Playgirl & Introvert

1791 Words
"Berpikirlah jika semua orang ada untukmu. Hal itu akan memupuk semangatmu dalam menjalani hidup." ***** Headline News. Seorang playgirl kepergok kencan bersama cowok introvert. Katrina merobek tempelan koran yang diproduksi sekolahnya itu. Berita tentang dirinya yang menghadiri pesta bersama Aldi menyebar luas dengan cepat. Bahkan menjadi trending topic di sekolahnya. Mading penuh dengan foto-foto saat Aldi menggandengnya ke atas panggung, sampai foto saat ia masuk ke mobil bersama Aldi. Di sebelah berita itu, ada lagi berita yang membuat Katrina marah. Dirinya digosipkan memiliki hubungan 'lebih dalam' dari sebatas pacar dengan Aldi setelah keluar dari sebuah hotel bersama. Saat itu memang benar mereka ke hotel. Semata-mata untuk mengambil baju ganti untuk Katrina yang terlihat tidak nyaman dengan pakaiannya. Lagipula hanya Aldi yang masuk ke dalam sedangkan Katrina menunggu di dalam mobil. "Siapa yang nempel foto ini?" bentak Katrina kepada siswa yang berkerumun di sekeliling mading untuk melihat foto dirinya. Koran itu, Katrina tau anggota mading yang melakukannya. Tetapi foto itu, Katrina yakin ada pihak lain yang sengaja menempelnya. Mungkin dia punya dendam atau semacam ingin menjatuhkan reputasi Katrina. Memang apa yang mereka cari dari Katrina? Reputasinya tidak lebih dari seorang playgirl di sekolah ini. "Gue tanya sekali lagi! Siapa yang nempel foto ini?" "Gue yang nempel." Semua yang berkumpul menoleh ke sumber suara. Nayoga Neilandra. Neil, cowok yang menyandang sebagai mantan Katrina itu kini bersendakap. Katrina menggeram marah dan menatap Neil tajam. Ia yakin jika ini semua bentuk protes karena Neil diputuskan Katrina secara sepihak di lapangan sekolah setelah upacara usai. Dengan santai Neil berjalan mendekati Katrina dan berjalan memutari gadis itu. "Seberapa mahal Aldi nyewa lo?" Bugh. Satu bogem mendarat di pipi Neil. Bukan Katrina yang melakukannya. Tapi Aldi yang tiba-tiba muncul bagaikan pahlawan kesiangan. Semua yang ada di sana memanfaatkan momen ini untuk direkam dan difoto. Suasana semakin memanas saat Neil membalas pukulan Aldi. Mereka terlibat perkelahian yang sengit. Katrina mencoba memisah mereka namun gagal karena Aldi menyeret kerah bajunya ke belakang tubuh Aldi. "Berapa uang yang lo keluarin untuk dia?" Neil mengusap darah yang mengalir dari bibirnya. "Gue bisa lebih mahal." Bugh. Aldi kembali meninju Neil. Kali ini di perutnya membuat cowok itu tersungkur dan tidak bisa bangun lagi. "Jaga mulut lo," ucap Aldi dengan santainya. Berbanding terbalik dengan yang terjadi sekarang. Aldi menarik pergelangan tangan Katrina untuk menjauh dari sana. Namun Katrina malah menghempaskannya saat mereka sampai di tempat yang sepi. "Nggak usah jadi pahlawan kesiangan! Gue nggak butuh bantuan lo," ucap Karina sarkastis. Ia menghentakkan tangan Aldi secara kasar. "Sekarang, kita putus! Nggak ada acara saling kenal, anggap gue bukan siapa-siapa seperti sebelumnya. Dan ingat, jangan pernah campurin urusan gue." Aldi menatap punggung Katrina yang mulai menjauh dan hilang di tikungan koridor. Dengan wajah dinginnya, Aldi berbalik ke kelasnya. Seolah benar-benar tidak terjadi apa-apa. ***** "OMG! Lo... bigo Kar, bigo." Naya langsung histeris saat Katrina menceritakan kejadian di depan papan mading. Edel dan Cellyn menutup telinganya karena suara Naya yang berpotensi merusak telinga itu. "Anjir suara lo dikira-kira kali." Katrina mengusap telinganya. "Ini beneran sejarah guys," ratap Naya yang masih belum santai. "Neil itu yang mana sih?" tanya Cellyn polos. Ia mendapat pandangan tidak percaya dari ketiga sahabatnya. "Kudet banget sih Cell. Neil itu mantan Katrina ke..." Naya menoleh ke Katrina. "Keberapa Kutil?" Katrina memutar bola mata jengah. "Dua puluh lima." Gelak tawa langsung keluar dari mulut sahabatnya. Entahlah, Katrina sendiri tidak sadar mempunyai mantan sebanyak itu. Tapi jangan salah, semua mantan Katrina termasuk jajaran cowok yang terkenal di sekolahnya. Neil, dia ketua eskul basket. Terkenal dan juga diidamkan oleh semua cewek di sekolah ini. "Yang paling oke menurut gue cuma Alan," sahut Edel. Semua menganga tidak percaya. Alan, mantan Katrina yang paling aneh plus baik hati. "Gue tau, gue tau. Alan yang jalannya kayak robot itu kan." Cellyn mempraktekkan cara berjalan Alan. Membuat mereka ketawa kecuali Katrina yang memutar bola mata malas. "Pacar sekaligus suruhan lo kan? Sayang banget lo putusin padahal dia baik." "Pacarin aja sana," ucap Katrina jengah. Cellyn bergidik geli. "Ogah idih." "Terus lo putusin Aldi? Mantan lo tambah satu," ucap Edel dramatis. Naya menepuk-nepuk pundak Katrina. "R.I.P mantan." "Anjir!" Setelah mengumpat, Katrina meninggalkan sahabat-sahabatnya yang kurang ajar. Dia memilih ke toilet untuk membasuh muka. Sekaligus bercermin, kenapa ia bisa punya mantan sebanyak itu. ***** Di sinilah Katrina sekarang, bukan di toilet seperti yang ia inginkan, Katrina malah harus mendekam di bk bersama Aldi dan Neil. Mereka mendapatkan surat pemanggilan orangtua karena perkelahian tadi. Katrina sudah protes berkali-kali kalau ia tidak ikut berkelahi, namun Bu Ida tetap saja memberinya surat laknat itu. "Iya kamu nggak ikut berkelahi, tapi yang jadi masalahnya itu kamu. Gara-gara kamu mereka berkelahi kan? Jadi kamu harus mendapat surat juga," putus Bu Ida. "Kalian bisa kembali ke kelas. Jangan lupa suratnya diberikan orangtua, bukan dibuang di tempat sampah." Katrina mengeraskan tepukannya di meja sebelum beranjak. Bu Ida menggelengkan kepalanya. Katrina termasuk sering mendapat surat panggilan, tapi orangtuanya tidak pernah datang. Neil lebih dulu berlalu dari sana menyisakan Aldi dan Katrina. "Nih ambil semuanya. Panggil Papa dan Mama lo buat ke sekolah." Katrina menumpuk suratnya di atas surat Aldi. Aldi menarik tangan Katrina sehingga jarak mereka semakin menipis. Katrina bisa merasakan jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya. "Jangan pernah sok tau tentang keluarga gue," ucap Aldi dingin. Ia menghempaskan tangan Katrina dan pergi ke kelasnya. Katrina baru bisa bernapas lega. Tadi seakan ada yang menyumbat di paru-parunya sehingga menjawab Aldi tidak bisa. Dia merogoh ponsel yang ada di sakunya dan menelepon seseorang. "Beres." Katrina menepuk-nepuk tangannya. Ia tidak perlu memberikan surat itu kepada keluarganya yang tidak akan mau datang. Lebih baik menyewa orang lain dan membayarnya. Sekaligus menghamburkan uang keluarganya agar mereka semakin membenci Katrina dan menganggungkan Berlian sebagai anak emas. ***** Aldi bimbang antara harus memberikan surat itu kepada mamanya atau tidak. Dia selama ini tidak pernah mendapat panggilan bk karena memang Aldi tidak pernah mencari masalah di sekolahan. Ini semua gara-gara tingkah konyolnya menolong Katrina. Entah kenapa saat lewat papan mading waktu itu, melihat Katrina dikerumuni banyak orang membuat Aldi nekat melakukannya. Sekarang ia menyesal telah melakukan itu. "Kenapa Aldi, ada yang mau kamu bicarakan?" Mamanya membuka pembicaraan yang membuat Aldi semakin merasa bersalah. Selama ini sudah banyak penderitaan yang diterima mamanya, dan sekarang ditambah surat panggilan bk membuat Aldi enggan memberitahu yang sebenarnya. "Nggak ada Ma." "Beneran nggak ada yang mau kamu omongin?" tanya mamanya lagi seakan tidak percaya. Aldi mengangguk dan memegang tangan mamanya. "Aldi minta maaf kalau selama ini belum bisa jadi anak yang baik bagi Mama. Maafin Aldi karena belum bisa membuat mama bahagia. Tapi Aldi janji, Aldi tidak akan menjadi seperti Papa yang menyakiti hati Mama." Sarah, Mama Aldi merasa terharu dengan ucapan anaknya. Ia mengusap pelan rambut Aldi. "Dengan kamu menurut apa kata Mama itu udah buat Mama bahagia sayang. Seorang ibu hanya ingin dihormati dan disayang anaknya. Dengan kebahagiaan anaknya, Mama juga akan bahagia." Brak. Pintu dibanting dengan sangat keras membuat Aldi dan mamanya menoleh. Papanya sudah pulang kerja dan sepertinya suasana hatinya tidak baik mengingat perbuatannya saat ini. "Kenapa kamu masih di sini dan tidak belajar?" tanya papanya dengan suara yang meninggi. Aldi menghela napasnya dan ingin menyahut namun ia urungkan saat mamanya mengisyaratkan untuk masuk ke kamar. "Kenapa Mama masih mencintai Papa yang tidak pantas menerima cinta Mama." Aldi memandang sendu mamanya. Ia tidak bisa melawan karena itu sama saja menyakiti hati mamanya yang terlalu mencintai papanya. Aldi menutup pintu dengan kasar dan menghempaskan tubuhnya di kasur. Begitu banyak hal yang terjadi hari ini. Semua itu di luar logika Aldi. Seharusnya ia tidak mempunyai keharusan menolong Katrina dan tidak perlu mendapatkan surat itu. Dia menyesal. Katrina dan dirinya berbeda. Jika mungkin saja gadis itu tidak peduli dengan surat panggilan bk, Aldi sangat bekerbalikan. Ia punya tanggungan besar. Mungkin menerima hukuman lebih baik daripada meminta mamannya ke sekolah untuk melihat kenakalannya. ***** "Cepat ke lapangan indoor tenis. Bersihkan dan jangan mengikuti pelajaran sebelum kalian selesai melakukannya." Katrina ingin mengumpat saat ini juga jika saja Bu Ida bukan gurunya. Hukuman itu harus ia terima karena orang suruhan Katrina tidak bisa datang ke sekolahan. Sama halnya dengan Aldi dan Neil yang mendapatkan hukuman juga. Mereka tidak membawa orangtua ke sekolah. Dan sebagai gantinya, mereka bertiga harus membersihkan lapangan indoor tenis yang ada di belakang sekolah. "Jangan sampai kalian bertengkar lagi, atau gue yang akan pukul kalian satu persatu," ancam Katrina kepada Aldi dan Neil. Neil masih tidak terima atas perlakuan Aldi kemarin. Harga dirinya merasa diinjak dan Neil perlu memberikan balasan kepada Katrina dan Aldi. "Owh si cewek pembuat rusuh minta gue nggak berantem?" Neil mendekati Katrina dan berhenti beberapa langkah di hadapan gadis itu. "Apa yang mau lo lakuin?" Katrina memundurkan langkahnya tapi ia tersandung sapu di belakangnya membuat tubuhnya oleng. Neil menarik tangan Katrina sehingga kini gadis itu ada di pelukannya. "Apa pelukan Aldi lebih nyaman dari pelukan gue?" Ia sengaja mengembuskan napasnya di dekat telinga Katrina. "Apa maksud lo!" bentak Katrina. Dia mencoba melepaskan diri namun Neil terlalu kuat. Aldi jengah dengan pemandangan di depannya saat ini. Mereka seolah memamerkan kemesraan di depannya. "Tidak sepatutnya kalian berpelukan di lingkungan sekolah." Setelah mengatakan itu, Aldi segera mengambil sapu dan mulai membersihkan lapangan. Katrina menginjak kaki Neil sangat kuat hingga cowok itu meringis. "Dasar b******k!" "Jadi, sekarang gue diserang couple baru?" Tawa Neil memenuhi indoor. "Mulut lo minta gue tonjok? Hah!" geram Katrina. "Pakai apa? Bibir? Dengan senang hati." Sudah cukup, Aldi tidak bisa membiarkan Neil berbicara lebih jauh. Cowok itu harus diberi pelajaran. "Sudah cukup dengan omong kosongnya? Cepat lakukan hukumannya atau gue bilang ke Bu Ida kalau lo mau nambah hukuman." Neil menggeram dan maju ke arah Aldi bersiap melayangkan tinju namun tangannya ditahan Aldi. "Hanya orang yang nggak punya otak yang menggunakan tenaganya saat marah." Aldi tersenyum miring. "Gue nggak pernah berminat untuk merebut mantan lo." "Cih! Jangan sok pinter lo!" Tinju Neil melayang tapi Aldi berhasil menghindar. Mengetahui hal itu, Katrina langsung berlari mencoba menghentikan mereka. Namun ia lupa dengan lantai yang basah karena sedang ia pel. Bugh. "Aw," ringis Katrina. Aldi dan Neil menoleh seketika. Mereka mendapati Katrina yang sudah jatuh dalam keadaan yang memalukan. Kedua tangannya terbuka lebar dan untung saja dia menggunakan seragam olahraga. Jika tidak, mungkin akan lebih memalukan. "Lo nggak papa?" Aldi berjongkok di dekat Katrina. Ia sedikit khawatir karena Katrina mulai memejamkan mata. "Bangun, hei?" Sepertinya Aldi harus membereskan Katrina dulu sebelum berurusan dengan Neil. Ia mengangkat Katrina dan menggendongnya ala bridal style. Saat melewati Neil, hal yang tidak terduga terjadi. Bugh. Katrina menendang aset berharga Neil. "Lari!" teriaknya kemudian membuat Aldi terpaksa harus lari. Di belakang sana Neil menggeram menahan sakit. Ia tidak mendunga Katrina akan melakukan itu. Aldi berhenti berlari saat mereka sudah jauh dari indoor dan menurunkan Katrina. Ia menatap Katrina tajam. Aldi tidak menyangka Katrina akan melakukan hal itu. "Kenapa? Lo mau marah sama gue?" Aldi memijit pelipisnya. Lama-lama ia bisa depresi jika terus bersama Katrina. "Bagaimana mungkin hal itu ada di pikiran lo?" tanyanya. Katrina tersenyum puas. "Dia perlu mendapatkannya. Bahkan itu kurang. Setidaknya dia tidak akan bisa ke club malam ini." "Club?" "Iya. Neil bukan cowok seperti lo yang cuma kenal buku di perpus. Neil adalah cowok b******k yang suka pergi ke club untuk mabuk bahkan lebih dari itu. Dan sayangnya dia mantan gue." Aldi menatap Katrina curiga. "Lo?" Katrina melotot. "Meskipun gue playgirl, gue masih batas wajar. Gue gak sampai pergi ke club seperti yang ada di pikiran lo." "Terserah." Aldi mengendikkan bahunya. "Gue nggak peduli sama apa yang lo lakuin karena kita bukan siapa-siapa." Aldi melangkah pergi. Katrina menghentakkan kakinya di tanah dengan kesal. "Aldi!" teriak Katrina kencang. Namun tidak menghentikan langkah Aldi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD