Part 2

3362 Words
Judul: Our Story Penname: Niwi Time Link cerita: https://m.dreame.com/novel/8t7C/Hlj1WWf7FYY0guPgw==.html ________________________________ Part 2 "Wajah lo kok pucet sih Fi? Lo napa? "tanya Resha khawatir melihat wajah Fio pucat pasi. Fio menyederkan kepalanya di atas meja yang sudah bersih, ia menghadap ke wajah Resha dengan tatapan datar seperti biasa. " Gue anter ke uks yuk? Kayaknya lo sakit deh. "Resha menempelkan punggung tangannya pada dahi Fio yang ternyata suhunya sangat hangat. Resha merasakan hal aneh pada Fio padahal tadi paginya temannya itu sangat baik-baik saja tapi setelah olahraga menjadi lebih murung lagi ditambah lagi wajah temannya itu sangat pucat. Apakah ini karena olahraga? Tapi tadi tak jadi olahraga dikarenakan guru olahraganya ikut rapat dan hari ini pun jam kosong dimulai. "Bentar lagi gue rapat osis, ayo gue anterin. Ruang UKS hampir deket sama ruang OSIS. "Resha masih berusaha membujuk Fio agar pergi ke uks sungguh melihat diamnya Fio, ia jadi tangguh tega sendiri apalagi Fio juga mengeluh jika kepalanya pusing. " Baiklah," cicit Fio seraya menganggukkan kepalanya pelan. "Gue bisa sendiri. "Fio menolak ketika bahunya dipegangi oleh Resha lalu Resha menurut saja tapi ia masih menjaga kalau saja tiba-tiba tubuh Fio ambruk karena tak kuatnya berjalan. Tapi jika dilihat Fio bisa berjalan walau berjalannya tak seperti biasanya dengan gaya angkuhnya dan sekarang temannya itu berjalan tertatih-tatih sambil memegangi kepalanya. Tak lama akhirnya sampai juga di depan ruang uks, Resha menuntun Fio agar bisa berbaring di atas brangkar. Perawat uks hari ini sedang ijin membuat Resha meminta tolong pada salah satu petugas pmr yang berjaga untuk membelikan makanan dan obat untuk Fio. Fio mencoba memejamkan kedua matanya pelan lalu terdengar dengkuran halus dari mulutnya yang bertanda jika dirinya kini sedang tertidur dengan pulas setelah meminum obat. Tiba-tiba ia mendengar suara keributan membuatnya membuka kedua matanya dan menatap sekeliling ruangan ini. Di sebelahnya terdapat brangkar yang diduduki oleh seorang lelaki tampan yang tengah memegangi ujung bibirnya yang ternyata berdarah dan juga ada lelaki lagi yang masuk ke dalam ruang uks dengan membawa kotak obat dan menghampiri seorang lelaki yang tengah terluka. Kedua mata Fio terbuka lebar ketika melihat dua lelaki yang pernah ia lihat, ah bukan itu saja tapi dua pria itu adalah pria yang berciuman di toilet dan karena itu membuat kepalanya menjadi pusing begini. "Kalian?! "pekik Fio panik sambil mengambil posisi duduk di atas brangkar, tempat dirinya berbaring tadi. Dua lelaki remaja tampan yang tadinya saling berhadapan itu langsung menoleh ke arahnya dan dua orang itu sama terkejutnya melihat sosok gadis remaja yang memergoki aksi mereka di toilet tadi. "Lo? "kata mereka bersamaan. Fio membuang mukanya ke sampingnya mungkin saat ini kedua pipinya sangat memerah malu, mereka sama-sama tampan tapi sayangnya mereka gay. " Emm lo yang tadi ngintip kita kan? "Laki-laki yang membawa kotak obat itu mendekat ke arah Fio membuat Fio waspada di tempatnya. Lelaki itu tampak menghembuskan napasnya kasar dan tiba saja duduk di atas brangkar tempat Fio duduk juga. " Lo ngapain duduk di sini? "Fio menatap tak suka pada lelaki itu. " Gue minta lo jangan sebarin tentang gue dan pacar gue, kalau sampai lo nyebarin gosip tentang itu. Awas saja! "lelaki itu menunjuk dengan jari telunjukknya tepat di hadapan Fio. " Oh itu pacar lo, ngapain juga gue nyebarin gosip gak jelas. Kurang kerjaan aja. "Fio melirik lelaki yang terluka diujung bibirnya sedang menatap tak suka padanya, mungkin ia cemburu ketika pacarnya berada duduk dibrangkarnya. " Udah lah Van, ayo balik lagi. "Gerutu sosok lelaki yang terluka itu. Lelaki yang dipanggil Dev itu nampak menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jari tangannya lalu beranjak berdiri dan menghampiri kekasihnya membantunya untuk menuntun ketika berjalan. Nampaknya bukan ujung bibirnya saja yang terluka melainkan kaki kanannya juga terluka. "Sini gue obatin dulu, cemburu mulu lo! "Lelaki seksi itu nampak mengacak-acak rambut laki-laki yang ujung bibirnya terluka. " Devan udah! " Lelaki bernama Devan itu terkekeh pelan lalu mengobati luka pacarnya itu. Fio melihat kemesraan dua pria di hadapannya membuatnya geli sendiri, baru pertama kali ia melihat laki-laki seperti itu. Ah benar kata temannya dulu kalau cowok itu antara gay kalau enggak b******k. "Napa lo? Iri? "tanya lelaki yang sedang diobati oleh Devan. " Siapa yang iri juga, geli iya. "Fio melirik sinis pada laki-laki yang berkata ketus itu. " Udahlah Ken, cari gara-gara. Lihat juga luka lo yang belum sembuh sekarang cari gara-gara sama cewek itu. "Devan menatap tajam kekasihnya membuat Ken alias bernama Kenzo itu akhirnya terdiam tapi kedua matanya tetap menatap tak suka pada Fio. " Hey sudah gue obatin, ayo ke kantin. Lo belum makan juga. "Devan membereskan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati luka Kenzo dimasukkan ke dalam kota obat. Fio juga tak sengaja melirik salah satu lengan seragam Devan yang ternyata terdapat logo seperti anak pmr lainnya. Bahkan Devan terlihat sangat sabar ketika mengobati Kenzo, kekasihnya itu yang nampak tak suka padanya. "Tadi lo baku hantam sama siapa? "tanya Devan pada Kenzo. " Biasalah. "Kenzo beranjak berdiri dan berjalan agak pincang keluar dari ruang uks mengabaikan Devan yang masih menaruh kotak obat ke dalam lemari kaca. Devan tau jika saat ini perasaan Kenzo sedang tak baik membuat dirinya mencoba bersabar menghadapinya lalu kedua matanya melirik ke arah gadis itu yang sedang memegang kepalanya serta wajahnya juga terlihat pucat. "Lo sakit? "tanya Devan pada Fio. Bagaimanapun dirinya ketua pmr dan tugasnya pmr juga membantu serta mengobati siswa-siswi yang sedang sakit. " Jangan urusi gue! Sana urusi pacaran lo! "Fio menatap nyalang padanya membuat Devan membalas dengan menatap datar pada gadis remaja itu yang nampaknya baru ia lihat. Mungkinkah gadis itu anak baru yang kemarin dibuat gempar juga banyak yang membicarakan sosok gadis cantik jago beladiri di penjuru sekolah ini karena berhasil melawan beberapa anak laki-laki nakal di belakang sekolah? Devan juga nampak tak yakin jika gadis itu bisa menjaga mulutnya namun Devan tak membiarkan hal itu terjadi. Ia akan terus mengawasi gadis itu di manapun berada. ... Hari makin sore membuat Noel ingin secepatnya segera pulang ke rumah dan makan masakan maminya tapi ia juga harus bisa menyelesaikan tugas-tugas ketiga perempuan yang tadi menyuruhnya untuk mengerjakan tugas mereka. Tugas mereka dari anak ipa membuat dirinya belajar di perpustakan untungnya di dalam perpustakaan itu masih ada beberapa murid yang sedang belajar juga dan sebagainya apalagi di dalam perpustakaan terdapat fasilitas wifi gratis membuat tempat itu menjadi lebih nyaman. Sekitar satu jam akhirnya Noel memutuskan untuk segera pulang karena waktu sudah pukul 17.00 sore, Noel membereskan buku-bukunya dan dimasukkan ke dalam tas berwarna hitam miliknya. Ia juga melepaskan kacamata dan di masukkan ke dalam tempatnya. Kakinya melangkah menuju tempat parkir khusus sepeda setelah menemukan sepedanya, ia menaikinya dan mengayuhkan pelan menuju gerbang yang masih terbuka lebar. "Sore pak! "sapa Noel pada dua satpam yang sedang minum kopi di depan pos satpam. " Sore juga El! "jawab mereka dengan suara meninggi. Noel berhenti sejenak di depan gerbang sekolahnya karena ia akan menyebrang jalan yang nampak makin ramai. Kedua matanya menoleh ke kanan dan ke kiri tapi saat menoleh ke kanan terdapat hal yang janggal baginya. Ia melihat seorang lelaki paruh baya memakai seragam kantoran nampaknya sedang marah pada seorang gadis remaja yang ia yakin itu adalah ketua geng yang suka membullynya juga. Di samping mereka berdua terdapat mobil yang terlihat sangat mewah dan juga ada kepala menyembul di jendela mobil itu yang sepertinya juga ikut memarahi gadis itu tapi orang itu berada di dalam mobil. Noel masih menatap mereka dari kejauhan tapi tak lama gadis itu menolehkan pandangannya dan juga bertemu pandang dengannya. Gadis itu melototi dirinya membuat Noel segera membuang pandangannya ke arah lain. Saat kondisi di jalanan sepi kemudian Noel mengayuhkan sepedanya dan masuk ke gang yang menjadi jalan tembus untuk ke rumahnya. "Garang banget deh kayak kak Fio. "gumam Noel di tengah-tengah perjalanan. ... " Woahh ayah pulang! "teriak Edo memasuki rumahnya dengan kedua tangannya membawa kantong plastik berwarna hitam serta ukurannya besar. " Ayah! "teriak anak bungsunya berlari menghampirinya dan memeluk kedua kakinya. " Wah Iko duluan nih yang nyapa ayah. "Edo menarik tubuh Iko dan menggendongnya. " Kak Pio sakit yah,"Adu Iko dengan wajahnya terlihat sedih. "Kakak sakit? Sekarang di mana? " " Di kamal. "Ucap Iko dengan bahasa cadelnya. " Mana Oza? " "Les ayah, ayah lupa. "Iko memukul salah satu sisi pipi Edo. " Yaudah Iko ke kamar kak Fio ya, ayah mau mandi dulu. " " Oke ayah, ayah itu apa? "tanya iko sambil menunjuk kantong plastik di atas meja. " Nanti dulu ya. " Beberapa menit kemudian... " Sakit apa sih kamu nak? "tanya Edo menatap pada Fio yang sedang disuapi olehnya. " Pusing doang yah. " " Besok kalau masih sakit lagi, ayah antar ke rumah sakit ya. " " Yaya. " Edo sangat menyayangi anak tirinya itu bahkan rela melalukan apa saja ketika Fio sakit seperti halnya sekarang Fio memintanya untuk menyuapinya sedangkan Fio sendiri main ponselnya. " Belajar Fio, main hp mulu dari tadi. "tegur Edo tapi Fio hanya merespon dengan deheman saja. " Yah, udah perutku kenyang. " " Ya udah nanti diminum obatnya. " Edo pun beranjak berdiri serta membawa nampan dan berjalan keluar. Kakinya melangkah menuju dapur yang ternyata Karin sedang menyuapi Iko di meja makan. " Eh mas, Fio tadi mau makan? "tanya Karin pada suaminya. " Mau tapi ya gitu disuruh belajar juga gak mau. "Edo menyerahkan mangkok berisi nasi sedikit sisa makan Fio tadi. " Gak papa. Jangan dipaksa kalau Fio gak mau. "Karin tau sifat Fio yang tak mau dipaksa apalagi juga anaknya itu memiliki sifat hampir sama seperti mendiang Kafeel, suami pertamanya dulu. ... "Perhatian woy perhatian cuk! "teriak sang ketua kelas menggelegar di dalam kelas 12 ips 1. Para murid di dalam kelas itu yang tadinya sangat ramai bak pasar, semuanya kompak menoleh pada sosok laki-laki mungil yang memiliki suara melengking seperti suara perempuan. " Ada apa pak ketu? "tanya salah aatu temannya pada sang ketua kelas yang memiliki nama Argan. " Sekarang kita ke perpustakaan disuruh bu Elly. "Argan yang sedang membawa ponselnya sendiri kemudian menyodorkan ponselnya pada teman-temannya yang tak percaya akan hal yang disampaikannya tadi. " Yahh males gue! " " Elly Sugigi sukanya perpus mulu. " " Udah tua wajah garang sukannya marah marah. " Segerombolan para siswi pun bersorak semangat dan saling bertos ria. " WAH KELAS SANA BANYAK COGAN CUY! " " ASYIKIN CUCI MATA! " Para segerombolan gadis tadi langsung meluncur menuju perpustakaan hanya dengan membawa buku tulis serta alat tulis. " Halah kalian sukannya ngomel-ngomel nanti juga ke perpus seneng ada wifinya. "Argan menggelengkan kepalanya pelan lalu keluar kelas setelah membawa buku bahasa Indonesia dan disusul oleh anak buahnya alias teman-teman sekelasnya. "Fio!" teriak Resha tepat di samping telinga Fio yang sedang tertidur pulas dengan kepalanya di taruh di atas lipatan kedua tangannya. "Apa sih Resh! "bentak Fio yang akhirnya menegakkan tubuhnya tapi kedua matanya masih terpenjam. " Ayo ke perpus. " " Haishhh males. "Fio yang akan menyenderkan kepalanya di atas meja langsung dicegah oleh Resha. " Eitsss, ayok ke sana! Keburu dihukum di bawah sinar matahari lhoh! "Resha menggoyangkan lengan Fio membuat Fio menepis tangannya karena merasa risih. " Huh, iyaya! "Fio pun beranjak dari duduknya seraya menggebrak mejanya membuat beberapa murid yang masih di dalam kelas terkejut atas ulahnya apalagi Resha yang sekarang mengelus dadanya pelan. Fio berjalan cepat membuat Resha kewalahan sendiri mengikuti langkah kaki Fio dari belakang. Tak berapa lama Fio membuka pintu perpus itu dan menatap sekitar perpustakan yang dipadati banyaknya siswa-siswi di dalam perpustakaan. "Lhoh kok? "Fio merasa bingung ketika ada murid-murid lain kelasnya. " Oh itu kelas 12 ips 5. Mungkin bu Elly sengaja gabungin karena bu Ana sedang lahiran. "Resha pun langsung menuju rak buku untuk mencari cerpen karena itu tugas dari bu Elly. Bu Ana yang dimaksud adalah guru bahasa Indonesia kelas 12 ips 5. Fio menuju bangku yang tidak ditempati lalu ia mendudukan pantatnya di atas kursi kayu itu. Ia tak berniat mencari buku cerpen tapi tujuannya adalah tidur di sini untuk melanjutkan tidurnya tadi yang sempat tertunda. Nyit' Belum sempat merasakan pulasnya tidur, terdengar suara seseorang duduk di sampingnya. Fio membuka matanya sedikit, terlihat seorang lelaki berparas tampan tengah berpikir, sepertinya ia mengenali lelaki itu dan Fio pun langsung duduk tegap menatap tak percaya pada sosok lelaki tampan itu. Lelaki itu menoleh memandangnya bingung dan berkata, "Lo kenapa?" "Kenapa lo di sini? "Fio memandang tak suka pada laki-laki itu. " Eh? Ya belajar lah, kan kelas gue juga di perpus. Lo kelas ips 1?"tanya Devan pada Fio, ya laki-laki tampan itu adalah Devan. Fio tak menjawab lalu ia beranjak dari duduknya untuk mencari tempat lain, ia merasa enggan jika dekat dengan lelaki itu walau ia tau Devan sepertinya tak tertarik dengan perempuan karena yah kalian pasti tau kan. "Eh lo kau kemana? "Devan ikut berdiri dan yang membuat Fio terkejut adalah tangannya dipegang oleh laki-laki itu. " Gak usah pegang tangan gue! "Fio menepis kasar tangan Devan hingga membuat Devan juga terkejut. Murid-murid yang berada di dalam perpustakaan itu memandang keributan yang terjadi antara Fio dan Devan tapi setelah mendapat tatapan tajam dari Devan membuat mereka kembali pada aktivitasnya masing-masing. Devan kembali menoleh menatap Fio yang juga menatapnya. Ia mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Fio, Fio merasa gugup dan pastinya kedua sisi pipinya memerah karena ditatap seperti itu. Beberapa murid yang tak sengaja melihat mereka berdua bersiul-siul dan bersorak tapi tak lama mereka diam karena ditegur oleh petugas perpus. Fio memundurkan badannya hingga pinggangnya terbentur salah satu bangku di sebelahnya. Devan tertegun ketika tadi sempat menatap mendalam pada manik mata yang sangat indah itu menurutnya serta kedua mata gadis itu pula seperti mengingatkan seseorang di masa lalunya. "Mata teduh itu? "gumam Devan lalu ia menegakkan tubuhnya dan menatap biasa pada gadis itu yang nampak merasa risih padanya. " Gue tau, lo pasti jijik dekat gue!"sarkas Devan lalu ia kembali ke tempat semula dan mengerjakan tugas bahasa Indonesia yang diberikan oleh bu Ana. Fio tersentak ketika dilihat laki-laki itu sepertinya merasa marah padanya padahal maksudnya bukan merasa jijik tapi ia hanya tak suka dekat dengan orang asing. "Fio? "panggil Resha yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. " Ayo ngerjakin tugas. " ... " Ini buku-buku kalian. "Noel menyodorkan sebuah tumpukkan beberapa buku yang berada ditangannya ke depan para ketiga gadis yang sedang nongkrong di halaman belakang sekolah. " Oh, taruh sana aja!"suruh seorang gadis berambut ombre seraya mengibaskan rambutnya lalu tangannya menunjuk salah satu meja di samping dinding pagar. Dua gadis yang lain sibuk dengan ponselnya masing-masing bahkan sepertinya mengabaikan kehadiran Noel yang sedang membawakan buku mereka. Noel menghela napasnya mencoba bersabar melihat mereka bertiga yang semena-mena padanya. Ia pun menaruh buku-buku milik ketiga gadis itu di meja kayu dekat dinding pagar halaman belakang. Setelah itu Noel pergi tanpa berucap apapun. "Gue gak yakin tuh cowok culun bisa ngerjakin tugas kita, dia anak ips cuy, "ujar seorang gadis berambut ombre tadi. " Lha kenapa dia kan tampang-tampang anak pinter, bisa jadi dia menguasai pelajaran ipa juga kan? Ye nggak? "gadis berambut pendek berwarna hitam legam itu memandang kedua temannya santai. " Betul tuh kata Vita,"balas seorang gadis berambut sebahu dengan seringainya. "Tapi kalau nanti kita salah dugaan gimana? Dapet nilai jelek? Ah gue males kalau ngerjakin tugas itu lagi. "gadis berambut ombre itu menggerucutkan bibirnya maju ke depan. Mereka terdiam dan berpikir sejenak ucapan temannya itu ada benarnya juga. " Tenang saja Bella, gue udah punya ide. "gadis berambut sebahu itu menjentikkan jarinya dan terkekeh pelan. " Ide apa tuh Sis? "tanya Vita kepo. " Rahasia dong," jawab Siska tanpa menoleh pada kedua temannya. "Ah gak asik elu mah. " " Ntar lo tau hukuman yang gue berikan pada tuh cowok cupu kalau nilai kita jelek, lo bakal seneng. Sekarang tolong bantuin gue kuncirin rambut gue harus rapih! " ... Seorang lelaki berkulit sawo matang tengah berbaring di atas ranjangnya yang hanya cukup untuk tidur satu orang saja. Lelaki itu memiliki bibir tebal yang sangat seksi apalagi warna merah muda yang sungguh menggoda bagi kaum hawa yang melihatnya, beda dari yang lain lelaki itu memilih menjadi anggota petugas kesehatan daripada bidang olahraga entahlah ia hanya suka saja mengikuti apapun yang digelutinya dan ada alasan juga ia mengikuti itu membuat dirinya jadi lebih muda mengobati sang kekasih yang kerap sekali bertengkar dengan seseorang entah siapa itu pastinya kekasihnya itu sangat suka sekali berbuat onar hingga dirinya sudah malas menasehatinya. Ketika lelaki itu menutup kedua matanya sejenak setelah menghela napasnya lelah tiba-tiba teringat masa lalunya saat ia masih berumur lima tahun dengan seorang gadis berkulit putih s**u yang imut baginya apalagi ketika menangis sangat membuat dirinya lebih suka menggodanya lagi, lagi dan lagi. "Epan suka apa? "tanya seorang anak perempuan berumur 5 tahun sama seperti laki-laki yang duduk di sebelahnya. " Suka... "laki-laki itu nampak berpikir lalu kedua matanya menatap anak perempuan itu yang juga menatapnya dengan kedua mata indahnya yang membuat dirinya betah terus-terusan menatap manik mata itu. " Mata Iyo, mata Iyo bagus. Epan suka. " anak laki-laki yang bernama Epan itu menangkupkan kedua tangannya pada kedua sisi pipi gembul Iyo, anak perempuan tadi sekaligus temannya. " Epan ngapain? "tanya Iyo polos. Epan mendekatkan wajahnya untuk menatap manik mata yang sangat indah itu, menikmati kedua mata yang teduh sungguh baginya ia ingin terus melihatnya bahkan selamanya tapi teringat jika beberapa hari lagi ia akan ikut papahnya untuk pindah rumah. "Kenapa Epan suka mata Iyo? Iyo cantik kan? "kedua mata Iyo mengerjap beberapa kali hingga membuat Epan gemas sendiri dan berakhir mencubit salah satu pipi Iyo. " Sakit Epan! "ringis Iyo sambil mengusap pipinya yang dicubit oleh Epan. " Hehe Iyo lucu, Epan suka. " " Semuanya Epan suka? "tanya Iyo lagi yang masih bingung. Epan hanya menganggukkan kepalanya lalu wajah yang tadinya cerita seketika berubah sedih ketika mengingat sebentar lagi dirinya tak akan bertemu dengan Iyo, teman satu-satunya yang bisa diajak bermain olehnya. " Epan napa sedih? Sini Iyo usapin air matanya,"celoteh Iyo dengan nadanya yang sangat polos sekali. Iyo mendekat ke Epan lalu Iyo mengusap air mata Epan yang mengucur deras disertai isakan kecil dari mulut Epan. "Epan mau hiks pindah hiks hiks. "Epan menangis dan menjerit membuat Iyo juga ikut menangis. " Epan jangan pergi hiks hiks, Iyo juga suka Epan hiks hiks. Epan suka ngelindungi Iyo, jadi Iyo suka hiks hiks. " " DEVAN! LO NANGIS? "suara seseorang mengaggetkan dirinya yang tengah mengingat-ingat masa lalunya dengan teman masa kecilnya. Tunggu dulu... Manik mata itu? Bukannya gadis tadi... Devan terdiam lagi hingga membuat sosok di sampingnya geram sendiri lalu memukul bahunya keras membuat Devan akhirnya menoleh padanya dengan meringis kesakitan akibat ulahnya. "Sorry gue gampar lo, lagian lo nangis plus bengong juga, gue jadi takut lo kenapa-napa. "Laki-laki itu langsung mengambil posisi duduk dekat Devan ketika Devan juga duduk. " Kenapa ke sini Ken? "tanya Devan pada kekasihnya yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya dan menggetkan dirinya tadi. " Temenin gue makan, gue pengen makan di mall. Entahlah pengen aja. "Kenzo menatap Devan dengan tatapan memuja karena lelaki itu sangat tampan darimana pun juga. " Kan lo bisa chat gue, kalau lo ke sini. Jadinya lo harus nunggu gue ganti baju. "Devan pun menyuruh untuk keluar kamarnya terlebih dahulu. Entahlah akhir-akhir ini Devan sering memikirkan teman masa kecil bahkan di sekolah pun juga, ia jadi khawatir dengan temannya itu. Apakah saat ini baik-baik saja? Ataukah sebaliknya? Devan snagat merindukan Iyo, Iyo adalah temannya yang sangat pengertian, sosok temannya yang sangat membuat dirinya melupakan masalah yang pernah menimpanya dan waktu kecil dulu. "Gue rindu lo Yo, kapan kita bisa bertemu lagi? "gumam Devan sembari menatap pigura yang terpajang di dinding kamarnya. Fotonya dimasa kecil saat pertama kali masuk taman kanak-kanak bersama Iyo dengan memakai baju adat dari Bali. Kedua anak itu nampak tersenyum cerah ke arah kamera sambil bergandengan tangan sangat erat seolah perpisahan itu tak terjadi dan foto kedua juga terlihat mereka sama-sama memakai kostum beladiri disertai kalung mendali melingkar indah di leher masing-masing dari mereka berdua. Itu adalah mendali yang dibeli papahnya dulu agar fotonya lebih bagus lagi katanya dulu. Devan juga tersenyum ketika mendapati gelang yang berada di atas meja samping pigura foto ibundanya, gelang itu ia miliki saat dirinya bersama sosok gadis bermata teduh dulu. Gelang itu juga masih tersimpan sangat rapi dan akan digunakan dirinya untuk mencari teman masa kecilnya itu. Cinta pertamanya juga di masa kecil entahlah ja baru menyadarinya. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD