3. Hampir Hilang Jejak

1242 Words
Teett... teett...!!      Bel tanda pelajaran pada hari ini telah berakhir sudah berbunyi. Hal itu tentu saja membuat para murid yang sudah sejak tadi menunggu waktu pulang jadi bersorak ria. Risa, Salsa, Revan serta anggota kelas lainnya langsung memasukkan buku pelajaran ke dalam tas masing-masing.      "Jangan lupa guys, besok pr kimia dikumpulin. Jangan sampe ada yang ngerjain di sekolah. Lo pada udah tau kan peraturan yang dibuat sama Bu Ratna minggu kemaren? Kalo ada yang ngerjain di sekolah kita semua bakal kena hukum satu kelas bersihin semua wc yang ada di sekolah ini," kata Adit si ketua kelas panjang kali lebar mengingatkan kepada anggota kelasnya.      "Bener tuh, kata Adit. Ya kali gue mau bersihin wc yang baunya ngalahin bau kandang kebo itu," tambah salah satu siswa di kelas tersebut sambil bergidik ngeri.      "Siaapp bossku," sahut mereka semua serempak.      Risa berjalan menuju parkiran sekolah dengan langkah gontai. Wajahnya terlihat pucat pasi karena hari ini dia sama sekali tidak memakan atau meminum apa pun disekolah. Dengan gerakan perlahan, Risa mengeluarkan motornya dari parkiran sekolah.      "Risaa Sarasvati— Eh, salah. Thalia Karisa maksud gue!" Revan datang membawa kehebohan dengan wajah tengil andalannya.      Risa menoleh ke arah cowok itu, "Apa?"      "Lo nggak kenapa-kenapa kan, Ris? Muka lo pucat gitu."       Risa menggeleng pelan, "Nggak papa kok gue, lo ga mau pulang?"       "ini gue mau pulang, tapi pas gue liat lo kelihatan lesu banget gitu gue jadi khawatir. Lo yakin nggak kenapa-kenapa?" ulang Revan, mengajukan pertanyaan yang sama. Melihat wajah Risa yang sepucat itu tentu saja membuatnya khawatir. Sebagai sahabat sejak kecil, ia wajar merasakan hal demikian, 'kan?       "Iya gue gapapa, cuma telat makan doang kok. Ya udah, gue mau pulang dulu, Van, Bye." sahut Risa.      "Ya udah, lo hati-hati, ya. Kalo ada apa-apa langsung telpon gue."       Risa mengangguk sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum, "Sip deh."      Setelah itu, Risa memasang helm-nya dan kemudian menghidupkan mesin motor. Beberapa saat kemudian, Risa sudah menjalankan motornya dengan kecepatan 40km/jam. Entah kenapa, di perjalanan yang masih terngiang-ngiang di kepalanya hanya nama Nathan. Iya, cowok yang membantunya pagi tadi.      Tak lama kemudian Risa sampai di halaman depan rumahnya lalu memasukkan motornya ke dalam garasi.      "Kakak.. Kakak... jalan yuk ke mall, Deby pengen main di timezone." Tepat setelah membuka pintu rumah, tiba-tiba saja adiknya merengek minta diajak jalan-jalan ke mall.      "Ntar aja, Dek. Kakak lagi capek banget," sahut Risa dengan nada lesu.      "Iiih.. Kakak... cepetan ganti baju sana, kita jalan-jalan, Kak." Si Manja Deby mulai memaksa Risa.      "Berangkat sama Mama, sana, kakak capek, Dek, baru juga nyampe rumah," keluh Risa.      Deby, adiknya itu tiba-tiba nangis. Jujur saja, Risa paling nggak tahan kalo liat adiknya nangis. Karena adiknya itu pasti akan mengadu macam-macam ke Mama mereka. Dan pada akhirnya, Risa yang kena marah karena tidak menuruti keinginan Sang Adik.      "Eh, udah gak usah nangis. Iya deh, kita jalan-jalan tapi kakak mau makan dulu bentar," putus Risa pada akhirnya, demi menenangkan tangisan adiknya.      "Beneran, Kak? Horeee...!!!" teriak Deby kegirangan.      Risa menghela nafas pelan. Setelah itu, ia berjalan menuju kamarnya dan langsung membuka lemari pakaian untuk mengganti seragam sekolah yang ia pakai dengan dress berwarna coklat dilengkapi dengan jeans yang sedikit longgar di kakinya. Setelah berganti pakaian, cewek berpipi chubby itu langsung kenluar kamar menuju dapur.      "Makan dulu, Ris," sapa Linda, Sang Mama.      "Iya, Ma, ini juga mau makan, kok."       "Ntar bawa dede jalan-jalan jangan lama, ya. Mama gak bisa nemenin karena banyak pekerjaan yang harus mama handle."      "Iya deh, Ma." Sebagai anak yang penurut, Risa hanya punya satu pilihan untuk menjawab, yakni meng-iyakan permintaan Mamanya.      Linda— Satu-satunya orangtua yang Risa punya sekarang itu mempunyai bisnis toko kue yang lumayan sukses. Semenjak ia berpisah dengan suaminya, si selebriti chef terkenal tetapi mudah meninggalkan keluarga hanya demi seorang wanita paruh baya punya satu anak yang dicap tidak lain adalah sebagai pelakor. Linda bekerja keras menjadi tulang punggung keluarga. Jangan tanya kenapa mamanya Risa ini pengusaha tapi cuma diam di rumah, itu karena bisnis yang didirikannya sudah dipercayakan oleh asistennya. Kesibukan Linda hanya memantau sejauh mana bisnisnya berkembang lewas asistennya itu.      "Ya udah, Risa sama Deby pamit dulu, Ma." Risa dan adiknya mencium punggung tangan wanita yang disebut mereka sebagai 'mama' itu.      Mereka diantar ke sebuah mall dikota itu oleh Bang Dodi, sopir pribadi mamanya. Deby nampak sangat bahagia, karena kali ini dia berhasil membujuk kakak semata wayangnya yang sedang kecapean baru pulang sekolah untuk menemaninya jalan-jalan.      Sementara Risa, ia hanya diam mematung dengan headset yang terpasang di kedua telinganya. Tak lama setelah itu, Risa mulai tak sadarkan diri kemudian tertidur pulas selama perjalanan.      "Udah sampai, Neng," ucap Bang Dodi.      Risa masih belum terbangun dari lelapnya, nampaknya cewek yang satu ini benar-benar dalam keadaan lelah. Namun ia terbangun setelah Deby mencubit pipi chubby miliknya itu      "Kakak banguuuuunn!!!" teriak Deby.      Risa mengerjap, melenguh pelan. Dengan mata masih terpejam, ia berucap  "Udah nyampe?"      Bukannya menjawab, Deby malah segera keluar dari mobil itu dengan antusiasnya berlarian kesana kemari membuat Risa segera ikut keluar. Deby berlari begitu kencang, membuat Risa sedikit kewalahan. Apalagi, suasana di mall sangat ramai pengunjung.      "Deby, tungguin!" teriak Risa tapi tidak didengarkan oleh adiknya.      Drrtt!      Ponselnya bergetar, sebuah pesan w******p dengan notifikasi khusus yang Risa sangat hapal siapa pengirimnya, siapa lagi kalo bukan bocah sableng sahabatnya, Revan. Revan : Lo dimana? Gue di rumah lo nih, nyokap lo gak ada      Dengan sigap Risa membalas pesan dari sahabatnya itu Risa : Di mall, nemenin Deby jalan-jalan. Kalo mau ikut, susul gue. Revan : Ogah ah. Mending gue main ps di kamar lo, pinjem bentar yakk Risa : Dasar parasit, yaudah sono. Jangan macem-macem lo ya di kamar gue, ada cctv noh.      Sementara itu, Revan, setelah membaca pesan dari Risa, ia langsung menengadah ke arah langit-langit kamar sahabatnya itu. Dan ternyata benar, ada cctv yang meneropong di sudut kamar itu. Revan : Dasar ogeb, kamar sendiri lo pasangin cctv. Nggak takut tuh kalo lo ngapa-ngapain di kamar ketahuan sama nyokap lo?  Risa : Suka suka gue, lo pikir gue cewek apaan sampe ngapa-ngapain dalem kamar      Drrtt!      Risa segera menutup ponselnya, tanpa memerdulikan balasan dari Revan. Dan baru saja Risa tersadar bahwa sedari tadi ia tidak melihat ke mana arah Deby berlari. Dan itu sobtak saja membuatnya panik. Bagaimana bisa seorang Risa bisa seceroboh ini. Kehilangan jejak adik sendiri karena membalas chat yang sama sekali gak penting dari si bocah sableng itu.      Suasana mall saat itu sangat ramai pengunjung, sangat sukar bagi Risa untuk mencari adiknya di keramaian. Ia mencoba mendatangi sebuah arena tempat bermain anak-anak tapi nihil, Risa tidak menemukan adiknya sama sekali di tempat itu.      "Bodoh banget sih gue, coba aja tadi gue gak ngebalas chat dari tu anak pasti Deby gabakal hilang saat ini." gumam Risa.      Risa sangat cemas, membuatnya tertunduk di atas kursi yang memang disediakan untuk pengunjung beristirahat sambil merutuki dirinya sendiri kenapa bisa seceroboh itu.       Ia menerawang orang-orang di sekitarnya, toleh kanan toleh kiri udah kayak orang b**o. Itu gumamnya sendiri. Tanpa sengaja, matanya terfokus pada salah satu cowok mengenakan T-shirt dengan celana jeans hitam dilengkapi dengan topi yang terpakai diatas kepalanya. Risa mengamati cowok itu dari belakang, sebenarnya bukan cowok itu sih, tapi anak kecil yang sedang digandengnya.       "Astaga. itu Deby.. gue nggak salah liat, tapi sama siapa dia? Jangan-jangan Deby mau diculik sama tu cowok?" Risa jadi parno sendiri dan segera mengejar kemana perginya mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD