THE PAST

2538 Words
Claudya Point Of View Flash Back On “Cindy... I love you” kata David sambil memeluk tubuh ku erat di sofa kamar hotel. Dia menatap mata ku dalam, memperhatikan setiap inci dari wajah ku. Tangan kirinya menopang tubuh ku dan tangan kanannya membelai rambutku pelan dan mesrah. “I love you too, Dav....” belum ku selesaikan ucapan ku, David langsung mendaratkan bibir kenyal dan sexy nya di bibir ku. Dia melumatnya perlahan, memainkan bibir atas dan bibir bawah ku. Aku kaget ini adalah kali pertama aku melakukan itu. Mata ku terus terbuka dan David menyadarinya sambil tersenyum “Just enjoy it baby... Rasakan setiap kenikmatan ini” berucap kalimat singkat itu David lalu melanjutkan aksinya. Bibirnya kemudian diarahkan ke rahang ku menuju leher. Ada sesuatu yang aku rasakan berbeda. Sesuatu yang menyengat nikmat. “Aaargghhh...” desahan ku tak tertolong lagi. Menyadari itu David kemudian mengganaskan aksinya. Meninggalkan kiss mark dimana – mana. David meraih dua benda kenyal milikku dan meremasnya perlahan. “Aaaarrgghh David....” melihat reaksi ku membuat David semakin menggila, diikuti dengan remasan tangannya yang berulang dan semakin nikmat. David melucuti dress putihku dan membuangnya asal. Wajah ku merona malu karena ini adalah kali pertama seorang pria mebuka baju ku dan hanya meninggalkan n****e Pad dan underwear hitam milikku. Aku menutupi wajah ku dengan kedua tangan ku. “Sayang jangan malu, aku sayang kamu” ucap David yang melanjutkan aksinya dengan mencium habis seluruh leher dan dadaku. Tangan nya mengarah untuk membuka n****e Pad itu. Aku menegang takut bercampur malu, tapi sangat sayang kepadanya. “Aku sayang kamu Cindy” David berucap dalam menatap mata ku. Kubiarkan dia memandang seluruh tubuh ku setelah berhasil melepas n****e Pad ku. Aku sangat malu dan masih menutup wajah ku.    “Indah sayang, aku suka ini” kata David sambil mulai meremas buah d**a ku. Dia ingin aku melihat aksinya. Dia tidak ingin aku menutup wajah ku. Aku merasa ketakutan sekaligus nikmat diwaktu bersamaan, terlebih merasakan aksi David yang lebih mirip binatang buas yang siap memakan ku, dia menenggelamkan wajahnya di antara dua benda kenyal ku. Menghisap kedua puncaknya tanpa ampun. “Lihatlah sayang, menggemaskan sekali. Puncak dadamu berdiri tegak dan menantang ku” David berbicara sambil meremas p******a ku dan tersenyum. He become an Evil. David meneruskan aksinya dengan meraba perut rata ku dengan bibirnya. Membasahi tubuh ku dengan salivanya. Dia mencium perut ku dan menghisapnya, membalikkan tubuhku mencium dan membuat kiss mark di seluruh tubuh ku depan belakang, membuat otakku terbang entah ke mana. Sebegitu  nikmat hingga aku seperti melupakan nama ku sendiri. Hingga moment yang aku takutkan tiba. David melecuti underwear hitam ku. Merabanya dan menggesekkan jarinya. Intiku basah dengan lendiri. David sangat menyukainya. Entah bagaimana dia memainkan jarinya dengan inti ku, aku sangat kenikmatan, semakin cepat jarinya, desahanku pun ikut memburu. “Aaaaahhh... Ahhh.. Ahhh...” Nafas ku memburu kencang. Nafas ku terasa berat. Sesuatu yang menggulung cepat dari dalam bergerak hebat dari inti ke otakku. Ada kenikmatan yang aku rasakan pertama kalinya seumur hidup. “Aku sepertinya pipis sayang” ucapku ke David David tersenyum, dan mendekat kemudian menindihku. Wajahnya persisi di atas wajah ku. Dia melihat ku dalam kemudia mendaratkan bibirnya. Melumat bibirku dengan nikmat. “Kamu udah keluar sayang, itu namanya o*****e” ucap David. “Sekarang giliran aku dong sayang” lanjutnya sambil tersenyum. Aku bingung harus berbuat apa. Aku hanya menatap matanya dan terus memburu nafas ku. “Aku mau kamu sayang, aku sayang sama kamu” David merayu. Aku tersenyum belum sanggup berucap. Ku rasakan tangannya bergerak menuju inti ku, kemudian memainkannya lagi. “Ampun..” kata itu terucap begitu saja dari bibir ku. David tersenyum “Ini belum reff nya sayang” Ucap David sambil tersenyum. Ku rasanyak jarinya masuk ke dalam lubang intiku, aku kesakitan tapi David melanjutkannya. Aku merasakan perihnya bertambah, David memasukkan dua jarinya. Tidak lama berselang sepertinya David memastikan sesuatu, kemudia dia berucap “Aku masukin ya sayang” sambil menggesekkan benda keras nya dari atas perutku menuju inti. “Noo!!!” ucap ku kaget “Ssstttt!!! Aku sayang banget sama kamu. Kamu sayang aku gak?” ucapnya sambil menatap ku dengan serius dan meminta. “Aku sayang banget sama kamu David, tapi aku takut” ucap ku “Jangan takut, ada aku. Boleh ya sayang, kamu sayang kan sama aku? Kamu milikku sayang. Aku gak akan ninggalin kamu” Aku mengangguk tanpa bisa berpikir jernih, David memasukkan benda keras miliknya ke dalam inti ku “Aaaaaarrrrrggggghhhh.....” aku berteriak kesakitan dan menangis. Rasa kenikmatan berganti cepat dengan dengan rasa perih itu. Perih yang pertama kali aku rasakan.   Flash Back Off Aku berusaha keras untuk tidak memperdulikan David, aku menuju ke area kasir untuk membayar orderan ku. “Cindy, biar gue yang bayar” ucap David mendekat Tidak ku hiraukan ucapannya dan menjauhkan tubuhku dari dirinya. Aku terus saja menatap ke arah kasir, rasanya begitu lama dia memproses pembayaran ku. “Totalnya Rp136.500 ya mbak” sahut kasir sambil memperlihatkan struk elektroniknya pada layar ipad nya. Tanpa basa – basi aku mengeluarkan uang Rp200.00 dan berkata “ambil aja kembaliannya mbak”. Demi segera bisa berlalu dan keluar dari Maxx Coffe dan tentu saja menjauh dari David. Aku berusaha berlalu cepat, dan David pun berusaha lebih keras untuk menahan ku. Dia menghadangku dari depan dan menghalangi jalan ku. Aku sangat tidak ingan melihat wajahnya, apalagi matanya. Ku tundukkan kepala ku kesal dan berusaha mencari jalan. Melihat sikap dingin ku David agak sedikit longgar dan memberiku jalan. Aku berlalu cepat dan menaiki mobil ku. “Syukurlah dia tidak mengikuti ku sampai ke sini” pinta ku dalam hati Segera ku buka pintu mobil dan menaikinya. Belum sempat ku tutup pintu mobil ku, David ternyata sudah naik ke mobil ku dari pintu sebelah “Sial, gue telat” gumam ku kecil Aku tidak kehabisan akal, aku segera ingin beranjak keluar dari mobil, tetapi David lebih dulu menyita kunci mobil ku. Dan sekarang kami berdua berada di dalam mobi ini. Aku merasa terjebak. Aku menghela nafas panjang sembari terus mengalihkan pendangan ku dari dirinya. “Udah berontaknya?” David berbicara halus Sekali lagi aku menarik nafas panjang, sembari menatap ke arah luar jendela. “Gue gak boleh lemah, gue gak boleh tunjukin kelemahan gue” amarah ku dalam hati “Turun gak lo! Masih untung gue gak gampar lo!” ancam ku serius David diam tidak menghiraukan ucapanku. Dia hanya menatap ku lirih. “Turun lo sekarang! Kalau gak ....” belum ku selesaikan ancaman ku, David meraih dan menarik tubuh ku menghadap dirinya. Aku sontak kaget, “Oh Tuhan...” suara dalam diri ku teriak kebingungan. David menaruh wajah ku tepat di hadapan wajahnya. Mata ku dan matanya bertemu. Mata yang kuhindari sedari tadi. Wajah kami hanya berjarak beberapa inci sekarang. Entah kenapa tubuh ku mendadak kaku. Aku tidak bisa berontak dan melawannya kali ini, “apa dia menghipnotis ku, Tuhan tolong!”, hati ku berkata dan mulai lemah. Nafas ku mulai memberat dan ingin melawannya, tapi David dia mendaratkan bibirnya tepat di bibir ku. Melumatnya kasar dan memaksa. Dia menutup matanya dan aku membulatkan mata ku. “ohh tidak...” risau ku dalam hati. Nafas David mulai memberat, dia menikmati ciuman ini. Dia mulai membuka mulutnya dan menggigit bibir bawahku dengan pelan. Memaksaku membuka mulut untuk memasukkan lidahnya. Aku hanya mematung. David semakin mengeratkan pelukannya, mencari – cari pengait bra ku yang terahlang oleh blouse ku. “Gak boleh seperti ini, gue harus sadar, gue harus sadar, gue harus sadar” gumam ku puluhan kali dalam hati. Dan tiba – tiba saja aku  mendapatkan kekuatan entah dari mana. Tubuh ku yang mematung kini sudah bisa mulai ku gerakkan. Aku mulai memberontak, dan ku dorong tubuh kekar David dengan sekuat tenaga. David belum mau melepas ku, david masih melumat bibir ku. “Oh tidak, bagaimana ini” takut ku dalam hati Dan sekali lagi aku mendapat kekuatan ku sendiri, aku berusaha mendorong tubuhnya lagi, kali ini belum berhasil. Tiba – tiba gerakan ku refleks membalas ciumannya singkat, kemudian menggit bibir hingga david kesakitan dan melepas ku. “Turun lo sekarang, b*****t!!!” teriakku sambil membunyikan klakson mobil untuk menarik perhatian orang luar. David panik, “Cindy jangan seperti ini ....” “Turun lo sekarang, turun gue bilang!” teriakku keras “Oke!” David mengalah “Gue akan cari lo Cin, i need to talk!” sambungnya sambil turun dari mobil dan beranjak pergi. Aku pun segera menyalakan mobil dan pergi dari sana. Perasaan ku sangat kacau, aku menagis terisak sambil menyetir. Sepanjang perjalanan yang mulai lengang, aku menepi sebentar untuk memperbaiki perasaan ku. Tapi tetap aku terus saja menagis histeris. Beberapa saat kemudian aku sudah mulai tenang, dan melanjutkan perjalanan ku.   ***** Beruntung aku bisa sampai rumah dengan selamat, pikiran ku sangat kacau. Ku parkir mobil di bagasi dan ku lihat mobil Victor sudah terparkir rapih. Ku bereskan sedikit kekacauan di penampikan ku melalu kaca spion, kemudian beranjak turun dari mobil. Masuk ke dalam rumah, aku melihat Victor duduk di sofa depan tv sembari menatap layar Macbook nya terlihat mengerjakan sesuatu dengan serius. Aku sangat lelah, aku tidak punya kekuatan lagi untuk sekedar menyapa apalagi berbasa – basi dengan Victor. Aku langsung naik ke lantai dua menuju kamar ku, tak terdengar suara Victor memanggil. Mungkin dia tidak menyadari kedatangan ku, atau memang dia hanya seperti itu, tidak peduli dan cuek terhadap semua anggota keluarga. Ku tutup pintu kamar dan ku kunci sampai mentok. Aku menarik nafas dalam, pandangan ku kosong. Aku sangat lelah. Ku buka kancing kemeja ku satu per satu dan membuangnya asal. Ku buka celana jeans ku. Badan ku terasa sangat lengket. Aku masuk ke kamar mandi. ku nyalakan lampu di cermin westafel dan ku tatap diri ku. Betapa kacaunya. Kemudian ku buka bra merah maroon yang menyangga kedua p******a besar ku, lalu kemudian ku lepaskan underwear yang menutupi inti ku. Sekarang tubuh ku tanpa sehelai kain pun. Ku nyalakan shower dengan suhu hangat dan meletakkan diri ku di bawahnya. Sembari mandi aku menangis. Ku usap bibir ku terus menerus tanpa henti membersihkannya dari bibir David. Kenapa ciumannya masih terus terasa? Pikir ku. Setelah mandi dan puas menangis aku mengeringkan tubuh dan rambut ku sebelum tidur. Ciuman David masih terasa dibibir ku. “Ohh tidak, apa yang harus ku lakukan?” ucapku lirih dalam hati Setelah rambutku kering, kemudian aku memakai camisole satin putih tipis, dan underwear pasangannya. Aku tidak memakai bra, sehingga p******a ku tampak begitu jelas terlihat. Putingku tampak menjol manja dibalik kain satin camisole ku. Aku sangat suka melihat penampilan ku seperti ini karena menampilkan keindahan tubuh ku dengan sangat sempurna. aku berusaha senyum menatap diri ku di cermin sebelum akhirnya beranjak keluar dari kamar mandi. Ku rebahkan tubuh ku di atas ranjang yang empuk nan hangat. Ku tarik selimut tebal itu dan menutupi seluruh tubuhku hingga leher. Aku hanya ingin istirahat. Beberapa menit berlalu dan aku berusaha tidur tapi tidak kunjung berhasil. Pikiran ku melayang ke mana – mana. Sampai semua masa lalu ku terlihat jelas kembali, sangat jelas.   Flash Back in Hotel Begitu hening, aku mulai tersadar dan membuka mata ku secara perlahan. Tubuhku terasa remuk semua. “David.. Aku haus” ucap ku sambil berusaha mengumpulkan kekuatan untuk bangun “Dav..., kamu dimana?” aku mulai sadar, penglihatan ku pun sudah normal. Aku melihat diri ku dalam keadaan sangat kacau, ada darah kering di pangkal paha ku dan di atas sprey putih kamar hotel. Aku berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mencuci wajah ku. Jalan ku sempoyongan, rasa perih di inti ku sangat terasa. Menyulitkan ku berjalan. “David lo di dalam?” tanya ku di depan pintu kamar mandi sambil mengetuknya beberapa kali. Tidak ada jawaban. Lalu aku membuka pintu perlahan dan mendapati kamar mandi kosong. Alis ku mengkerut, “David dimana sih?” tanya ku sendiri. Aku lalu mandi dan membersihkan seluruh tubuh ku. Kiss mark begitu nyata terbentuk di hampir seluruh leher dan d**a ku, depan belakang. Aku tersenyum. Perasaan ku campur aduk, bahagia dan sedih. Bahagia karena aku sangat sayang David dan semalam aku membuktikannya. Sedih karena aku melakukan Making Love di umur 18 tahun. Ku ambil bathrobe dan membungkus tubuhku serta rambut ku. “David kemana sih?” tanya ku lagi setelah keluar kamar mandi David belum terlihat. “Udah jam 10.00 am ternyata. Mungkin dia cari makan, gue telfon aja deh sekalian buat gue” ucapku sendiri. Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi. “Lho kok gak aktif?” aku mulai panik. Ku cek seluruh sudut kamar ternyata barang David sudah tidak ada. Ku coba kembali menghubunginya dan tetap dengan balasan veronica yang sama. Aku mencoba menghirup nafas dengan tenang, dan mencoba mencari akal untuk menghubunginya. Aku mencoba mengubunginya lewat semua aplikasi chatting dan tidak membuahkan hasil. “What...?” ucapku diikuti dengan pandangan yang mulai kosong. Aku melemah. Nafas ku memburu, nafas ku memberat “Dia lari?” setelah berucap itu air mata ku pun ikut menetes “What i have to do?” ucap ku mulai panik. Ku lihat diri ku dan kuingat semua kejadian semalam. “He just f**k me and leave me here?” ucap ku meringis dan tidak percaya. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan ku dan mengambil nafas panjang.  Aku mulai menangis, kebingungan dan ketakutan. Ku coba tegar dan menghapus air mata ku. Kembali berusaha menghubungi David. “Kringg... kring..kring” suara telfon kamar mengagetkan ku. Aku berusaha normal dan mengangkat telfon telfon itu segera. Selamat pagi Bu, apakah kamarnya mau dilanjut atau check out hari ini? Aku bingung, “bisa telfon sejam lagi Pak?” jawab ku. Maaf bu, mohon bisa memberikan info secepatnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul 11.15, waktu check out sisa setengah jam lagi. Jika ingin dilanjut mohon menghubungi kami segera ya Bu, Terima Kasih. Aku menutup telfon itu dengan pikiran dan tatapan kosong. Tidak terasa mataku mulai menghangat, ada sesuatu yang ingin tumpah dari sana. Aku menangis sesenggukan. Mengngis dalam ketakutan. Seluruh tubuhku mati rasa. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Yang ku pikir adalah menghubungi David. Aku tidak percaya dia meninggalkan ku seperti ini. David sayang, lagi dimana? Aku kuatir nih, takut di hotel sendirian. Kamu balik hotel ya sayang, pleasee... Aku takut – SMS pertama David dimana? Sayang, please balik hotel sekarang, aku gak bisa hubungi kamu – SMS kedua David please jangan buat gue takut, please jangan kayak gini. Lo dimana – SMS ketiga Please jangan kayak gini, aku udah serahkan semua sama kamu sayang, please telfon balik aku sekarang – SMS ke empat Aku terus mengirim SMS ke David. Aku berharap dia membacanya dan menelfon ku balik segera. Tidak terasa aku sudah mengirim puluhan SMS dan tidak ada jawaban sama sekali. Hati ku sakit, pipi ku basah dalam diamku. “Check Out ya Mas” ucap ku di telfon kepada receptionist   Flash back off Dalam kesunyian malam di kamar ku, aku menangis mengingat semua itu. Menangis terisak tanpa henti,mengingat betapa kejamnya David kepada ku, mengingat bagaimana aku menjalan hari – hari yang terberat setelah hari itu, dan dia muncul tiba – tiba membuat pikiran ku sangat padat, aku mengingat kembali semua dari awal kehidupan baru ku pasca diterima sebagai mahasiswa baru di kampus ku, hingga aku pun tertidur karena kelelahan.                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD