bc

Young CEO (Bahasa Indonesia)

book_age18+
8.3K
FOLLOW
143.0K
READ
billionaire
love-triangle
arrogant
manipulative
CEO
boss
drama
sweet
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

21+

NOT FOR CHILDREN AREA

Karena kesalahannya, Wendy yang baru saja ditinggalkan calon suaminya karena dianggap membosankan, harus berhadapan dengan Millian, seorang CEO tampan dan sangat memesona yang usianya lebih muda darinya.

“Sebagai ganti rugi, kau harus membayar kesalahan yang kau lakukan seumur hidupmu.”

Wendy menatap nyalang pada Millian yang menyeringai puas. “Kau merencanakan ini?”

Millian menyeringai puas. “Menurutmu?”

“Sebenarnya apa maumu?”

“Membuatmu, jadi milikku. Tentu saja. Memang apa lagi?”

Bagaimana kisah ini akan berlanjut? Akankah Millian berhasil menjerat Wendy?

Baca Selengkapnya...

[COMPLETE]

chap-preview
Free preview
1. Ketika Aku Melihatmu
Suasana lobi kantor yang biasanya tampak lengang, kini begitu ramai dan penuh dengan semua karyawan yang bersiap menyambut pemimpin perusahaan baru mereka. Satu minggu yang lalu, pemimpin perusahaan mereka memutuskan untuk pensiun dan menikmati hari tua tanpa dipusingkan dengan urusan perusahaan. Sehingga hari ini, pemimpin baru akan datang, gosipnya pemimpin perusahaan baru yang merupakan putera tunggal sang pemimpin lama merupakan pria yang masih cukup muda, tampan dan tentu saja masih single. Tak banyak yang mengenal sosok pria itu, karena dia selama ini tinggal diluar negeri. Namun dari gossip yang berkembang, dia memang sesempurna itu.   “Kalian ini kenapa? Tumben sekali berdandan sehebat itu.” Komentar seorang wanita pada rekannya yang sedang memoleskan berbagai make up pada permukaan wajah mereka. Dia Wendy Camella, seorang wanita berusia 36 tahun yang memang selalu tampil sederhana dan apa adanya. Meski begitu, wanita yang memiliki perawakan cukup mungil itu memang sangat anggun dan cantik, walaupun tanpa penampilan mahal dan mewah.   “Ms.Camella. kau seharusnya berdandan juga. Kau tak tau gosip dikantor? Mr. Wesley, Bos kita yang baru itu. Masih single dan pastinya, sangat tampan. Siapa tau dia berminat padamu kan?”   Wendy menggelengkan kepalanya pelan mendengar ujaran salah satu rekan kerjanya itu. Tak habis pikir dengan jalan pikiran mereka.   “Ahh—aku lupa. Kau telah memiliki kekasih, tentu saja kau tak akan berminat pada Mr. Wesley kan?” tanya rekannya yang lain. “Tapi bagus, saingan kita jadi berkurang.” Ujarnya seraya tertawa pelan.   “Meskipun aku tak memiliki kekasih, memangnya yakin Mr. Wesley akan tertarik?” Wendy terkekeh pelan. “Orang seperti mereka hanya akan tertarik pada kaum seperti mereka juga. Lelaki tampan akan memilih wanita yang cantik, lelaki kaya akan memilih wanita kaya. Hidup ini bukan cerita romantis tentang seorang Billionaire yang akan mencintai karyawan biasa seperti kita. Tidak usah terlalu banyak berharap.” Jelasnya diiringi tawa ringan.   Dua rekan Wendy merengut kemudian menyimpan bedak dan lipstick ditangannya. “Kau membuatku patah hati.”   Wendy kembali tertawa. “Maafkan aku, aku hanya membawa kalian kembali kedunia nyata.”   Ketiga orang itu kemudian berdiri seperti karyawan lainnya disepanjang lobi kantor. Menyambut sang pemimpin perusahaan yang telah turun dari dalam mobil mewah berwarna hitam yang begitu mengkilap. Semua orang menunduk memberi hormat secara bersamaan kemudian berdiri kembali, menghadap sang pemimpin baru.   “Selamat datang diperusahaan Mr. Wesley.” Sapa seorang petinggi seraya menyalami pria itu.   “Ya--.” Balas pria itu.   Semua orang tekesima. Tentu saja. Siapa yang tak akan terkesima pada sosok menawan itu? Pria sempurna dengan tubuh tinggi tegap, wajahnya begitu rupawan dengan rahang yang tercetak sempurna, mata setajam elang dihiasi bulu mata yang lentik dan juga alis yang tegas, bibir penuh yang begitu menggoda serta juga hidung lancip yang semakin memberi kesan sempurna pada pria itu. Jangan lupakan, suara bariton yang terdengar begitu tegas, namun entah kenapa terkesan sangat seksi ditelinga mereka.   “Tampan--.” Bisik rekan Wendy.   “St--.” Tegur Wendy, ia melirik sesaat pada rekannya kemudian menatap kembali kearah depan.   Wendy menahan nafasnya, dadanya bahkan berdegup kencang karena terkejut, ia tertegun untuk sesaat, saat tanpa sengaja matanya bertubrukan dengan obsidian milik pemimpin barunya. Ia segera menunduk, menghindari tatapan itu. Tatapan yang begitu mengintimidasi dan membuatnya sedikit gentar. Namun setelah itu entah perasaannya saja, atau memang benar. Tapi ia merasakan seseorang menatapnya dengan sangat intens, tapi ia berusaha mengabaikan perasaan anehnya itu.   Sampai akhirnya pria itu melintas didepannya dan perasaan dirinya ditatap tajam pun hilang. Namun pria itu membuat semua orang, termasuk dirinya kembali menahan nafas. Demi neptunus, aroma yang menguar dari pemimpin mereka itu begitu memabukan, menggoda dan mengintimidasi dalam waktu bersamaan.   “Ms Camella. Seharusnya kau melihatnya tadi. Dia menatapmu.” Ujar antusias rekannya. “Aku rasa dia tertarik padamu.” Lanjutnya.   “Mungkin dia marah padaku karena menegur kalian didepannya? Aku pasti dinilai tak sopan.” Ujar Wendy pelan.   “Ms Camella. Seandainya Mr. Wesley tertarik padamu. Apa yang akan kau lakukan?”   Wendy tertawa sumbang. “Jangan mengada-ngada.”   “Kan seandainya.”   “Kalau begitu. Jangan berandai-andai. Ayo kembali keruangan kita sekarang.” Tegasnya seraya berlalu meninggalkan lobi, seperti karyawan lainnya.   Seandainya Mr. Wesley tertarik padamu. Apa yang akan kau lakukan?   Pertanyaan itu kembali mengalun dipikirannya. Apa yang akan ia lakukan jika memang benar?   Wendy menggelengkan kepalanya pelan. Tak perlu dipikirkan Wendy. Kau memiliki Brian. Kekasihmu. Ingat itu!   ***   “Cari tau tentang dia.”   “Siapa?”   “Wanita yang menguncir rambutnya.”   “Dia?”   “Hm.”   Pria itu. Millian Wesley. Seorang pria berumur tiga puluh tahun yang memang sangat sempurna, dunia seolah telah berada dalam genggamannya. Kekayaan, ketampanan. Semuanya ia miliki. Lalu, wanita? Jangan ragukan. Bahkan banyak wanita yang rela dikencani pria itu walaupun hanya satu malam. Mereka merelakan segalanya demi berkencan dengan pria itu. Bahkan harga diri sekalipun. Sementara yang berada di samping Millian adalah Carlos Peter, asisten sekaligus sekretaris pribadinya. Dia adalah sahabatnya yang telah berada di perusahaan lebih lama darinya. Sehingga dia cukup mengenal suasana perusahaan lebih dari siapapun.   Pintu lift itu terbuka begitu mereka sampai dilantai teratas gedung pencakar langit itu. Keduanya kini berjalan beriringan menuju ruangan yang akan ditempati Millian.   “Kau tertarik padanya?” tanya Carlos.   Millian mengulas senyumannya, sangat tipis bahkan nyaris tak terlihat. Ia membuka satu kancing jas yang dikenakannya kemudian duduk dikursi kebesarannya. Setelah itu menatap Carlos yang kini berdiri dihadapannya.   “Menurutmu?”   Carlos membaca sebuah biodata didalam sebuah benda dalam genggamannya. “Dia Wendy Camella salah satu staff dibagian perencanaan. Dia cukup populer karena sempat banyak yang tertarik padanya. Tapi aku dengar kalau Ms Camella telah memiliki kekasih dan akan segera menikah.”   Millian terdiam sesaat kemudian menyeringai. “Akan segera menikah?”   “Ya, jangan macam-macam.”   Kedikan dibahu diberikan Millian. “Lihat saja nanti.”   “Aku sudah memperingatimu.”   “Kau bisa kembali ke tempatmu Peter.” Ujarnya seraya membuka satu dokumen yang berada tepat dihadapannya.   Carlos menunduk sesaat kemudian segera undur diri.   Bersamaan dengan itu Millian sibuk membaca seluruh isi dokumen yang ia buka tadi. Membacanya sedetail mungkin dan memastikan tak ada yang terlewat. Begitu obsidiannya sampai pada penanggung jawab project tersebut. Ia menyeringai.   Wendy Camella   I got you, baby.   Setelah memandangi dokumen cukup lama, Millian kemudian menyambungkan saluran telepon pada Carlos.   “Peter.”   “Ya.”   “Atur pertemuan dengan team perencanaan. Aku ingin mendengar kejelasan tentang project parfume yang mereka rencanakan didalam proposal ini.”   “Bagian staff Presedir sudah mengaturnya dan akan diadakan tiga hari lagi.”   “Tidak. Aku ingin hari ini. Pastikan semua staff yang terlibat menghadiri rapat. Lalu katakan pada mereka. Aku akan hadir dalam pertemuan itu.”   ***   “Ini gila!” gerutu seorang wanita yang berada diruangan perencanaan. Setelah mendengar kabar bahwa Millian akan ikut andil dalam pertemuan itu. Tak hanya itu, bahkan rapat yang seharusnya diadakan beberapa hari lagi, dengan seenaknya diminta menjadi hari ini.   “Akan selalu ada sisi iblis pada wajah yang seperti malaikat.” Gerutu wanita lainnya.   “Aku bersumpah tak akan pernah memujinya lagi! Aku menyesal.”   “Daripada kalian mengeluh sebaiknya persiapkan diri kalian.” Balas Wendy. “Aku sudah mengirim detail rancangan parfume itu pada email kalian. Baca dengan teliti, pelajari dengan benar dan pastikan jangan sampai kalian tak bisa menjawab pertanyaan dari Mr. Wesley.” Lanjutnya dengan nada yang sangat dingin.   Wendy kemudian menatap beberapa rekannya. “Seperti yang selalu aku bilang. Jangan pernah memuji seseorang dengan berlebihan jika kau tak ingin kecewa.” Ujarnya diiringi senyuman.   Sebenarnya dalam hati Wendy juga mengutuki pemimpin baru perusahaannya. Hanya aja mengutuk tak akan pernah menyelesaikan masalah bukan? Justru malah akan membuang-buang tenaga.   “Apa Mr. Wesley benar-benar marah padamu Ms Camella? Sampai-sampai menghukum divisi kita begini?”   “Argh! Harusnya tadi aku tidak banyak berbicara!”   Wendy termenung sesaat. Benarkah hanya karena hal itu, mereka satu divisi mendapatkan hukumannya? Seharusnya jika memang ia yang salah, hanya dirinya yang terkena imbasnya. Bukan satu divisi seperti ini. Bukan?   . . .   Selama melaksanakan presentasi Wendy merasa risih, ia seperti sedang di telanjangi oleh tatapan sang pemimpin perusahaan. Pria itu menatapnya dengan begitu intens dan sangat tajam. Dia bahkan terus menatapnya tepat dimanik matanya, seolah jika dia berpaling ia akan menghilang. Wendy berpikir bahwa mungkin dirinya memang melakukan kesalahan yang fatal tadi. Sampai dirinya ditatap layaknya orang bersalah. Tapi apakah harus ditatap seperti itu? Ia rasa tak perlu.   Sementara itu siapa yang tau isi pikiran Millian? Bukannya mendengarkan presentasi Wendy. Ia justru fokus pada bibir wanita itu yang mengeluarkan suara mendayu lembut namun terdengar sangat tegas secara bersamaan. Suaranya sangat seksi dan begitu menggoda. Pikiran Millian mendadak liar.   Bagaimana jika wanita itu mendesah? Mungkin suaranya akan sangat indah. Pikirnya.   “Demikian rencana project parfume yang kami ajukan ini. Terimakasih.”   Millian menghembuskan nafasnya pelan, menetralisir pikiran kotornya terhadap wanita yang baru ia temui itu.   “Rencana yang cukup bagus. Dalam waktu satu minggu pastikan sampel dari parfume itu siap dan setelah itu kita adakan pertemuan lagi.” Ujar Millian kemudian berdiri beranjak menuju pintu keluar, namun saat berhadapan dengan Wendy. Pria itu berhenti lalu menatap wanita itu tepat pada manik matanya yang ternyata sangat indah.   “Kerja bagus.” Ujar Millian sebelum akhirnya benar-benar berlalu meninggalkan ruangan rapat.   Hembusan nafas lega terdengar begitu Millian meninggalkan ruangan. Namun bukannya menghela nafas lega, Wendy justru merasa terbebani, karena itulah ia mengejar Millian dan menginterupsi langkah pimpinannya itu.   “Mr. Wesley maafkan saya.”   Millian menghentikan langkahnya kemudian berbalik.    “Saya mungkin lancang tadi pagi. Anda mungkin marah sampai-sampai anda meminta pertemuan ini dipercepat.”   Millian menaikkan satu alisnya. Ia menatap wanita itu yang kini sedikit menunduk. “Aku tak marah dan aku bukan orang seperti itu. Bagiku pekerjaan tetaplah pekerjaan. Aku sangat professional, jika itu yang ingin kau tau.”   Wendy tertegun. Jadi bukan karena tadi pagi ya? Wanita itu meringis pelan. Seharusnya ia tau itu dan tak seharusnya menuduh pemimpin baru mereka bertindak tidak professional seperti itu. Ia pasti telah melakukan kesalahan yang lebih besar dan pasti melukai perasaan pimpinannya tersebut.   “Maafkan saya Mr. Wesley.” Kali ini Wendy menatap Millian. “Saya pastikan akan mendapatkan parfume sesuai selera anda.”   “Hm.” Gumam Millian. “Ada lagi?”   “Tidak. Terimakasih Mr. Wesley. Mohon maaf mengganggu waktu anda.”   Millian bergumam lagi kemudian berbalik meninggalkan Wendy dengan sebuah seringaian kecil.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

The Ensnared by Love

read
104.0K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

Perfect Marriage Partner

read
810.4K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
580.1K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.9K
bc

Marriage Agreement

read
590.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook