Zombie Tingkat Dua.

1514 Words
Aaron menikmati kemampuannya yang baru. Seperti anak kecil dia menggunakan kemampuannya untuk bermain-main. Dia berteriak, meliuk di udara dengan menjadikan es sebagai pijakan. Sungguh tidak dewasa sama sekali. Beruntung temannya adalah wanita datar yang tidak memiliki ekspresi. Jadi dia sama sekali tidak terganggu dengan ulah kekanakan dari Aaron. Saara hanya berjalan melewati jalan gersang yang diapit oleh bangunan yang tak terawat. "Aaron jika kau seperti itu terus maka kau akan kelelahan. Ketika kau bertemu dengan zombie dan tidak sanggup melawan, pada saat itu tiba aku tidak akan menolongmu, " ucap Saara datar. Aaron tidak menghiraukan peringatan Saara. Dia tetap bersenang-senang mengeluarkan sebanyak yang ia mampu. Siapa yang tidak menyukai fenomena es di tengah bumi yang menjelma menjadi neraka. "Hahaha kau tidak akan melakukannya, sebab hanya aku yang bisa membuat vaksin zombie itu. " Saara tidak menyangkalnya karena memang itu adalah kenyataannya. Dia harus membawa Aaron ke laboratorium untuk menghentikan kiamat ini. Bumi semakin sakit dan gersang. Alam juga enggan menyembuhkan diri meski polusi dalam tingkatan minim. Mereka seolah sudah enggan menolong manusia yang dulunya serakah hingga membabi buta dalam mengekploitasi alam. Kini, ketika hujan dibutuhkan, ketika awan diharapkan---alam sama sekali enggan menyediakannya. Merasa menang Aaron atas reaksi dari diamnya Saara, ia tetap meneruskan bermain-main dengan kemampuan es yang baru saja ia dapatkan. Dia terbang ke sana ke mari dengan menggunakan es. Aaron terlihat seperti sedang surfing di atas es yang membeku, meliuk-liuk melintasi udara. Tawa Aaron menggema sehingga menarik Zombie kearahnya. Akan tetapi Radar bahaya yang dimiliki Zombie mendeteksi jika ada makhluk yang lebih berbahaya dari mereka. Makhluk itu adalah Saara. Yang merupakan Zombie mutasi keempat, sedang bersama pria yang menjadi obyek buruan zombie untuk memenuhi tuntutan virus, yaitu makan daging segar. Saara adalah Zombie yang berhasil melewati tahapan-tahapan mutasi sehingga menjadi zombie dengan tampilan menyerupai manusia normal. Dia juga dilengkapi dengan kemampuan telekinesis yang menakjubkan. Saat Saara menjadi Zombie, profesor Philips juga memberi dia antigen yang mempercepat reaksi tubuh Saara. Flashback. "Ayah, tubuhku mulai berubah!" Saat itu Saara tergigit salah satu death walk. Dia segera menuju ayahnya yang memegang beberapa serum. "Ugh, ayah. Tolong bunuh aku. Aku tidak mau menjadi makhluk seperti itu." "Ayah memiliki sesuatu yang lebih baik." Professor Philips menyuntikkan serum yang ia bawa ke Saara yang merupakan putrinya. "Kuharap ini berhasil, dengan demikian maka anak yang pernah aku tembakan sinar Gama, akan mampu membuat serum yang serupa. " Tubuh Saara bereaksi atas serum yang ia Jika saja Sara adalah satu-satunya Zombie mutasi keempat maka profesor Philips tidak akan khawatir. Professor Philips adalah orang yang menciptakan virus EM1 yang menembakkan sinar gamma ke kandungan Ibu Aaron. Rupanya ada yang membocorkan rahasia Profesor Philips yang berhasil menemukan virus yang mampu meregenerasi sel-sel tubuh manusia agar bisa memulihkan tubuhnya seperti hewan invertebrata. Yang kemudian oleh organisasi tertentu, mencuri virus tersebut dan membawanya ke laboratorium tersembunyi bawah tanah. Dan dimulailah peristiwa kebocoran virus tersebut sehingga menjadikan dunia berakhir dipenuhi Zombie. Aaron masih belum tahu fakta itu, jadi dia tidak merasakan bahaya atau tidak memiliki kecurigaan apapun terhadap Sarah. "Sara lihat di sana ada banyak sekumpulan zombie yang menuju ke sini Tapi anehnya mereka berbalik kembali. Memangnya apa yang terjadi ya?" Ucap Aaron keheranan. Saara masih dengan wajah datarnya menjawab melalui telepati." Pikir sendiri, "jawab Saara acuh tak acuh. Rasa kesal menusuk Aaron, dia pun mengumpat dalam hati. Lalu mengasihani dirinya yang memiliki tugas aneh padahal dia hanya ingin hidup normal di tempat yang tidak normal. Semua ini gara-gara profesor freak yang menembakkan sinar Gama berisi memory dengan seenak jidad-nya. Alhasil dia harus berjalan dengan gadis tembok seperti Saara. Lama kelamaan, Aaron berhenti menggunakan kekuatannya. Dia merasa lelah dan memutuskan ikut berjalan seperti yang Saara lakukan. Meski tanah gersang, debu dan bangunan terlihat tidak menyenangkan tapi apa boleh buat. Namun ada hal konyol lainnya yang pria itu lakukan, dia menciptakan es krim dari kemampuannya. "Wek." Aaron menjulurkan lidahnya. Ternyata rasa es yang ia ciptakan sangat tawar. Kruyuk. Kruyuk. "Ah, ternyata tidak berguna. " Saara melirik ke arah Aaron yang memegangi perutnya. "Hei jangan salahkan aku yang lapar. Terakhir kali perutku terisi makanan adalah enam jam yang lalu sebelum para pengkhianat itu membawa kabur tasku." Mengingat kelakuan mereka membuat Aaron kembali nelangsa. "Tunggu di sini. " Saara masih tidak menggerakkan mulutnya ketika bicara. Dia tetap menggunakan telepati untuk bicara. Aaron menurut meskipun pemandangan di tempat Saara meninggalkannya bukan sesuatu yang enak untuk dilihat. Aaron mencari tempat berteduh di antara bangunan yang terbengkalai dan bercat pudar di sekitarnya. "Apa yang terjadi pada anak-anak?" Guman Aaron. Pertanyaan Aaron timbul karena Bumi sudah menjelma menjadi neraka bagi manusia yang hidup. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana anak-anak akan bertahan. Kanan kiri jalan penuh dengan barang berserakan. Kaca-kaca gedung banyak yang pecah. Langit kemerahan berhias siluet hitam semakin membuat seram tempat itu. Pemandangan ini tidak hanya di tempat Aaron berdiri. Di setiap kota yang ia temui, kondisinya tidak jauh berbeda. Srak. Srak. "Akh!" Aaron berteriak ketika mendengar suara langkah yang diseret. Ternyata benar dugaannya, para zombie sedang mendekat kearahnya. Ini Aaron mulai menyadari Jika ternyata para zombie itu enggan mendekat jika ada Sara di dekatnya. Kini saat Sarah sedang pergi maka para zombie mulai mengelilinginya. Aaron merutuki dirinya yang menghabiskan tenaga untuk bermain-main tadi. Sekarang yang dia tidak cukup banyak tenaga untuk melawan para zombie yang semakin banyak. Grrrr Graoo Gyaaa Zombie zombie itu berusaha menyerang Aaron yang yang ini mengeluarkan kemampuannya untuk mempertahankan diri. Dia kembali meliuk menuju ke atas dengan berpijak pada esnya. Akan tetapi zombie-zombie itu justru berkerumun dan bertumpuk-tumpuk membentuk suatu piramida yang sangat tinggi untuk menyusulnya. " Oh ya ampun, mereka tidak menyerah." Terpaksa menggunakan kemampuannya untuk menyerang mereka. Sebenarnya dia sangat enggan menyerang para zombie-zombie itu sebab bagaimanapun juga zombie-zombie itu adalah manusia sebelum terinfeksi Virus. Duar. Duar. Jleb. Ratusan pisau dari es menghujam ke seluruh tubuh Zombie yang kini ini membentuk piramid agar meraih tubuh Aaron. Zombie-zombie itu pun terpental ke tanah. Beberapa di antara mereka ada yang masih bisa bergerak dan ada pula yang yang tidak lagi bergerak. Aaron memandang nanar tubuh mereka yang berantakan saat menyentuh tanah. Ini adalah pemandangan yang mengerikan baginya, yang terbiasa hidup di dunia damai sebelum tertarik ke masa depan 2 hari yang lalu. Akan tetapi para zombie yang tidak lagi memiliki akal dan hanya dikendalikan oleh insting memburu makanan tetap tidak menyerah. Mereka kembali membentuk piramida dengan cara bertumpuk-tumpuk. Aaron pun terpaksa mengeluarkan kemampuan pisau esnya lagi. Dan sekali lagi tubuh para zombie itu itu terlempar ketanah dengan pisau Aaron yang menancap ke tubuh mereka. "Ah Sampai kapan aku harus melakukan ini semua? " tanya Aaron frustrasi. Sebab zombie-zombie itu tidak mau berhenti justru jumlah mereka bertambah banyak. Aaron berpindah tempat dengan berpijak pada lapisan es yang ia bentuk seperti ombak. Nyatanya para zombie-zombie itu juga mengikuti kemana Aaron pergi. Akan tetapi tak lama berselang, tiba-tiba para zombie mundur sekolah ketakutan. Mereka menyeret tubuhnya dan tertatih-tatih meninggalkan tempat Aron berada. Meski pada dasarnya Aaron berada di udara dan berpijak pada lapisan es, Aaron bisa merasakan ada bahaya yang mendekat. Dan benar saja, dia dikurung oleh makhluk lebih mengerikan dari zombie yang selama ini mengejarnya. "Makhluk Apalagi itu, kenapa serangan hari ini tidak henti-hentinya?! " gerutu Aaron. Dia sangat berharap Sarah segera datang titik tenaganya sudah mulai sangat menipis namun justru harus menghadapi makhluk zombie yang tidak biasa. Lihat saja penampilan zombie yang tengah mengelilinginya di empat arah mata angin itu. Para zombie itu tidak mengerang atau menyerang membabi buta layaknya zombie pada umumnya. Mereka melihatnya dengan awas seolah memikirkan cara untuk menyerangnya. Tubuh para zombie yang sedang mengelilinginya itu juga tidak berantakan atau rusak seperti zombie-zombie yang selama ini menyerangnya. Kulit mereka tetap berwarna hijau. Mata mereka tidak sepenuhnya putih namun memiliki iris yang bisa mendeteksi dirinya. Kecepatan mereka bergerak pun lebih dari zombie pada umumnya. Firasat buruk menyerang Aaron. Dia tahu jika muncul musuh yang lebih berbahaya kali ini. Dan benar saja keempat zombie itu memanjat es yang ia ciptakan. Mereka melompat dan menyerang Aaron dari empat sisi. Membuat Aaron tersentak kebingungan dan menghindar secepatnya. Gerakan mereka sangat terorganisir, seolah mereka memang sering melakukannya. " Ya ampun ternyata ada hal yang seperti ini." Aaron segera turun ke tanah sejujurnya dia merasa jijik karena banyak tubuh-tubuh zombi yang berserakan akibat serangannya. "Makhluk apa kalian guys, Kenapa kalian seolah bisa membaca gerakanku?" "Ma...kan...Grrrr...." Hanya itu yang bisa mereka katakan. Rupanya virus tetap mengendalikan insting mereka. Kebutuhan akan berburu daging segar tidak berhenti sama sekali. Yang tidak Aaron ketahui adalah bahwa zombie-zombie itu adalah mutan tingkat kedua. Kini dia harus menghadapi zombie yang setingkat lebih pintar dari zombie umumnya, untuk bertahan hidup. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD