Bab 2

2103 Words
3 bulan kemudian. Dok! Dok! Dok!! Suara ketukan pintu di malam hari terdengar keras seperti biasa. Risa yang sedang sibuk belajar tidak menyangka bahwa waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. Berkat ujian kenaikan kelas yang akan diadakan minggu besok. Brak! Brak! Brak! Suara ketukan pintu semakin kencang lebih mirip gebrakan. Risa segera berlari membukanya. Mengira Ratna sedang sholat malam. Cklek! "Kemana saja kamu! Buka pintu saja gak becus!" Risa menyingkir memberinya jalan untuk masuk. Andi berjalan sempoyongan. Risa membulatkan mata ketika menyadari bekas lebam di wajah Andi. Segera Risa membantu Andi berjalan. "Ayah kenapa bisa luka gini?" Risa menghawatirkannya. Baru saja menyentuh lengan namun Andi segera menepisnya kasar. Andi menghempaskan tubuhnya di sofa. Risa mengambil kotak p3k segera setelah mengunci pintu kembali. Terlihat Andi memejamkan matanya sambil bersandar di sofa. Risa mulai mengobatinya. Baru saja kapas di tangan menempel di sudut bibirnya yang luka, Andi kembali menepisnya. "Apa yang kamu lakukan. Jangan pernah menyentuhku. Dan jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu. Aku bukan ayahmu. Kepa**t!!" Risa membeku di tempat. Risa menyadari Andi membencinya karena itu selama ini Risa berusaha menjaga jarak dengannya. Risa tahu bahwa Andi memang membencinya. Karena itu selama ini Risa berusaha menjaga jarak dengannya. Tapi mendengar Andi mengatakan itu langsung tetap saja membuatnya terkejut. Pertama kalinya Risa mendengar hal itu. "Ayah, kau terlalu banyak minum." Risa mencoba tidak menghiraukannya. Bukankah sudah biasa Andi meracau tidak jelas ketika mabuk. "Biar kuobati lukanya dulu." "Minggir! Enyah kau dariku!" Risa terjungkal ke belakang karena dorongannya. Lengan kanan Risa terbentur pinggir meja. Terasa sakit sekali. "Kau itu bukan anakku. Kenapa masih di sini. Harusnya aku sudah membuangmu dari dulu. Dasar breng**k! Hiks hiks. Ah, Kepalaku!" Risa tidak menyangka akan melihat air mata itu dari Andi. Ini pertama kalinya melihat Andi menangis. Apakah itu benar? Jadi aku bukanlah anaknya? Bukankah seharusnya aku yang menangis saat ini, batin Risa. "Cukup ayah!!" Risa mendengar langkah Ratna dari belakang. Beliau langsung menghampiri dan memeluk Risa yang masih terduduk di lantai. Ratna mengecup pucuk kepala Risa. "Risa, sayang. Malam ini tidur di rumah bibi ya. Pergilah. Besok pagi ibu bawakan seragammu." Risa yang merasa syok masih terdiam di tempat. Rasanya telinganya serasa tuli seketika. "Risa, ayo cepat pergi." gertakan Ratna membuatnya perlahan tersadar. "Jadi aku bukan anak ayah. Ibu, apa aku bukan anak ibu juga? Terus kenapa aku di sini. Ah, jadi ini alasannya ayah berubah seperti itu?" Satu persatu air mata Risa mulai menetes. "Jangan berpikir macam-macam. Risa anak kandung ibu. Selamanya Risa anak ibu. Jadi sekarang Risa pergi dulu ke rumah bibi. Jangan kemana-mana, mengerti!" "Enggak. Jangan sembunyikan apapun lagi dari Risa." Risa mengusap air matanya kasar. "Katakan yang sebenarnya sama Risa bu." *** 2 hari kemudian, Seoul, Wnet TV "BORAAA!!!" Seru Dongmin di depan mic. "Kyaaaaa!!!!" "Sungguh terima kasih banyak. Terima kasih sudah menunggu comeback kita. Kami tidak menyangka bisa mendapat kemenangan pertama kita. Kami akan semakin bekerja keras untuk menjadi yang lebih baik." lanjutnya. "BORA saranghaeo!!" Yonghwa membuat hati yang besar dengan tangannya. "BORA gomowo yo!!" Baekhyeon melambaikan tangannya kepada semua yang hadir. Diikuti yang lain yang juga sibuk menunduk sopan kepada grup lain yang mengucapkan selamat. Juna tak henti-hentinya memandangi piala yang dibawanya. Ini adalah hari yang benar-benar spesial untuk keluarga besar BM Entertainment. Mereka melakukan pertunjukan terakhir di akhir acara. Bersama menyanyikan lagu comeback mereka bersama fans. I NEED U *** Indonesia, sore hari. Risa terdiam di kamar. Duduk di dekat jendela tanpa melakukan apapun. Mencerna apa yang terjadi kemaren. Sekarang semuanya lebih jelas. Ratna sudah mengandung Risa 3 minggu sebelum hari pernikahannya dengan ayah. Dan mereka tidak menyadarinya. Risa bukanlah anak Andi. Ha ha, Rasanya lucu sekali mengingat bagaimana dulu aku berusaha mencari perhatiannya, batin Risa. "Ayah, jariku sakit." Aku menghampirinya dengan menunjukkan jari telunjukku yang berdarah akibat tergores sisi kertas yang tajam. Ayah hanya melirik ke arahku. " Urus saja dirimu sendiri, dasar manja." Dan ia hanya pergi begitu saja. Tok tok! Risa menolehkan kepala ke arah pintu. Ratna membawa nampan berisi makanan untuk Risa. "Risa, makan yuk. Ibu bikinin nasi goreng kesukaan kamu." "Risa gak lapar bu." Risa mencoba selembut mungkin menjawabnya. Risa bisa merasa Ratna ibu mendekat. Ia merengkuh Risa dalam pelukannya. "Risa, maafin ibu ya. Maaf. Ini semua salah ibu." Risa merasakan basah di pundaknya. Dirinya tahu Ratna sedang menangis. Risa juga. Gadis itu memeluknya erat. Meluapkan segalanya. Sebenarnya Risa pernah memikirkan tentang kemungkinan ini terjadi. Tapi tak disangka akan sesakit ini melihat kenyataannya. "Ini bukan salah ibu. Jangan nangis. Risa gak papa kok. Risa masih punya ibu di sini. Risa gak papa." gadis itu mengelus punggung Ratna. Rasanya ibunya semakin kurus saja. "Ayo makan. Risa jadi lapar, ibu suapin ya." Risa menampilkan senyuman terbaiknya. Ratna mengusap air matanya sambil mengangguk. Risa tidak mengetahui kabar Andi sejak hari itu. Risa masih belum siap bertemu dengannya. Saat ini Risa mencoba fokus dengan sekolah. Hanya itu yang bisa dilakukannya. *** Waktu berjalan begitu cepat. Sudah 3 tahun sejak kejadian itu. Selama itu Risa memfokuskan diri untuk bersekolah. Bahkan dirinya tidak pernah mengikuti kegiatan lagi termasuk bela diri taekwondo. Yang dilakukan selama di sekolah hanya belajar untuk kelulusan dan pulang membantu Ratna di warung. Setelah lulus Risa langsung bekerja di sebuah market. Alhamdulillah gajinya lumayan untuk membantu ekonomi keluarga. Sepertinya Risa sudah berubah menjadi anak yang rajin dan lebih pendiam. "Ris! Risa!!" Risa terperanjat. Teman kerjanya tepat berada di depan dan sedang memelototinya. "Loh Vira. Sejak kapan datang?" "Udah beberapa menit yang lalu. Kamu kenapa, Ris? Bengong gitu." "Gak ada apa-apa kok. Ya udah kerja dulu." "Apanya yang udah. Kamu gak pulang? Ini udah pergantian shift sayang. Mendingan kamu pulang aja. Kamu pasti kecapean tuh. Gak fokus." Risa cuma bisa menepuk jidat. Ada apa dengannya hari ini. Akhirnya dibalasnya dengan cengiran. "Ya udah aku pulang dulu ya, Vir." dilambaikan tangan padanya. "Hati-hati Ris." *** Dari jauh terlihat dua mobil yang sedang parkir tepat di depan rumahnya. Milik siapa? Risa mempercepat langkahnya. Langkah demi langkah semakin memperjelas penglihatan Risa. Beberapa orang membawa keluar barang barang di rumah dan menaruhnya di dalam truk pengangkut. Secepat kilat Risa berlari. "Apa yang kalian lakukan?!" Detak jantungnya berpacu cepat. "Minggir!" Salah satu pekerjanya mendorong tubuh Risa sambil membawa televisi lamanya. Sebenarnya ada apa ini? Ibu? "Bu? Ibu?!!" Risa langsung masuk ke dalam rumah. Risa mencarinya dan melihat Ratna sedang adu mulut dengan seseorang bertubuh tinggi dan tegap. "Ibu ada apa? Ibu baik-baik saja kan?!" Risa memeluknya sambil mengecek keadaannya. Terlihat air mata membasahi pipi Ratna. Matanya memerah dan keadaannya terlihat mengenaskan. "Risa kamu udah pulang, nak. Gak papa. Ini hanya, Hanya hiks Ah Risa, Ibu harus bagai hiks manaa!" Risa baru ini melihat Ratna seputus asa begini. Risa semakin mempererat pelukannya. Diusap punggungnya sambil melihat keadaan. Beberapa orang masih mencoba mengambil barang barang berharga kami. Sebenarnya apa yang terjadi. "Jadi kamu yang namanya Marisa." Risa menoleh kebelakang. Tepatnya pada seseorang yang barusan adu mulut dengan Ratna. "Anda siapa? Kenapa mereka mengambil semua barang kami." Risa mencoba untuk tetap tenang. Di saat seperti ini, dimana Andi pergi. Apa yang harus dilakukan. Risa melirik Ratna yang masih sesenggukan dalam pelukannya. "Hahh apa sibrengs*k itu benar-benar tidak memberitahu kalian sedikit pun! Dia sudah berhutang pada bos kami. Dan sedang membawa lari barang kami. Beruntung sekali aku tidak perlu repot mencarimu. Sekarang ikut kami." "Apa yang anda katakan. Barang apa. Kami tidak tau apa-apa. Dan mana buktinya. Kenapa aku harus ikut dengan kalian." Pria itu menengadahkan kepalanya menghela napas kasar. Dan mengambil sebuah kertas di dalam jasnya. Diberikannya pada Risa. "Di situ tertulis perjanjian kami. Jika dia tidak bisa membayarnya maka kami bisa mengambil hartanya. Bahkan keberadaanmu saja tidak cukup untuk melunasi hutangnya. Cepat bawa dia!" dua orang berbadan besar langsung menyeret Risa dengan kasar. Risa berusaha melawan namun percuma. "Tidak! Jangan! Jangan bawa anakku. Kumohon. Jangan!" Ratna berusaha melepaskan tangan salah satu orang yang menyeret Risa. Namun langsung ditepis dengan kasar hingga membuat Ratna jatuh tersungkur. "IBU!!" "Lepasin! Tolong biarkan aku bicara sama ibu sebentar. Aku tidak akan pergi kemana-mana!" Mereka tidak memedulikan Risa dan tetap menyeretnya. Risa merasa putus asa. Matanya tidak lepas dengan Ratna yang masih tersungkur di lantai sambil menyerukan namanya. Air mata Risa keluar. "Lepasin ! Lepass !! Kumohon. Aku tidak akan pergi kemana mana. Aku janji. Aku ingin bicara sama ibuku sebentar saja. Tolonglah!" "Biarkan dia." Pria tinggi itu menyuruh anak buahnya mengawasi Risa. Gadis itu segera berlari menuju Ratna. Dipeluk tubuhnya seerat mungkin. Kenapa semua ini harus terjadi. Risa berusaha menenangkan ibunya. Sibrengs*k itu. Dia harus bertanggung jawab dengan semua ini. "Risa, Risa. Jangan pergi. Jangan tinggalin ibu, nak. Bagaimana ibu bisa hidup tanpa kamu." Air matanya semakin menetes banyak. Terlihat kerutan yang semakin banyak di wajahnya. Ah, rasanya ibunya semakin cepat menua. Risa merasa gagal melindunginya. Maafkan aku bu. Dihapusnya air mata Ratna yang mengalir. "Bu, tenanglah. Risa gak akan kemana-mana. Risa akan pergi dengan mereka untuk bernegosiasi. Mereka pasti akan mengerti. Jadi untuk sementara ibu tinggal sama bibi ya. Tunggu Risa pulang. Mengerti." "Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu denganmu, nak. Ibu, Ibu, Hiks. Harusnya ibu tidak mempertahankan orang itu. Ini semua salah ibu. Maaf. Risa. Ibu," "Sssttt. Ibu cukup. Ini bukan salah ibu. Jangan berpikiran hal lain. Ibu jaga diri. Tetap sehat. Risa gak mau kesehatan ibu terganggu. Janji. Risa pasti pulang. Tunggu Risa Oke! Risa sayang ibu." Air mata Risa masih menetes. Dipeluk ibunya erat. Yang difikirkannya hanya ibu. Risa tidak ingin sesuatu terjadi dengannya karena ini. Ini semua karena orang itu. Risa mulai membencinya. Sangat. *** Seoul, Wawancara bersama STIGMA "Kembali lagi bersama saya Yerin di HALLO IDOL. Wahh Dayon oppa kau selalu tampan seperti biasanya. Tahun ini juga predikat handsome kau ambil. Bagaimana perasaanmu? Dan tanggapan member lain?" Dayon yang tiba-tiba mendapat pertanyaan itu tidak siap. Nampak sekali tingkah gugupnya terlihat di kamera membuat fansnya gemas. "Ah terima kasih. Sebenarnya mendengar sebutan itu ada rasa bangga sekaligus malu sendiri. Member lain sangat suka menggodaku, terutama Juna hyung." Terdengar suara tawa dari arah penonton. "Oh benarkah. Berbicara tentang Juna oppa, maaf ini salah satu topik yang paling dinanti BORA kita. Semingguan ini muncul rumor tentangmu yang sedang berkencan dengan salah satu idol. Bagaimana menurutmu?" "Lupakan. Saat ini aku sedang menikmati pekerjaanku." Tenang Juna. (Min Juna, 27th.) "Kami cukup terkejut dengan rumor itu wahh." (Jung Wook, 26th.) "Saat ini kami sedang sibuk untuk tour yang akan datang. Juna hyung sendiri sedang mengerjakan sesuatu dengan idol tersebut tentu saja terkait pekerjaan. Mungkin karena itu banyak rumor bertebaran. Kami harap BORA kita tetap mendukung kami." Dongmin menambahkan sambil memperlihatkan dimplenya. "Jadi BORA sayang, kalian bisa tenang sekarang ya." Goda Yerin yang disambut antusias penonton. "Kalau begitu bagaimana dengan tipe ideal kalian yang sebenarnya?" "Aku suka dengan gadis yang tingginya sama denganku." (Kim Dongmin, 26th). "Benarkah. Dongmin oppa berapa tinggimu?" "183 cm." "Oukeee, BORA-ya, fighting!" Yang disambut gelak tawa penonton. Pasalnya tipe ideal yang disebutkan Dongmin memang terbilang susah untuk gadis kebanyakan. "Baekhyeon oppa?" "Aku pria yang suka sekali makan. Jadi aku akan memilih gadis yang pandai memasak karena aku akan suka sekali mengajaknya masak bersama." (Kim Baekhyeon, 28th.) "Pada dasarnya tipe idealku, Baekhyeon hyung dan Wook hyung sama. Kami senang dengan gadis yang pintar memasak." (Park Yonghwa, 25th.) "Itu benar. Aku suka gadis yang pintar memasak dan punya sisi yang lembut." Jung Wook membenarkan. "Ya. Dan aku harap pacarku lebih pendek dariku." Yonghwa tersenyum malu-malu menunjukkan mata sipitnya yang semakin sipit. "Yonghwa oppa, sebenarnya kau namja yang tinggi. Hanya saja member lain lebih tinggi darimu. Benarkan semua?" Kembali disambut sorakan antusias penonton. "Dayon oppa?" "Aku ingin seorang gadis yang hanya memikirkanku setiap saat. Dan akan lebih baik gadis itu memikirkan keluarga juga. Lalu dia bisa membuatkan coklat panas untukku." (Kim Dayon, 25th.) "Dayon oppa, BORA kita selalu memikirkanmu. Jika hanya itu (ideal tipe) Kau bisa bingung nanti." "Ah benar." "Lalu Ye Jun-ssi." "Aku suka dengan gadis berkaki bagus dan sehat. Karena aku akan suka mengajaknya jalan-jalan ke sungai han." (Jung Ye Jun, 23th.) "Ye Jun-ssi, itu sangat cocok dengan keseharianmu. Kau memang terlihat seperti atlet." "Khamsamnida." "Ya, lalu bagaimana dengan Juna oppa kita?" "Pada dasarnya aku tidak memikirkan itu. Cukup dengan dia yang bisa menerima pekerjaanku (musik, rap) dan menikmatinya." (Min Juna, 27th.) *** Indonesia. "Aku sudah mengurusi passport dan barang-barangmu yang perlu kau bawa nantinya." "Apa maksud anda?" "Kuberi kau waktu 1 hari untuk bertemu dengan ibumu. Dan kembalilah ke sini sebelum waktu keberangkatan kita." "Tapi aku hanya ingin membicarakan tentang hutang itu di sini. Setelah itu aku akan pulang." "Karena itu kau harus ikut denganku. Untuk berbicara dengannya sendiri. Dengan tuanku." Risa memijat kening. Haahh... rasanya dirinya merasa sedikit lebih tua dari usia sebenarnya. Apa yang harus dilakukannya. "Kemana kita akan pergi." "Seoul."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD