bc

ADIRA [Hold Me]

book_age18+
1.5K
FOLLOW
7.4K
READ
love-triangle
love after marriage
fated
goodgirl
sensitive
drama
bxg
secrets
sassy
like
intro-logo
Blurb

[BAHASA + ENGLISH]

Ditinggal menikah. Rasanya pasti akan sakit dan menyedihkan bila kekasih yang kita cintai selama bertahun-tahun memutuskan hubungan dengan alasan ‘bosan’ dan menikahi perempuan lain. Itulah yang dirasakan oleh Ara.

Hati yang utuh itu sudah hancur berkeping-keping, ia kecewa dengan sang mantan—Jovan usai menyerahkan miliknya yang begitu berharga dan dijaga dengan baik selama ini. Ara mengalami depresi. Putus asa, dirinya nyaris bunuh diri. Namun, Tuhan Maha Baik. Seseorang datang mencegahnya melakukan bunuh diri untuk terjun dari jembatan layang. Insiden itu membuat Ara semakin tidak bisa mengontrol diri, untung saja Adimas -orang tersebut memberikannya dukungan positif. Hingga suatu hari Adimas melamarnya secara mendadak. Ara yang terkejut pun tak bisa berkata-kata. Hubungan mereka yang semula dokter dengan pasien pun berubah.

Setelah menikah, berbagai kejutan hadir tanpa disangka. Sampai, dia harus kembali berhadapan dengan Jovan yang meminta sesuatu darinya yang begitu berharga secara paksa. Bagaimana Ara akan menghadapi ini semua?

chap-preview
Free preview
Chapter 1
RUANGAN besar dengan minimnya pencahayaan di sana membuat seorang perempuan berusia 25 tahun bersusah payah melepaskan pelukan erat orang yang berada di belakangnya. Kepalanya terasa pusing dan sedikit berkedut sakit tatkala dia terbangun tiba-tiba oleh bunyi alarm di atas nakas. Tunggu dulu, dia merasakan ada hal ganjil di sini. Rambut yang berantakan, bau aneh di dekatnya, bagian atasnya yang terekspos, tangan orang yang melingkar diperutnya tanpa ada penghalang apapun —termasuk baju. Hanya ada satu selimut disana. "Oh, s**t!" Beberapa detik kemudian dia sadar. Bagian paling diingatnya semalam adalah membawa orang dibelakangnya, Jovan —sekaligus kekasihnya ini yang semalan mabuk ke hotel terdekat karena sulit menenangkan lelaki itu. Dan detik kemudian dia ingat saat di dalam rumah, mereka melakukannya. Bodoh! Kenapa hal seperti itu bisa terjadi?  Sekeras apapun Ara mencoba mengingatnya, yang ingat justru bagian yang cukup malu untuk ia bicarakan. Apalagi, sepertinya, ia mengalunkan nama Jovan berulang kali dalam penyatuan mereka. Ini masih tidak benar, dengan cepat Ara semakin menarik selimut dan melirik Jovan. "Babe, wake up. Ini udah pagi," Dia tampak menggoyangkan bahu lelaki itu. Arrabella atau biasa dipanggil Ara, nama cantik yang kini hanya berduaan dengan Jovan di kamar hotel mewah. Telanjang, tanpa busana sedikitpun. Hanya tersisa satu selimut yang menutupi tubuh mulus keduanya. Pergerakan Jovan mulai terasa saat dia mulai terusik dengan suara rendah Ara. Perlahan matanya terbuka dan mengerjap pelan untuk memastikan pandangannya sudah jelas. Sebuah senyuman dia lemparkan melihat Ara di sampingnya menatapnya dengan intens. Bukannya melonggarkan pelukan atau terkejut seperti perempuan itu, Jovan justru semakin mengeratkan tangan yang melingkar di perut Ara dan mengecup lehernya dengan lembut. "Good morning. Gimana perasaannya? Semalem kita luar biasa," bisik Jovan membuat sekujur tubuh Ara merinding dengan kata-katanya. "Jov, kita belum menikah. Ini salah. Bisakah kamu melepaskan pelukanmu? Dan cepat pakai pakaianmu," kata Ara. Saat hendak bangun, Jovan justru menariknya hingga berada di posisi semula. Tentu saja, dia tidak ingin kehilangan kesempatan yang bagus ini bersama kekasihnya. Bertahun-tahun berpacaran, akhirnya hal yang didambakannya sudah tiba. Apalagi hari ini juga hari yang sangat istimewa baginya, sangat. Jovan mendudukkan Ara dan masih tidak mau melepaskan lingkaran tangannya. Dagunya sudah jatuh ke ceruk leher Ara dan kembali mencium aroma rambut yang sudah lama dia rindukan. "I miss you, babe. Anggap saja ini hadiah setelah sekian lama kita gak ketemu karena kamu di Korea untuk mengejar S2 mu," ungkap Jovan lalu memainkan rambut Ara. "Kamu kangen tapi gak pernah kasih kabar. Sebenernya selama kita LDR kamu ngapain, Jov? Aku di Korea gak macem-macem kok," jelas Ara. Jovan terdiam cukup lama —memikirkan cara untuk menjawab dengan kata-kata yang pas. Takut jika Ara terluka atau sakit hati. "Aku cari kerja, Ra. Susah buat cari pekerjaan yang cocok buat aku dan untungnya sekarang aku dapat jabatan yang bagus selama satu tahun ini. Sorry." Ia berbohong dengan mudahnya. Pekerjaan? Bahkan seorang Jovan Erlangga sudah ditetapkan akan menjadi CEO dalam perusahaan milik keluarganya sekaligus pewaris sah atas pelimpahan kekuasaan tersebut. Jovan tertawa karena Ara mudah sekali dia bohongi. "It's ok. Ayo kita pulang. Mamaku pasti cariin aku karena gak izin gak pulang ke rumah." Ara bangkit dari ranjang itu dan mengenakan pakaiannya kembali dengan lengkap tanpa kekurangan apapun. Dia pun membetulkan rambutnya yang berantakan karena ulah Jovan. Jalannya sedikit terpincang karena sakit dibagian bawahnya dikarenakan Jovan kasar saat melakukannya. Ini pertama bagi Ara, hal terhormat yang dia jaga selama ini sudah diambil oleh Jovan. Namun, rasa cintanya dan keyakinannya pada lelaki itu membuat dia memaafkannya dan yakin bahwa dalam waktu dekat Jovan akan segera melamarnya. Dia sangat yakin dan menaruh harapan yang begitu luar biasa besar kepada lelaki yang dia cintai itu untuk bisa membina rumah tangga sesuai dengan apa yang pikirkan. Keluar dari hotel sendirian karena Jovan berkata akan langsung ke kantornya, Ara memilih untuk pergi sarapan terlebih dahulu di sebuah tempat makan dekat rumahnya. Tak butuh waktu lama juga untuk sarapan hingga dia pun kembali ke rumah dan berkata pada sang Mama bahwa semalam dia menginap di rumah temannya. Hal yang dia lakukan selanjutnya yaitu kembali menulis cerita fiksi yang dia siap kirimkan ke penerbit. Iya, disamping kesibukannya mengejar gelar master, Ara juga rajin menulis cerita. Beberapa buku sudah dia ketik dan ingin diterbitkan dengan nama pena misteriusnya. Tak ada yang tau dia adalah penulis, kecuali teman-temannya, bahkan Jovan dan Mama nya pun tak mengetahuinya. Ia ingin mengumpulkan karya-karyanya dulu. Menulis adalah hal lain yang Ara sukai. Dia ingin jujur sampai nanti waktunya tiba. Saat dia dan Jovan sudah terikat dalam pernikahan, Ara ingin mengatakan hal itu. *** "Es campur tambah gorengan tuh udah yang paling mantep deh. Sumpah, gue gak bohong." Bibir Mavin tidak berhenti mengoceh sedari dua jam yang lalu layaknya burung beo. Entah sudah pembahasan yang kesekian berapa pun Adimas tidak tau, dia cukup mendengarkan bersama dengan Kendo dan Dennis —rekan sesama dokternya. Waktu praktek sudah usai, mereka masih asik nongkrong di kantin rumah sakit sembari curhat satu sama lain. Apapun mereka bicarakan, mulai dari hobi baru Mavin sampai pusingnya Dennis ketika istrinya mengidam hal-hal di luar nalar. Bagian terlucu adalah saat Kendo baru memiliki seorang anak, dia justru diusir dari kamar oleh istrinya karena tiga hari Kendo tidak mandi. Itu karena Kendo juga sakit dan malas mencuci pakaiannya saat sakit. "Gimana rencana program hamilnya lo sama Disa? Mau punya anak berapa emangnya?" tanya Adimas sekedar basa basi sambil mengemil gorengan. Mavin menunjuk empat jari. "Istri gue minta segini. Kudu kerja keras setiap malam ini mah. Mana dia mintanya anak pertama sekalian kembar tiga gitu. Tau deh dia kebanyakan nonton Return of Superman." Ujarnya membuat lainnya tertawa. "Gue sebagai temannya Disa dari SMA emang heran sama dia. Kebanyakan nonton acara itu sih dari dulu," balas Adimas. "Istri gue kenapa mintanya bikin gue tambah sakit kepala sih. Ini masih mending cuman minta anak kembar tiga, Farah malah mintanya anaknya seputih bule sama matanya sipit. Gue sama dia kan gak ada sipit-sipitnya," timpal Dennis yang paling sering curhat. Kasihan bapak satu anak yang satu ini. Farah, istri Dennis memang sering dikeluhkan lantaran punya ngidam yang aneh. Saat kehamilan pertama, Farah pernah minta papeda asli dari Maluku, tapi jauh dan susah mencari makanan tersebut. Diantara empat orang lelaki di meja panjang tersebut, hanya Adimas yang belum menikah. Dia terkenal dengan predikat dokter jomblo yang ganteng namun susah didekati. Bukan karena Adimas dingin, dia hanya belum menemukan yang pas. Tipe yang Adimas cari padahal banyak yang menawarkan, namun tetap saja tak ada satupun yang bisa mengisi kekosongan hatinya selama lima tahun terakhir sebelum putus dengan sang mantan. "Waduh, Istri gue udah chat. Balik dulu ya semua," pamit Kendo langsung menyambar jas dokternya dan mengenakan jaket kulit andalan. Tidak lama setelah Kendo pamit, Adimas juga ikut pamit. Katanya dia harus mengantarkan Ibunya ke rumah tante untuk acara keluarga —dikhususkan perempuan. "Yah, udah pada balik aja. Gue ikut balik deh." Dennis ikut bangkit dan merapikan pakaiannya, sesekali membetulkan kacamatanya yang agak miring. "Sampai ketemu besok di tempat yang sama —poliklinik masing-masing maksudnya." Adimas bergegas pergi ke parkiran yang letaknya berada di pojokkan rumah sakit dibandingkan dengan rekan sesama dokter yang parkir di tempat utama. Obrolan seperti ini sebetulnya jarang terjadi. Mereka biasanya menggunakan bahasa formal sekali kepada satu sama lain. Biasanya Mavin akan mengajak obrolan menggunakan bahasa informal jika suasanya tampak kaku. Maklum, mereka kebetulan satu kampus dan satu kelas yang dipertemukan di rumah sakit yang sama dengan berbeda spesialis. Kendo mengambil spesialis Penyakit Dalam, Dennis mengambil Ortopedi, Mavin mengambil spesialis anak-anak, dan Adimas sendiri mengambil spesialis Kejiwaan. Sama-sama seorang dokter yang mengambil spesialis yang mereka inginkan sejak mengenyam di pendidikan kedokteran.  Ada alasan mengapa Adimas memilih untuk mengambil Spesialis Kejiwaan, salah satunya adalah karena masih banyak orang yang perlu ditolong kesehatan mentalnya mulai dari remaja hingga para orang tua. Dia sering melihat orang depresi ringan hingga berat dan ada yang berujung bunuh diri. Sangat sulit untuk menangani kesehatan mental daripada kesehatan raga meskipun keduanya hampir sama-sama sulitnya. Karena kesehatan mental bisa mempengaruhi kesehatan fisik, tidak banyak orang tahu, dan sedikit yang ingin tahu. Satu lagi alasannya mengambil Spesialis Kejiwaan; kakaknya yang bunuh diri karena depresi sebagai korban pemerkosaan. Ini kisah cukup gelap di mana kakaknya meninggal karena tidak tahan akan tekanan dari sang pelaku yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Adimas sangat benci orang itu. Ia masih mencari keberadaan pelaku yang mungkin masih hidup dan berkeliaran di muka bumi.  Sampai akhirnya keinginannya terwujud, ia sudah bersumpah akan mencari pelaku tersebut walau si pelaku ditemukan mati sekali pun. Ia tidak menyerah dengan mudah. Adimas mengemudikan mobilnya yang berjalan keluar dari rumah sakit. Ia masih memandang jalanan yang ramai di siang hari ini. Sebelum kembali ke rumah, ia rasa bisa jalan-jalan dulu sebentar untuk merilekskan pikirannya yang masih saja teringat dan terseret bayang-bayang jasad kakaknya.  Haruskah ia membuka lagi kasus ini? Saat dulu ia meminta untuk diselidiki, polisi menyerah karena bukti-bukti yang dikumpulkan tidak kuat dan tak ada yang menjerumus siapa pelakunya. Berhubung ia masih memiliki waktu, ia akan kembali membukanya nanti. Bersama dengan kenalannya seorang polisi yang bisa ia percayakan nantinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Chandani's Last Love

read
1.4M
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
465.8K
bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
114.4K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Dua Cincin CEO

read
231.5K
bc

T E A R S

read
312.9K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
312.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook