BAB 1

1041 Words
TAMARA POV Perkenalkan aku Tamara. Biasa dipanggil amara karena ibuku sejak kecil memanggilku seperti itu. Bisa dibilang aku dibesarkan dari keluarga yang sederhana. Ayah ku seorang guru SMP disebuah desa terpencil sedangkan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga yang biasanya mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anak dan suaminya. Semenjak kecil aku merasakan rasanya hidup susah. Kesana kemari mencari uang hanya untuk makan. Gaji ayahku hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari tetapi tidak cukup untuk membiayai sekolahku sampai lulus SMA. Sampai akhirnya aku nekat ke Jakarta untuk mengadu nasib agar keluargaku hidup makmur. *** 2 Februari 2002 TAMARA POV Akhirnya aku sampai juga di ibukota yang kata orang - orang merupakan tempat yang tepat untuk mencari sesuap nasi dan merubah hidup menjadi lebih baik. Dan disini aku bertemu dengan seseorang yang juga merantau sepertiku. Namanya Dina. Dia juga gadis kampung sepertiku. Hanya lulusan SMA dan nekat ke jakarta untuk menjadi seorang artis. "Gimana Din, udah dapat tawaran job?" Tanyaku sambil memakan nasi yang kubeli di warung sehabis pulang kerja.  "Belum ra...padahal aku udah habis-habisan dandan buat casting eh malah ditolak....huh....sebel aku!!!" Kata Dina sambil merebahkan tubuhnya dikasur.  " Yang sabar din...pasti Alloh memberikan pekerjaan yang terbaik untuk kamu" kataku sambil mendekati dina yang sedang termenung.  "Sabar piye toh! Aku bosen ra jadi orang susah. Kasian ibu bapak ku jual sawah buat modal aku ke jakarta supaya aku bisa jadi artis eh malah kayak gini nasibku ditolak jadi artis!" Kata Dina sambil mengusap wajahnya yang kesal. " Ya sudah, kamu makan dulu deh. Aku tadi beli nasi bungkus buat kamu. Cepetan dimakan keburu dingin" kataku sambil menyerahkan nasi bungkus yang aku beli untuk dina.  "Ntar aja ra. Aku ga selera makan." Katanya sambil berlalu dari pandangan ku. *** TAMARA POV Pagi ini seperti biasa aku berangkat kerja dan tidak lupa menyiapkan makanan untuk Dina. " Din, aku berangkat dulu ya!" Kataku sambil berteriak " Iya Ra!" Katanya dari dalam kamarnya Suasana dijalan begitu macet, mau tak mau aku harus mempercepat perjalananku menggunakan sepeda motor yang berhasil ku kredit dari gajiku yang kusisihkan sebagian untuk menyicil sepeda motor. Tiba - tiba ditengah jalan aku tidak sengaja menabrak mobil dan pemilik mobil itu keluar dan memakiku ditengah jalan yang begitu padat dengan kendaraan " Anda ini tidak punya mata ya?! Tidak bisa berkendara yang baik Apa?!" Maki pria itu yang membuat bulu kudukku merinding " Sudahlah Tidak usah memaki perempuan itu. Aku yakin dia tidak sengaja menabrak mobil kita" kata Pria yang satunya mencoba membujuk temannya untuk tidak membuat kekacauan ditengah hiruk pikuknya jalanan " Baiklah kalau itu maumu!" Kata lelaki itu sambil masuk ke dalam mobil. Sedangkan pria yang satunya menghampiriku dan menolongku " Apa anda baik - baik saja?" Tanya pria itu sambil membuka kacamata hitamnya yang daritadi terus bertengger dikedua matanya " Saya baik - baik saja" kataku sambil membenarkan rambutku yang berantakan " Perkenalkan saya Max!" Katanya sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tanganku " Saya Tamara" kataku sambil menjabat tangannya " Kalau anda butuh bantuan hubungi saya saja. Ini kartu nama saya" katanya sambil menyerahkan kartu Namanya " Terima kasih" kataku " Kalau begitu saya permisi dulu. Sampai jumpa Tamara!" Katanya sambil meninggalkanku & masuk ke dalam mobil yang tidak sengaja ku tabrak.  Mimpi apa aku semalam bisa bertemu dengan pria yang tampan seperti Max. Rasanya aku ingin sekali bertemu dengannya. Setelah memakirkan motorku, aku berjalan ke arah kantor & betapa terkejutnya aku menemukan mobil yang tadi tidak sengaja ku tabrak ada didepan kantorku " Apa jangan - jangan orang tadi kesini untuk mencariku. Tapi mana mungkin dia tau aku bekerja disini" batinku " Hei Ra! Ngelamun aja daritadi!" Kata Nia teman sekantorku " Duh Nia! Ngagetin orang aja bisanya!" Kataku " Habis kamu diem kayak patung! Ku pikir lagi kesambet! " candanya "Sembarangan kalau ngomong! Aku baik - baik aja kayak gini!" Kataku Tiba - tiba dari arah belakang ada seorang pria yang memanggilku " Tamara!!" Teriak pria itu. Otomatis aku menoleh ke belakang & betapa terkejutnya aku melihat Max yang memanggilku " Itu siapa ra? Kok tau namamu?" Tanya Nia penasaran Tiba - tiba Max mendekat ke arah ku & mengajakku berbincang " Kamu kenapa ada disini?" Tanya Max penasaran " Aku...bekerja disini" kataku sambil melirik Nia yang sedang menatap Max dengan tatapan memuja " Oh ya?! WOW!! Menarik sekali!" Katanya dengan pandangan yang sulit diartikan " Anda ini siapa ya?" Tanya Nia " Saya...pemilik kantor ini" kata Max sambil membuka kacamata hitamnya Aku & Nia hanya bisa berpandangan tanpa berucap sepatah katapun. Tiba - tiba pria yang memakiku datang menghampiri Max " Max, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya pria itu sambil memandangku dengan tatapan tidak suka " Bas, perkenalkan mereka berdua karyawan kita " kata Max sambil menyunggingkan senyum yang penuh arti " Oh ya? Kok bisa perempuan kampung ini ada disini?" Ejek pria itu yang membuatku emosi dengan perkataannya " Bastian, jaga omonganmu! Aku tidak suka kau merendahkan perempuan!" Bentaknya " Oke Bro! Sorry!" Katanya sambil menatapku dengan pandangan jijik " Maafkan adikku ya!" Pinta Max " Tidak apa - apa" kataku " Sebaiknya kalian kembali bekerja" kata Max sambil meninggalkan aku & Nia  " Pak Max keren banget ya kayak Johnny depp" kata Nia " Sssttt! Udah - udah kita sekarang kerja" kataku sambil mengajak Nia masuk kedalam kantor *** TAMARA POV Saat makan siang, aku mengajak Nia untuk makan dikantin tetapi Nia sudah membawa bekal dari rumah jadi hanya aku yang ke kantin " Tamara, kamu mau kemana?" Tanya Max yang tiba - tiba ada didepanku " Saya mau ke kantin Pak" kataku sambil membenarkan bajuku yang lusuh " Bagaimana kalau kamu ikut saya makan siang?" Tanya Max " Maaf pak bukannya saya menolak, tetapi rasanya kurang etis bawahan seperti saya makan siang dengan pemilik perusahaan seperti Pak Max" kataku " Aku tidak pernah mempermasalahkannya. Ayolah makan siang bersama. Anggap saja ini sebagai ganti rugimu atas kejadian tadi pagi" katanya " Baiklah kalau begitu. Saya ikut saja" kataku Tiba - tiba Bastian datang dan mencegat jalanku " Kenapa kau mengajak perempuan udik ini? " tanya Bastian dengan pandangan tak suka " Bastian, please jaga omonganmu!" Bentak Max  " Oke" katanya sambil menatapku kesal " Kalau kamu tidak mau ikut makan bersama kami tidak masalah!" Kata Max santai " Oke Fine! Aku ikut denganmu!" Katanya      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD