Prolog (2)

1608 Words
            Setibanya di atas, Syahquita membuka pintu kamarnya perlahan. Ia menemukan Oliver tengah terbaring begitu nyenyak di atas kasur. Ia berjalan perlahan menghampiri Oliver, memandangi wajah damai nan lugu anaknya. Syahquita membelai lembut rambut anaknya hingga membuat anaknya menggeliat. Ia begitu terkejut dan segera mengangkat tangannya dari atas kepala Oliver karena takut membangunkan anaknya. Syahquita harus tetap berada di kamar sampai Oliver terbangun.             Untuk menghilangkan kejenuhannya selama menunggu Oliver, ia meraih laptop-nya dari atas meja nakas untuk menonton film dan headset agar tidak menimbulkan kebisingan saat menonton nanti. Syahquita menyalakan laptop-nya, ia menunggu beberapa saat hingga laptop-nya itu bisa dioperasikan. Syahquita meng-klik ikon folder untuk mencari film yang akan ditontonnya dari koleksi film yang ia miliki. Mata Syahquita tertuju pada satu folder dengan nama “My Day” yang berisi video di hari bahagianya bersama Albert. Ia mengurungkan niatnya untuk menonton film dengan menonton video-video pernikahannya yang sudah sekian kalinya ia tonton.             Syahquita meng-klik video yang berdurasi dua jam lima puluh menit tiga puluh detik itu. Video yang berisikan seluruh kegiatannya dari malam sebelum pernikahan hingga pesta pernikahan selesai. Syahquita memakaikan headset ke kedua telinganya dan menonton video dokumenter sebelum dan saat pernikahannya.             Wanita itu melihat dirinya sendiri yang begitu bahagia di malam pernikahannya. Dengan melihat ulang moment bahagia bersama Jessie, Martha, Arla dan Catya di malam itu membuat Syahquita mengingat kembali malam bahagia itu. Saat malam itu ia sangat gugup, bingung dan takut tapi keempat gadis itu berusaha menenangkannya dan mengajak Syahquita menikmati malam itu dengan bermain berbagai games konyol dan membicarakan hal yang sedikit sensitive tentang malam pertama. Syahquita tersenyum-senyum sendiri saat mengingat hal itu.             Syahquita menikmati momentnya saat ini yang mengenang hari bahagianya yang tidak terduga sama sekali hingga rasa kantuk datang membuat matanya sedikit berat. Ia memejamkan matanya selama sepuluh detik namun kembali tersadar saat mendengar suara ledakan. Syahquita memperhatikan seisi kamarnya yang terlihat baik-baik saja, matanya kembali tertuju pada video yang mkasih terputar di laptop-nya. Ia begitu terkejut saat melihat terjadi kebakaran besar di hari bahagianya yang sama sekali tidak terjadi apapun saat acara tersebut berlangsung.             Syahquita mencoba untuk menghentikan video itu karena ia mengira itu halusinasinya, ia kembali memutar video itu untuk memastikan penglihatannya tadi. Ia memutar video tepat di menit yang ia tonton sebelumnya, matanya terbelalak saat melihat hal yang sama dari video yang dilihatnya tadi. Syahquita mempercepat video itu, kebakaran itu semakin jelas dan semakin besar namun tepat yang berada di dalam video itu bukanlah tempat pernikahannya berlangsung melainkan sebuah bangunan besar mirip seperti kastil.             Ia mem-pause video itu lalu memperhatikan sangat detail bentuk bangunan itu. “Bentuk bangunan ini mirip seperti kastil perbatasan bangsa Vampire.”             Syahquita kembali melanjutkan video itu hingga menampilkan dirinya dan Albert di depan kastil yang dikelilingi api besar. Beberapa orang berusaha menyelematkan dirinya dari kebakaran itu namun membiarkan Albert berada di dalam kebakaran besar itu. Raut wajah Albert terlihat sangat datar dan seakan tidak peduli pada api yang siap menghanguskan dirinya. Syahquita di dalam video itu menangis tersedu-sedu meminta orang yang menyelamatkannya untuk membantu Albert tetapi tidak ada yang mau menolong suaminya itu.             “Albert harus menyelamatkan dirinya sendiri.” terdengar suara pria yang tidak Syahquita kenali dari video itu.             Dapat terlihat dengan jelas di dalem video itu tubuh Albert terbakar oleh api itu karena tidak ada usaha dari suaminya itu untuk keluar dan tidak ada pula orang yang mau membantunya. Syahquita tidak mengerti maksud dari video yang dilihatnya, ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyadarkan dirinya akan tetapi yang dilihatnya dalam video itu tetaplah sama.             d**a Syahquita terasa sesak saat kepulan asap masuk ke dalam kamarnya dari jendela-jendela kamar. Ia menutup laptop-nya dan beranjak ke arah jendela untuk melihat dari mana asap itu berasal. Syahquita terkejut bukan main saat melihat keluar jendela, api besar telah melahap bangunan depan kastil, ia tidak dapat berpikir tentang apapun. Dirinya baru saja melihat sebuah video dimana kastil perbatasan terbakar dan saat ini yang dilihatnya menjadi kenyataan. Kepulan asap semakin banyak memasuki kamarnya, Syahquita menggendong Oliver yang sedang tertidur pulas hingga anaknya itu terbangun, saat hendak berdiri sempurna ia merasakan ada seseorang yang memegang bahunya. Ia menoleh ke orang tersebut, dan siapa yang dilihatnya? Orang itu adalah Robert yang seluruh badannya dan wajahnya terdapat noda hitam dari asap tebal, baju yang kotor dan rusak.             “This is your fault.” kata Robert terdengar dingin.             Dari bahu kirinya Syahquita merasakan seseorang menepuk bahunya lagi, ia kembali menoleh ke arah tersebut. Kali ini Joven yang dilihatnya dengan kondisi yang hampir sama dengan Robert.             “Terima kasih atas keputusanmu yang tidak benar.” ucap Joven yang membuat Syahquita takut dan cemas.             “Keputusan apa yang kau maksud?” tanya Syahquita tidak mengerti.             Joven tidak menjawabnya sama sekali, ia bungkam dengan tatapan kosong ke arah Syahquita. Apa yang dilakukan oleh Joven semakin membuat Syahquita ketakutan luar biasa. Dan sekarang ia mendapat tepukan dari arah belakangnya, dengan cepat ia menoleh ke arah belakangnya. Hatinya terasa perih, dadanya semakin sesak saat melihat Albert berdiri di belakangnya dengan pelupuk mata yang dipenuhi air mata, wajah yang hitam karena asap, rambut yang sangat berantakan, serta baju yang kotor dan rusak.             “Aku telah salah mempercayaimu, Syah.” ujar Albert meneteskan air mata.             Air mata pun terjatuh dari mata Syahquita karena hatinya begitu sakit mendengar perkataan itu dari mulut Albert, “Apa yang kau katakan, Al? Aku tidak mengerti.”             Lagi-lagi Syahquita mendapat kebungkaman, Albert tidak menjawab pertanyaannya. Suamianya itu justru mengikuti Joven yang berusaha menarik tangannya menjauh dari Syahquita. Ketiga pria itu berjalan keluar dari dalam kamarnya, Syahquita mengikuti langkah ketiganya dari belakang.             “Al, please, Honey. Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti. Please, Al. Stay with me!” teriak Syahquita karena Albert tidak mau mendengarkannya dan terus berjalan menjauh darinya.             “Aku minta maaf jika aku melakukan kesalahan. Al, please. Jelaskan padaku apa yang terjadi?” Syahquita berusaha menggapai suamiya namun rasanya ia hanya berjalan di tempat saja karena langkah ketiga pria itu tidak bisa disamai.             “Don’t leave me, Al. Please, stay with me! Me and Ollie needs you, Honey.” mohon Syahquita sambil terus mengikuti Albert dan kedua pria itu.             Suara tangis Syahquita yang begitu lirih seakan tidak di dengarkan oleh Albert, pria itu bahkan tidak menoleh saat istrinya memohon. Tangis Syahquita semakin menjadi, hatinya semakin sakit diabaikan oleh suaminya sendiri. Bahkan dirinya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai-sampai Albert mengabaikannya.             Syahquita menghentikan langkahnya karena ia tidak sanggup menyamai langkahnya dengan ketiga pria itu. Dengan terus menggendong Oliver, Syahquita berdiam diri menangisi kepergian suaminya yang terus menjauh dari pandangannya.             “I’m sorry, Al. I’m sorry.” lirih Syahquita.             BEEEKKKK… Syahquita kembali merasakan seseorang menepuk bahunya dari belakang. Secara perlahan ia memutar tubuhnya ke belakang.             “I got you, Syah!” teriak orang tersebut di depan wajah Syahquita.             Aaaarrrrrggggghhhhhhhh, Syahquita berteriak dan memejamkan karena ia terkejut sekaligus takut saat orang yang tidak dapat ia kenali wajahnya berteriak sedekat itu di depan wajahnya. Tubuh Syahquita gemetar ehmm lebih tepatnya seakan diguncangkan oleh seseorang.             Syahquita membuka matanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Arla berada di depannya. Ia memperhatikan sekeliling tempatnya berada saat ini, ia membenarkan posisi duduknya dan mengatur nafasnya.             “Are you okey?” tanya Arla panik.             Syahquita terdiam sejenak, ia menerka-nerka apa yang baru saja dialaminya. “Apa yang terjadi?”             “Kau berteriak dalam keadaan tertidur. Apa kau baru saja mengalami mimpi buruk?” tanya Arla.             Syahquita kembali terdiam, ia memastikan tempatnya berada saat ini. Tidak ada asap, tidak ada api, dan ia masih memangku laptop-nya yang sedang menampilkan pesta pernikahanya. Syahquita harus memastikan bahwa semua itu tidak terjadi, ia memutar ke belakang video itu dan benar saja video kebakaran di hari pernikahannya tidak ada. Semua yang diputar oleh video itu benar-benar yang terjadi di hari pernikahannya.             “Thanks, God!” gumam Syahquita menghela nafas lega.             “Apa kau baru saja mengalami mimpi buruk?” tanya Arla memastikan.             Syahquita menutup laptop-nya, meletakan di tempat asal. “Iya, apapun itu. Aku tidak mengingat mimpiku.” jawabnya bohong.             “Kau benar-benar membuatku takut.” keluh Arla.             “Kau tenanglah, aku baik-baik saja.” sahut Syahquita.             Arla mengangguk paham, ia lega karena tidak terjadi sesuatu pada Syahquita. “Baiklah, aku akan turun. Jika kau butuh sesuatu aku ada di bawah.”             “Oke, Arla. Terima kasih.”             Arla keluar dari kamar Syahquita menyisahkan si empunya kamar dan anaknya saja. Tak lama setelah Arla keluar, Oliver terbangun dan menangis.             “Hey, Mommy is here.” ucap Syahquita mengangkat anaknya dari atas kasur.             Syahquita membawa tubuh Oliver mengitar kasur dan berjalan mendekat ke jendela, ia kembali memastikan keadaan sekitarnya. Ia benar-benar lega karena hal itu hanya mimpi saja.             DREETTTT… DREETTTT… DREETTTT… Ponsel Syahquita bergetar, ia meraih benda yang tergeletak di atas meja nakas dan memeriksa notifikasi yang masuk ke ponselnya. Satu pesan masuk ke dalam ponsel Syahquita. Ia membuka pesan itu.             “I got you, Syah!” Syahquita membaca pesan yang terkirim dari nomor yang tidak diketahui. Ia menelan saliva-nya kasar dan langsung menghapus pesan itu. Pesan masuk dan kalimat terakhir yang diucapkan seseorang dalam mimpinya sangat mirip. Syahquita memasukan ponselnya ke saku celana dan berjalan keluar kamarnya.             Mungkinkah mimpi yang Syahquita alami berhubungan dengan keputusan yang dibuatnya? Apakah keputusannya kali ini sudah tepat? Memberikan kesempatan bagi orang yang telah memberi banyak penderitaan ke dalam hidupnya dan keluarganya? Tidak semua penjahat benar-benar menyadari kesalahan yang telah dilakukannya. Bahkan ada beberapa penjahat yang begitu puas dan senang saat melakukan sebuah kejahatan dan mereka tidak menyesal telah melakukan kejahatan tersebut. Akankah kali ini tentangan para pangeran lebih tepat daripada keyakinan Syahquita? No one knows. Hanya waktu yang dapat menjelaskan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD