, lo emang ganteng. Dalam Hati Vani Ia hanya bisa mengucapkannya dalam hati, karena dia tidak memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkan nya secara langsung. "Narsis banget" ketus Vani. Ardian terkekeh pelan, "Gue mah gak narsis van, emang kenyataannya ganteng kok." Vani mengalah, "Serah lo deh." Akhirnya mereka berdua kembali memperhatikan pengarahan yang ada di depan. 1 jam kemudian Vani menggerutu kesal karena sang pembina upacara sangat lama menyampaikan informasi. Menurutnya, sangat bertele-tele. Vani sudah merasakan pusing dan ingin segera mengistirahatkan badannya. Saat upacara selesai, ia segera mengajak Fika untuk beranjak dari lapangan. Namun, saat beberapa langkah, ada sebuah lengan yang menahannya. Mau tak mau Vani menolehkan kepalanya dan menemukan Ardian di belakangnya. "Van, ikut gue ke kantin yuk?" Ucap Ardian sambil menaik - naikkan alisnya. "Enggak!" Ucap Vani, "Kepala gue pusing Ar." Tambahnya, "Sorry..." "Ayo dong Van, lo gak kasihan sama gue. Ikut ya? Please." ucap Ardian dengan memasang wajah puppy eyes nya. "Oke, fine." Putus Vani, "Gue ke kantin dulu ya fik?" Fika mengangguk, dan pergi menuju kelas. Tanpa izin, Ardian langsung menarik tangan Vani untuk menuju kantin. ♤♤♤ Saat dikantin, semua mata tertuju pada sosok Ardian. Yah, harus diakui Ardian memiliki wajah yang tampan, bahkan mendekati sempurna. Dia seorang kapten basket yang sangat mahir. Tak dipungkiri, banyak wanita yang selalu memujanya. Ardian dan Vani langsung menuju bangku yang tersisa, disana telah diisi oleh seorang gadis yang tengah menikmati makanannya. "Permisi, boleh kita duduk disini?" Ucap Vani Gadis itu pun mendongakkan kepalanya dan... "Vani!" "Nia!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Noda Masa Lalu

read
183.3K
bc

Istri Muda

read
391.6K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
256.4K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.1K
bc

Sweetest Diandra

read
70.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook