2. Truth Or Dare

1525 Words
    Aku pikir, cinta sejati hanya ada di novel atau di drama-drama yang sering aku tonton, bukan ada di dunia yang aku tempati sekarang. ----     Selepas bertemu dengan Andre tadi, Sylena langsung menuju ruang kelasnya, Sylena berjalan cepat setelah dari pintu kelasnya, saat ia melihat teman-temannya duduk di lantai dan membuat lingkaran, mereka sedang bermain Truth or Dare, permainan yang akhir-akhir ini sering ditemui oleh Sylena, di mana pun dia berada.     "Ikut," teriak Sylena lalu menggambil posisi duduk di tengah-tengah Riski dan Riqki, saudara kembar yang menjadi temannya dari kelas Sepuluh, di samping Riski ada orang yang selama ini Sylena pantau dalam dia, siapa lagi kalau buka Sandy. Pensil, yang diguankan sebagai penunjuk pemainan itu pun berhenti di hadapan Sandy, tepat di laki-laki itu.     "Truth or Daer?" kini, Annisa memberikan piliha.     "Truth," jawab Sandy tenang.     "Ayok, siapa yang mau kasih pertanyaan ni?" tanya Dino.     "Gua." Rina menggangkat tangannya "Lo, sudah punya pacar? " Tanya Rina, sumpah ini pertanyaan yang sangat bodoh. Satu sekolah pun sudah tahu, bahwa Sandy adalah manusia pendiam, ia jarang sekali mengeluarkan kata-kata, hanya ke beberapa orang yang ia inginkan saja, kalo dilihat-lihat juga Sandy jarang mempunyai teman cewek, atau jangan-jangan Sandy …?     Sandy menggeleng sebagai jawaban, dan langsung mendapatkan tepuk tangan yang heboh dari Sylena. " Boleh dong, entar kita jadian," Ujar Sylena selanjutnya, yang sukses mendapatkan cibiran dari teman-temannya, juga dari Sandy, tentunya.     "Sudah-sudah, gua putar lagi ya," kata Annisa menengahi. Lagi, saat pensil itu berhenti, ujungnya kembali menunjuk kearah Sandy lagi.     "Dia lagi sih." Protes Riqki.     "Pilih apa nih, Truth or Dare?" tanya Sylena mulai gregetan dengan keadaannya, ia ingin terpilih dalam permainan ini, tapi pensil itu lagi-lagi menunjuk ke arah Sandy.     "Yaudah, Dare," kata Sandy.     "Gua ya yang ngasih," serbu Annisa saat Sylena hendak membuka mulutnya.     "Ah, gua dong," rengek Sylena, ia benar-benar ingin memberikan tantangan kepada laki-laki itu.      "Gua aja Syel," pinta Annisa tidah mau kalah, Sylena pun menggaguk dan memajukan bibirnya, pertanda ia protes dengan apa yang dilakukan Annisa padanya.     "Emm, Darenya antar jemput Sylena selama satu bulan," kata Annisa yang sukses membuat Sylena mau pun Sandy berteriak terkejut, sedangkan Riski dan Riqki hanya senyum-senyum sendiri, memperhatikan raut wajah Sandy yang berubah menjadi murka. Sandy memang tidak begitu menyukai Sylena, karena Sylena kelihatanya cewek ribet, dan Sandy tidak suka akan itu, sedangkan Sylena berteriak kegirangan, ia benar-benar mencintai Annisa, Annisa sungguh tahu apa yang ia mau. Sylena mencintai Annisa pokoknya.     "Hah?!" komentar Sandy dan Sylena berbarengan.     "Gua gak mau," Sambung Sandy, dengan nada yang sarat akan ketidakmauan.      "Kok gamau sih?" tanya Sylena kemudian menatap Sandy dengan heran, sebenarnya Sylena memang yakin, Sandy tidak akan perah mau berurusan dengan dirinya.     "Ya ngak papa, gua cuman gamau,” jawab Sandy tanpa memandang Sylena, laki-laki itu memandang Annisa, ia sungguh tidak percaya Annisa bisa membuatnya terjebak dalam keadaan seperti ini.     "Yah, masa enngak mau, di luar sana banyak loh Sand cowok yang pengen antar jemput gua," ucap Sylena lalu ia memilih beranjak pergi, ia juga sebenarnya tidak menolak, tapi ada perasaan kesal yang membuat Sylena ingin pergi dan berhenti bermain bersama Sandy, ia kesel dengan laki-laki itu, bisa-bisanya ada laki-laki menolak saat ia disuruh mengantar Sylena pulang sekolah, padahal di luar sana banyak anak-anak cowok yang ngantri ingin mengantar jemput Sylena!     "Tuh, ngambekkan ceweknya," goda Riski setelah menepuk pundak Sandy.     Sandy menggaruk tengkuknya, laki-laki itu memang manusia yang tidak suka diatur, tapi entah kenapa ia malah mau mengiyakan permintaan Annisa ini, terlebih melihat Sylena yang pergi bergitu saja, terbesit rasa bersalah yang Sandy sendiri tidak tahu datang dari mana, padahal Sandy sendiri tidak sudi melakukan ini.     "Yaudah, gua mau kok Syel," ucap Sandy cepat, entah datang dari mana perasaan itu, perasaan saat ia mau mengantar Sylena pulang, atau hanya ingin terlihat bahwa ia akan melaksanakan dare itu.     "Beneran? Ngak bakal nyesel?" tanya Sylena yang berdiri di ambang pintu ingin keluar kelas. Sandy diam, laki-laki itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan Sylena tadi, sedangkan Sylena yang tidak mendapatkan jawaban hanya bisa berdecak sebal, ia sungguh harus menambah rasa kesabarannya untuk bisa bersama dengan Sandy.     "Alamatnya entar gua chat ya." Sylena pun meninggalkan kelas dengan senyuman lebar, sebenarnya ia tidak ngambek atau marah, karena memang ia ingin ke toilet. ***     "Mending nanti turunin gua di pertigaan deh San," pinta Sylena dengan sedikit berteriak karena bisingnya jalan raya pagi ini.     "Kenapa?" tanya Sandy tak mengerti, kenapa perempuan lebih memilih minta diturunkan di tengah jalan.     "Ngak papa San, nanti turuni aja di pertigaan ya,” pinta Sylena lagi. "Gua takut lu di gosipin jadi penghancur hubungan gua sama Kak Andre, San, kan beberapa hari yang lalu gua baru putus." Sylena menjelaskan apa yang ia pikirkan dari semalam dengan suarat yang lebih pelan, berharap Sandy tak mendengar kerisauannya.     Setelah beberapa saat Sylena bicara seperti itu, sama sekali tidak ada sahutan dari yang diajak ngobrol. Sylena sebenarnya tidak masalah dengan gosip yang akan beredar nanti bahwa Sylena cewek murahan yang habis putus sudah dekat dengan cowok baru, itu sama sekali tidak masalah bagi Sylena, karena Sylena sudah sering digosipkan begitu.     Tapi yang dipikirkan oleh perempuan ini adalah nama baiknya Sandy, Sandy Adiatma kepala regu kebangaan paskibraka angkatanya yang dikenal banyak penggemar ini. Bukan hanya karena posisi Sandy, banyak perempuan yang menyukainya karena wajah dinginnya, banyak juga yang mengatakan karena kemisteriusannya.     Sylena tidak mau nama Sandy yang disebut-sebut sebagai hancurnya hubungan Sylena dengan Andre kemarin, ia tidak ingin orang lain dapat masalah karena kebiasaannya yang sering berpacaran dengan banyak laki-laki, Sylena juga takut banyak yang akan mengatai Sandy, karena seolah sedang dekat dengan Sylena.     "Makanya kalo jadi perempuan itu yang susah didapetin dong, ini malah hobinya gonta-ganti cowok,” ketus Sandy setelah diam beberapa saat, yang seketika membuat bola mata Sylena yang sudah lebar makin menjadi lebar.     "Lo tadi habis makan sambel berapa kilo sih San, kok omongan lo pedas banget?" omel Sylena yang benar-benar greget dengan perkataan Sandy barusan.     Sedangkan Sandy menggangkat bahunya acuh, ia masih menjalankan motornya hingga ke pertigaan yang diinginkan Sylena tadi.     Sandy memandang Sylena yang masih merapihkan rambut panjangnya di spion saat turun dari motornya, Sandy melakukan apa yang diinginkan perempuan itu, menurunkannya di pertigaan dekat sekolahnya, "nanti gua tunggu di parkiran," kata Sandy yang kemudian berlalu meninggalkan Sylena yang tiba-tiba mematung di tempat karena mendnegar apa yang dikatakan Sandy barusan.     Sylena mengehembuskan napanya, lalu mengelurkan ponselnya, ia melihat beberapa pesan yang di d******i oleh laki-laki yang entah mengapa selalu mengirimkan pesan ke Sylena, laki-laki kurang belaian mungkin. Tapi tidak, ada satu pesan yang ia tunggu dari tadi malam, pesannya Alfi, adik kelasnya yang kemaren baru saja minta id linenya.     Bibir Sylena berbentuk senyuman saat membaca, isi pesan dari Alfi. Alfi ingin mengajak Sylena pulang bersama hari ini, dan ini kesempatan Sylena untuk membuat nama Alfi menjadi orang ke tiga di hubungannya dengan Andre bukan Sandy.     ***     Mata Sylena menyipit saat Annisa menghentakan buku tebal di mejanya, sedari tadi Sylena memang lagi berpikir keras untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh Ibu Mega, Ibu guru yang mengajar mata pelajaran matematika yang kelewatan baiknya, sampai-sampai Sylena menyontek terang-terangan pun tidak dimarahi oleh beliau, entah ini anugrah atau malah membuat dosa bertambah.     Annisa terkekeh geli saat melihat ekpresi Sylena seperti itu, "Tumben ngerjain biasanya juga lo nyontek punya gua," sela Annisa di tengah-tengah ketawanya saat melihat muka Sylena sedari tadi hampir tidak ada raut bahagianya.     Annisa memang teman sebangkunya Sylena sedari kelas Sepuluh, Annisa selalu masuk peringkat tiga besar di kelas Sylena, Annisa juga teman yang baik untuk berbagi jawaban, oleh karena itulah Sylena senang berteman dengan Annisa, walau kadang Annisa hidupnya terlalu drama, Annisa sering memendam masalah walau pun itu masalah kecil, itu yang sangat tidak disukai oleh Sylena dari Annisa, tapi Annisa selalu menjadi teman yang baik untuk Sylena.     Memang benar, kebiasaan orang berbeda-beda, karena itulah Sylena maupun Annisa selalu mengerti satu sama lain.     "Gua pengen berubah, karena gua nggak mau anak-anak gua bodoh matematika kayak gua entar," jawab Sylena yang masih mencoret-coret angka di kertas putihnya, "karena cantik aja, nggak bisa bikin anak pinter," ucap Sylena selanjutnya yang malah membuat Annisa semakin tertawa terbahak-bahak, padahal menurut Sylena, yang dikatakannya tadi sama sekali tidak ada mengandung unsur lelucon yang bisa membuat orang tertawa saat mendengarnya.     "Paling besok nyontek gua lagi," ledek Annisa lalu meninggalkan Sylena yang masih serius dengan kerta-kertas yang bertaburan angka itu.     Bel pelajaran berbunyi, yang bertanda pelajaran hari ini sudah selesai, Sylena dengan sigap memasukan buku-buku dan alat tulis kedalam tasnya, lalu ia berlalu pergi begitu saja.     "Lo mau kemana, gua tunggu di parkiran," kata laki-laki itu yang sudah memasang ranselnya.     "Lo duluan aja, gua pulang sama temen," ucap Sylena lalu berlalih meninggalkan kelas. Sedangkan laki-laki itu langsung melangkahkan kakinya ke parkiran, di mana motornya terparkir dengan rapi.     Sylena keluar toilet dengan terburu-buru, dia melangkah cepat ke luar dari pintu Toilet hingga tidak mengubris laki-laki yang sudah menunggunya sejak tadi.     "Sudah selelsai Syle ?" tanya laki-laki itu. Sylena yang merasa kaget pun langsung memegang dadanya ia menoleh kebelakang, melihat Alfi yang sedang berdiri di sana.     Sylena menggaguk, "Ayo pulang yuk,” ajaknya. Alfi juga menggaguk, mereka berjalan beriringi menuju parkiran. Banyak pasang mata yang melihat Sylena pulang dengan Alfi, termasuk mata Sandy yang sudah menunggu Sylena untuk pulang bersama, yang menangkap Sylena sedang memegang bahu Alfi yang pelan-pelan dibawa motor Alfi, mulai menajuh dari gerbang sekolah. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD