2 ; Keputusan

1250 Words
Kirey menghela nafas. Dia memperhatikan Edward yang duduk di bawah pohon besar kerajaan, saudaranya itu terlihat tertekan dengan fakta bahwa dia tidak lagi bisa melihat. Sekalipun Edward bisa terlihat baik-baik saja, namun tidak dengan hatinya. Dan Kirey tahu akan hal itu. Beberapa hari usai sadar, Edward sangat jarang bicara dan berkumpul. Dia bergerak hanya dengan memanfaatkan kekuatan vampirnya. Itu…cukup menyedihkan. “Kau datang?” “Indramu cukup peka, Ed!” Edward tersenyum. Dia tahu jika Kirey bahkan sudah berdiri selama beberapa menit di depan pintu, memperhatikannya. Benar memang Ed tidak lagi bisa melihat apa-apa, hanya ada kegelapan. Namun dia seorang vampire, dan rangsangan adalah hal yang kini membuat Edward bisa bertahan. Hanya selang beberapa hari, dia sudah kembali mengenali lika-liku istana yang sudah selesai di bangun setelah perang besar itu. Kirey duduk di sebelah Ed. “Ada yang ingin aku bicarakan padamu, Na!” “Kenapa?” “Dengar, ini mungkin terdengar bukan ide yang baik. Tapi…aku membuat sebuah keputusan yang baik untukku, juga baik untuk klan Vampire.” “Kenapa keputusanmu kali ini terdengar seperti sesuatu yang berat, Ed?” Sebuah senyuman tercetak di bibir Edward. Sekalipun dia tidak tahu ekspresi adiknya—Kireyna, saat ini, tapi Edward mengalihkan duduknya dan menghadap Kirey sepenuhnya. Menyentuh wajah Kirey, dan mengambil tangannya. “Aku memutuskan untuk kembali ke bumi, ini bukan tempatku, Na.” “Ed, dengar. Bukannya aku berniat untuk…” “Tolong jangan melarangku kali ini, Na. Mungkin keputusanku bukanlah sesuatu yang terbaik, juga bukan keputusan yang salah. Aku hanya merasa tidak ada gunanya jika aku terus berada di sini. Aku hanya ingin kembali ke bumi, menjalani kehidupanku sendiri. Aku mohon, Na!” Kirey memijat keningnya. Jika Edward ingin kembali ke bumi, sebenarnya itu bukan keputusan yang buruk. Lagipula, Kirey juga ingin melihat keadaan bumi saat ini. Dia ingin bertemu dengan ayah ibu mereka di sana. Namun masalahnya, Edward baru hidup kembali, dan Kirey tidak bisa membayangkan hal buruk apa yang nantinya terjadi pada Edward. “Kirey, aku tahu kau mengkhawatirkanku, sangat tahu malah. Tapi ini adalah keputusanku sendiri, dan apapun nanti resiko yang harus aku hadapi, aku siap dengan hal itu. Kau tidak perlu terlalu khawatir, aku bahkan berhutang nyawa padamu. Travold mengatakan semuanya padaku!” Sejujurnya, Kirey tidak pernah merasa begitu. Edward itu saudaranya, dan apapun akan Kirey lakukan untuknya. Entah kenapa saja, perasaan Kirey tidak begitu yakin saat Edward meminta untuk kembali ke bumi. Keadaan dunia paralel saat ini masih kurang stabil, perang besar yang belum lama terjadi itu, pasti banyak meninggalkan bekas-bekas yang tidak terlihat. “Well, jika itu keputusanmu, aku bisa apa Ed?” *** Acara perpisahan berlangsung dengan cukup meriah, terlihat dari persiapan yang dilakukan pada klan vampire sejak Kirey memberikan izin pada Edward untuk kembali ke bumi. Rakyat klan Vampire itu benar-benar begitu memberikan yang terbaik. Sayangnya, Edward tidak bisa melihat seperti apa persiapan yang dilakukan orang-orang itu padanya. Baginya, selain gelap yang terlihat, tidak ada perasaan apapun bagi Edward. Sss Segelintir angin itu membuat Edward terjaga. Tubuhnya refleks berdiri, dan memperhatikan sekitar. Edward tengah bersantai di daerah perbatasan, dekat dengan tebing. Tadinya, dia tidak ingin melakukan hal itu, namun dia ingin menjelajahi dunia paralel ini. “Ternyata masih ada rakyat yang mengakuimu, pangeran Edward…bukan,maksudku, King Edward!” “Siapa di sana!” Suara itu tidak familier bagi Edward. Rasanya itu adalah suara yang baru, dan jelas bukan suara yang ramah. Edward yang tidak bisa melihat, sedikit merasa kesusahan. “Tenang saja, aku tidak akan melukai orang cacat sepertimu. Aku kemari hanya ingin melihat seperti apa keadaan sehabis perang.” Lama-lama Edward merasa suara itu memang pernah dia dengar. Jika tidak salah, ketika adiknya Kirey di sergap di bawah goa bersalju, tempat para penyihir hitam itu bersembunyi. Satu-satunya penyihir hitam yang selamat dari amukan Kirey saat itu hanyalah…Tana Ha ke-II. “Tana ke-II, apa itu kau?” Wanita paruh baya itu tersenyum jahat. Dia memperhatikan Edward dengan tatapan remeh, bisa saja dia membunuh Edward saat ini. Namun, Tana tidak bisa melakukan hal itu. “Kau masih mengingatku ternyata, bocah!” “Ada apa kau kemari? Seharusnya kau tidak sepercaya diri ini untuk menunjukkan wajah buruk rupamu!” “Buruk rupa? Tidakkah kau sadar siapa yang buruk rupa, Edward? Tanpa penglihatan, kau sama saja seperti sampah. Bahkan, lebih rendah daripada itu. Kau adalah aib untuk adikmu, dan juga Travold. Tidakkah kau tahu akan hal itu?” Tangan Edward terkepal kuat. Perasaan Edward sedikit sensitif jika sudah berbicara mengenai kekurangan yang dia alami saat ini. Edward merasa jika dia memang tidak pernah pantas untuk berada di dunia ini. “Apa yang kau inginkan, Tana? Aku tidak punya waktu untuk meladeni orang sepertimu!” “Haruskah aku mengatakan apa niatku? Aku hanya ingin membunuhmu, tapi, mungkin itu tidak akan terjadi saat ini. Aku akan membunuhmu dengan cara paling keji, ketika kau sudah tidak lagi berada di sini!” “Dasar sialan!” “Aku pergi dulu, cacat. Harusnya kau melompat saja ke jurang itu, agar kau tahu bagaimana rasanya. Sampai jumpa di bumi, aku pastikan akan menjumpaimu setelah kau tiba di sana!” Desiran angin itu membuat Edward tahu jika Tana ke-II sepertinya sudah pergi. Badan Edward meluruh, dan terduduk di tepi batu, tempat dia menyandarkan tubuhnya tadi. Tangannya terkepal, Edward ingin marah, tapi kepada siapa? Harusnya Edward marah pada Kirey? Itu jelas tidak masuk akal, sebab adiknya itu juga sudah bertaruh nyawa demi membangkitkannya kembali. Sesuatu hal yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya, namun adiknya itu mampu melakukannya. Kini Edward sadar, jika kuasa dari keinginan yang kuat benar-benar sangat besar dan luar biasa. “Edward!!” Teriakan itu membuat Edward mundur satu langkah. Suara itu pasti milik Kirey, tidak salah lagi. Sebelum Edward pergi dari tepi jurang itu, lelaki itu berhenti sejenak. Rasanya, memang ada yang memperhatikannya dari jauh. Namun itu jelas bukan Tana, karena auranya kali ini jauh lebih kuat daripada penyihir hitam itu. “Ed….” Mendengar teriakan itu, Edward lekas tersadar dari lamunannya. Diraihnya pisau kecil yang terletak di atas batu, lalu Edward berlari dengan kekuatan vampirnya. Tepat sebelum Kirey mengetahui jika lagi-lagi Edward mengunjungi tepi jurang, yang menjadi area terlarang. “Ed…akhirnya, kau darimana saja? Sejak tadi pagi aku mencarimu, namun tidak mendapatimu!” Kirey turun dari iguananya, gadis itu memeriksa keadaan Edward. Tidak ada luka, dan hanya bekas tanah saja yang tercetak di baju belakang Edward. “Aku hanya duduk di sekitar sini untuk mencari udara segar, kenapa kau harus mencariku, hmm?” Senyuman Edward membuat Kirey tidak bisa berbuat apa-apa. Dipeluknya tubuh saudaranya itu erat, seolah tidak ingin melakukan perpisahan. Edward melakukan hal yang sama, dia juga memeluk Kirey dengan cukup erat. “Bisakah kau tidak usah kembali ke bumi, Ed? Aku takut, jika musuh-musuh kita ada yang melarikan diri ke sana. Aku bahkan lebih takut, jika mereka tahu kau akan kembali, dan mereka akan melakukan hal yang tidak aku inginkan!” Melepas pelukannya, Edward meraba-raba, dan begitu mendapatkan wajah Kirey. Dia mengelus wajah adiknya itu, dan tersenyum lagi. “Aku pasti akan baik-baik saja, Kirey. Kau tidak perlu sekhawatir itu padaku, lagipula, siapa yang akan berani menyentuh seorang Edward? Itu tidak akan pernah terjadi, aku yakin kau akan selalu ada untukku, benar begitu?” “Ku tak bisa mengatakan apa-apa lagi, ayo naik, dia merindukanmu juga!” “Apa dia masih sama saja?” “Dia tetap sama saja, dia menunduk, ulurkan tanganmu padanya!” Mengikuti arahan Kirey, Edward merasakan sesuatu yang basah menjilati wajahnya. Edward tersenyum, tangannya mengelus Iguana milik Kirey. Hewan yang sejak dulu selalu membantu adiknya itu. Edward lekas naik di bantu oleh Kirey. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD