Awal Pertemuan Mereka

1562 Words
"Tolong lepaskan aku. Kalian siapa dan ingin membawaku ke mana?" Seorang wanita muda berusia 20 tahun merintih dan memohon pada beberapa orang yang membawanya secara paksa. Entah ke mana, dia pun tidak tau karena kepalanya ditutupi oleh karung kecil berwarna hitam. Sepanjang langkah, yang dia tau adalah orang-orang berbadan besar itu membawanya ke tempat yang ramai. Yang bising oleh suara musik yang diputar dengan sangat keras kemudian suara orang-orang yang sangat banyak. Bahkan aroma pekat yang sulit dia kenali berasal dari benda apa saja, hampir saja membuatnya muntah. “Diam dan ikut saja, Tania!” gertakan pria yang menyeret wanita bernama Tania itu, jelas membuatnya semakin takut. Dengan terpaksa, dia pun mengikuti langkah pria yang menyeretnya meski terkadang tersandung dan terseok membentur sesuatu. Hingga tak lama kemudian, Pria itu telah berhenti menyeretnya. Anehnya, ruangan ini sudah tidak lagi ramai seperti sebelumnya melainkan sangat sunyi--senyap. Sampai-sampai membuatnya tidak berani untuk melihat kenyataan ketika karung hitam yang menutupi wajahnya dibuka. "Madam J. Dia adalah wanita yang harus berhasil kau jual, atau kau sendiri yang akan merasakan akibatnya." Suara bariton itu, membuat kaki Tania gemetar luar biasa. Setelahnya, karung kecil yang menutup pandangannya pun terbuka. Kerlap kerlip lampu yang menyapa indera penglihatannya saat pertama kali terbuka, pun bersibobrok dengan berdirinya seorang wanita bermake up tebal dengan penampilan glamornya yang seketika membuat tubuh Tania mengerucut ketakutan. Tania memang tidak tau siapa wanita itu. Namun, begitu mendengar panggilan serta perintah pria berbadan kekar yang membawanya, dia pun mengetahui sesuatu. Wanita itu adalah seorang mucikari dan saat ini, dirinya tengah berada di tengah-tengah dunia prostitusi. Ini bahaya. Bagaimana pun caranya, dia harus bisa lepas dan keluar dari tempat ini secepatnya. “Tolong lepaskan aku!” Teriak Tania sesaat sebelum wanita bernama Madam J itu mendekat, lantas mengusap lengan Tania yang datang sebagai persembahan untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. "Pergi! Biar aku yang mengurusnya!" suara Madam J yang terdengar lembut tetapi dipenuhi ketegasan, tentu saja berhasil membuat pria-pria yang menculik Tania pergi dari sana. "Kami akan tetap berjaga di sini. Tugasmu hanya merias dan mencarikan pria untuk membelinya saja," balas pria berbadan kekar itu kemudian keluar dari kamar sunyi yang dipenuhi rona lampu berwarna warni. "Siapa namamu?" tanya wanita itu dengan lembut. Namun, justru terdengar menakutkan untuk wanita muda itu. Setelahnya, dia pun melepaskan tali yang mengikat tangan putihnya hingga tercetak warna memerah di sana. "Ta-Tania," jawabnya tergugu. Setelah tangannya terlepas, dia pun memegang tangan wanita bernama madam J itu kemudian menangis terisak sebagai bentuk permohonan atas ke tidak berdayaanya. "aku mohon, lepaskan aku. Mereka menculikku. Aku tidak mau berada di tempat ini, Madam. Aku takut. Hiks!" isaknya tak tertahankan. Madam J terdiam sejenak. Setelahnya, dia pun berkata, "Aku tidak bisa melakukan apapun, Tania. Kau tau sendiri, bagaimana mereka mengancamku." "Siapa mereka? Kenapa mereka ingin membuatku menderita?" Demi Tuhan, Tania berada dalam ketakutan yang begitu nyata. Seumur hidup, dia tidak pernah membayangkan akan mengalami hal mengerikan seperti ini. "Aku juga tidak tau. Yang aku tau adalah, mereka mendapatkan bayaran untuk situasi ini. Mereka diperintah seseorang untuk memberikanmu padaku." Madam J menaruh simpati. Pasalnya, dia melihat bagaimana gurat-gurat kesedihan di wajah Tania. Dan sekarang, wanita itu harus menjadi korban atas kejahatan seseorang yang entah bermotif apa. Tania mengusap wajahnya kasar. Dia tidak tau, siapa yang sudah tega melakukan semua ini padanya. Selama hidup, dia tidak pernah melakukan sesuatu yang mengusik hidup orang lain. Dia tidak-- "Waktumu habis dan kau masih belum juga melakukan apa-apa padanya?!" suara bariton itu kembali terdengar, begitu pintu ber cat putih itu di dorong dengan kuat. Tania yang merasa posisinya kembali terancam, bergerak cepat dan bersembunyi di belakang tubuh wanita yang sebenarnya ... tak bisa dia percaya. "Tolong aku. Aku tidak mau mereka bawa. Hiks!" Tania mengiba. Namun, orang-orang di sana, tentu saja lebih mementingkan uang dari pada kemanusiaan. "Tania aku--" "Bawa dia!" suara bariton itu kembali menggelegar di dalam ruangan sunyi itu, sehingga Madam J dan Tania tak memiliki kesempatan untuk sekadar mengatakan sesuatu. Beberapa orang yang menculik Tania tadi, kembali mendekat dan Tania yang tak memiliki kesempatan untuk lari, akhirnya tertangkap lagi. "Aku mohon jangan bawa aku," lirih Tania walaupun sia-sia. Orang-orang itu, sudah lebih dulu disuap dengan uang dan tidak akan memihak gadis menyedihkan seperti dirinya. "Dan kau! Kau akan mendapatkan hadiah untuk kelalaianmu, Madam!" Tania sempat mendengar ancaman itu sebelum dia dibawa dengan paksa. Dia pun sempat melihat bagaimana raut wajah putus Madam J yang mematung di sana. Setelahnya, pintu putih yang tertutup tadi menjadi sekat pemisah. Dirinya lagi-lagi mereka bawa entah ke mana. Yang jelas, dirinya akan sulit untuk lepas dari tempat ini mengingat mereka tidak akan melepaskannya dan pergi begitu saja. Mereka tidak akan berhenti sampai tugas mereka selesai dan dirinya hancur di tempat ini tanpa sisa. Jahat. Tania benar-benar tidak habis pikir. Entah siapa yang sudah melakukan hal jahat ini padanya? Karena sungguh yang orang itu lakukan padannya sangatlah kejam. Sebenarnya, dia tidak ingin berburuk sangka. Namun, orang yang selama ini tinggal bersamanya dan berpura-pura baik, sudah menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya. Tok! Tok! Tok! "Masuk!" Pria yang menjadi ketua dari komplotan penculik itu, mengetuk sebuah pintu dan jawaban pria dari dalam sana, membuat Tania memberontak meskipun tenaganya sudah habis dan tubuhnya sedikit lemas saat ini. "Lepas! Aku mohon lepaskan aku ... " Tania ketakutan setengah mati, begitu pintu itu terbuka dan nampak lah seorang pria yang terlihat berusia matang sudah menyambut kedatangannya. "Selamat malam, Tuan." Hanya ucapan selamat malam itulah yang pria itu ucapkan karena setelahnya, pria itu sudah mendorong tubuh Tania yang ringkih, masuk ke dalam kamar dengan posisi tejerembab di lantai. "Kalian boleh pergi." Kalimat perintah itu, membuat para penculik tadi meninggalkan Tania sendiri. Tania berusaha bangkit dari posisinya tadi tetapi, pria tua itu sudah lebih dulu menguasai. Tania menyatukan ke dua tangannya begitu pria itu mulai menatap dirinya dengan tatapan kurang ajar. "Aku mohon, jangan lakukan apapun padaku. Bukan kehendakku datang ke sini," lirihnya dengan air mata luruh. Andai ayahnya masih ada, mungkin dirinya tidak akan pernah bernasib sial seperti ini. Bagaimana pun, dirinya bukanlah gadis yang tidak memiliki apa-apa. Ayahnya seorang pengusaha besar. Hanya nasib baiklah yang belum berpihak padanya. "Aku sudah membayarmu mahal. Mana mungkin aku akan melepaskanmu begitu saja?" "Aku akan mengganti uangmu, Tuan. Demi Tuhan, aku sanggup. Aku punya peninggalan harta warisan dari ayahku," balas Tania penuh harap. Andai pria itu mau berbelas kasihan padanya, tentu beruntunglah dia. Demi Tuhan, dia tidak akan pernah sanggup melanjutkan hidupnya jika pria itu benar-benar menyentuhnya. Pria itu berbadan besar dengan tenaga kuat, sedangkan dirinya hanyalah gadis lemah yang tak bisa melakukan apa-apa untuk melawan. "Hahaha ..." Bukannya menjawab kesungguhan Tania tadi, pria itu justru tertawa lepas. Tawa yang memperlihatkan jika dia menganggap Tania sedang mengatakan sebuah lelucon untuk menipunya. “dasar gadis penipu. Kau kira aku akan percaya begitu saja hah? Siapa pun yang berada di dunia gelap ini tentu saja menukar tubuhnya dengan uang dan kau malah bersikap seolah kau ini wanita kaya?” ejek pria itu sembari tertawa puas tanpa tau bagaimana ketakutan yang dirasakan Tania di depannya. “Sekarang jangan banyak bicara! Buka bajumu dan layani aku!” Sraakkkk! Mata Tania membulat begitu pria itu menarik kerah kemeja yang dipakainya hingga robek dan memperlihatkan bahu putihnya yang mulus tanpa cela. Pria itu tak akan mau mengasihaninya. Jadi, untuk apa lagi dia mengiba? Ayahnya tak pernah mengajarkan dirinya untuk merendahkan harga dirinya di depan orang lain. Apalagi merendahkan harga dirinya, hanya karena seorang pria berengsek yang berada di depannya saat ini. "Penjahat!" Bugh! "Arghhh!" Tania tak tinggal diam. Setelah perbuatan tak senonoh yang pria itu lakukan, dia pun berusaha melawan. Terus menerus menjadi wanita lemah akan membuatnya ditindas dan dihina sedemikian rupa. Oleh karena itulah, dia tidak akan lagi melakukan kebodohan seperti sebelumnya. Setidaknya, dia pernah menjadi wanita kuat yang melawan pria jahat untuk mempertahankan harga dirinya. Lewat keberanian Tania yang mengayunkan sebelah kakinya, akhirnya dia berhasil membalas perbuatan kurang ajar pria itu di bagian alat vital sehingga membuat pria itu mundur kesakitan sambil memegang bagian tubuhnya yang terkena tendangan maut. Kesempatan itu pun Tania gunakan untuk lari dari sana dan beruntungnya, pintu kamar itu belum terkunci rapat. Namun, baru saja Tania mengambil beberapa langkah, tak sengaja kakinya tersandung sesuatu sehingga dia kembali teejatuh. Brughh! Dan pria itu pun kembali menangkapnya. "Mau lari ke mana kamu hah?" teriak pria itu murka sehingga membuat Tania merasa hidupnya benar-benar berada di ujung tanduk sekarang. “kau sudah berani bermain-main denganku. Sekarang rasakan akibatnya!” Pria itu membentak Tania dengan suaranya keras yang seakan berhasil membuat gendang telinga Tania pecah. "Tolong lepaskan aku. Aku mau pulang. Hiks!" isak Tania tak tertahankan. Lagi-lagi pria itu menariknya paksa memasuki kamar. Kamar yang malam ini akan menjadi awal mula berkobarnya penderitaan dalam hidupnya yang memang telah sampai di batas puncak. Hidupnya benar-benar berakhir sekarang. Dia tak memiliki harapan untuk selamat dari tempat ini, karena tidak akan ada yang peduli atau menyelamatkannya kali ini. Namun, suara bariton berbeda yang tiba-tiba terdengar di sana, jelas saja membuat Tania menemukan secercah harapan sehingga pandangannya yang telah buram oleh air mata, pun terlihat berbinar. “Lepaskan dia ... sekarang!” Pria itu berdiri di sana. Dengan postur gagah dan aura yang cukup menjanjikan untuk menjadi malaikat penolongnya yang sejak beberapa menit terakhir dia minta kepada Tuhan. Tuhan, apakah benar jika pria ini yang kau berikan padaku sebagai dewa penyelamat? Batin Tania saat manik matanya dan manik mata tajam pria itu bertabrakan. Nyatanya … Tania tidak akan menyadari jika perjalanan hidupnya sudah dimulai sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD