bc

I'm a Boy

book_age16+
400
FOLLOW
2.1K
READ
tomboy
brave
drama
comedy
bxg
loser
first love
school
shy
like
intro-logo
Blurb

Zaki atau Zakiya selalu dianggap sebagai perempuan oleh beberapa teman di sekolahnya karena sikapnya yang feminim, namun ketika berteman dengan Agatha yang tomboy, dia berubah menjadi anak yang semakin jantan. Perlahan kedekatan keduanya menimbulkan perasaan di hati Zaki, apakah dia sanggup memenangkan hati Agatha? Atau hanya dianggap sebagai teman?

chap-preview
Free preview
Pembullyan
Semua anak akan berkumpul ceria dengan beberapa sahabat mereka saat jam istirahat. Kecuali dia, seorang anak remaja yang termenung sendiri di kolam. Dia bercermin menatap pantulan bayangan dirinya. Dilihat dari sisi manapun dia memiliki fisik laki-laki, tampan, hidungnya mancung dan memiliki mata hazel coklat yang indah. Sebuah batu kerikil kecil bertubi-tubi melayang di pundaknya, mereka semua memanggilnya banci atau waria. “Aw!” pekiknya. Dia berlari dengan tangannya melambai, tangan kirinya berusaha melindungi dirinya dari kerikil kecil itu. “Zakiyaa banciii!!” ucap beberapa anak lelaki yang dengan gelak tawanya tanpa dosa. Zakiya tidak menoleh ke belakang, dia terus berlari menyusuri lorong kelas hingga dia tak sengaja menubruk seorang guru perempuan. Bu Ani namanya, guru Bimbingan Konseling yang siap mengantar para murid nakal ke ruang BK. “Galang! Reno! Berhenti!” teriak bu Ani. Guru cantik dengan rambutnya yang diekor kuda serta kacamata hitam bertengger di hidungnya. Tatapannya tajam membuat kedua anak didiknya menghentikan melempari Zakiya. “Ikut Ibu sekarang!” perinta Ani. Galang, Reno dan Zakiya semua mengekor pada Ani masuk ke ruang BK. Tak terhitung berapa kali Galang dan Reno memasuki ruang BK, mereka seperti langganan yang setiap harinya keluar masuk ruangan ini, anehnya lagi mereka sama sekali tidak jera. Keduanya sangat suka mengganggu Zakiya, gelagat lemah lembut Zakiya yang mirip seperti perempuan membuat mereka suka mengejek Zakiya.             Keduanya dihukum, menambah catatan buku saku poin kenakalan. Meski begitu selesai keluar ruangan Galang masih saja menggoda Zakiya, membisikkan kata yang sangat Zakiya benci. Banci.             Dia tidak pernah mau dipanggil seperti itu dalam dirinya. Dia juga tidak tau siapa dirinya sebenarnya, laki-laki atau perempuan. Zakiya hanya berusaha untuk tetap sekolah dan meraih nilai tinggi. Tidak peduli berapa banyak hujatan yang dia terima, tidak peduli berapa banyak sakitnya lemparan kerikil yang terus menimpa dirinya, yang penting dia bisa lulus dengan nilai baik, melanjutkan sekolah di SMA impiannya. Hanya satu minggu lagi dia harus bertahan, sebentar lagi akan ada ujian nasional. Dia harus kuat sampai saat itu. “Lo enggak papa?” tanya Hiskia.             Seseorang di hadapannya terlambat membantunya melawan Galang dan Reno. Biasanya sahabatnya ini selalu membela dan maju paling depan untuk melindungi Hiskia. Keduanya adalah murid yang sering di bully di sekolah, Hiskia selalu dijuluki dengan kata ‘culun’ sedangkan Zakiya selalu dipanggil ‘banci’. Selama hampir tiga tahun sekolah, mereka hanya bisa pasrah dan yakin bahwa akan bisa membuat mereka juga menjadi anak famous dan dikejar semua wanita. “Kata lo laki kan harus jagoan,” ucap Zakiya dengan nada mendayu-dayu sembari melambaikan tangannya. “Kalau jagoan itu enggak usah begitu tangannya. Nih lurus gausah belok-belok gitu.” Zakiya hanya bisa meringis, sudah menjadi kebiasaannya. Sejak kecil dia lemah gemulai seperti perempuan, dia suka bermain boneka, menyisir rambut bahkan dia jago menggunakan alat make up. “Iya, maaf.” Ucap Zakiya sambil tersenyum manis yang membuat Hiskia geli. Sebagai sahabatnya Hiskia sangat tau bahwa Zakiya sebenarnya laki-laki, hanya saja karena selalu dimanja dan diajari kegiatan perempuan, dia menjadi seperti ini. Bel berbunyi menandakan mereka harus pulang. Zakiya mendesah, dia lalu berjalan dengan lunglai, tatapannya nanar seolah enggan untuk melanjutkan perjalanan. Dia lelah. Lelah untuk menjadi seorang laki-laki yang dianggap perempuan. Anak-anak sebayanya akan senang jika pulang sekolah, lain halnya dengan Zakiya, dia malah cemberut. Sebentar lagi dia akan bertemu ibunya lagi dan menggunakan daster di rumah. “Eh banci, lo pulang tumben jalan, mana sepeda lo?” tanya Galang. Dia lagi, dia lagi, batin Zakiya. “Masalah buat lo?” ucap Zakiya sambil menyibakkan poninya ke samping dengan tangannya lemah gemulai. “Iyuuh, gue jijik sumpah liat kelakuan lo. Cuiih!” balas Galang membuang ludah ke wajah Zakiya. Dia segera berlari kencang mencari keran air halaman sekolah dan membasuh mukanya. Hiskia merogoh sakunya dan memberikan sapu tangannya. “Sabar ya Zak.” Mereka lalu pulang berjalan bersama, Zakiya meneteskan air mata sepanjang perjalanan, dia merasa terluka atas kelakuan Galang dan Reno. Karena mereka semua anak di sekolahnya mengucilkannya. Dia melirik Hiskia, ada beberapa jerawat menempel di pipi, kacamata bundarnya serta rambutnya yang acak-acakan membuat Hiskia selalu dianggap anak culun. Hanya Hiskia Ananta yang mau menjadi temannya semasa SMP. Dia bersyukur setidaknya ada satu orang yang bersimpati dengannya. Keduanya akrab sejak masa ospek karena sama-sama pintar dan rajin belajar. “Dah, gue pulang. Lo jangan nangis, cengeng lo.” Hiskia menepuk pundak Zakiya dan berbelok ke gang kiri. Rumah mereka tidak terlalu jauh, sangat dekat dengan sekolah. Zakiya lalu berjalan ke kanan. Di sinilah dia tinggal, rumah yang bisa dibilang mewah oleh tetangganya. Dia melepas sepatu dan kaus kakinya lalu masuk. “Mamaa ... aku pulang,” ucap Zakiya. Ibunya menyambut anaknya dengan tersenyum lalu menggiring anaknya ke dalam sembari mengusap rambutnya. Ibunya membawa sisir lalu merapikan rambut Zakiya. Sebagai anak dia hanya bisa tersenyum lembut atas perilaku ibunya. Tak lama kemudian ibunya datang membawa daster pink bergambar hello kitty kepadanya. “Mama beli ini tadi di pasar untuk kamu sayang, dipakai ya.” Zakiya tersenyum lalu membuka baju sekolahnya, dia mengganti pakaiannya dengan daster merah muda dari ibunya. Zakiya terpaksa menggunakan pakaian ini, dia hanya ingin menyenangkan hati ibunya. “Kamu mandi pakai lulur ini ya nanti, kulit kamu harus halus jangan sampai kering ya sayang.” Ibunya mengusap kepalanya dan dia tersenyum. “Iya Ma.”             Zakiya tidak pernah menggunakan lulur yang diberikan ibunya, dia hanya membuka segel dan membuang sebagian saat mandi. Tidak, dia tidak mau menjadi seorang perempuan. Jelas-jelas dia seorang lelaki. Sampai kapan dia harus begini. Dia mencari jati dirinya dan tersesat pada dunia ini. Dia sendiri tidak tau kenapa bisa seperti ini. Kenapa kini kelakuannya juga seperti perempuan. Di bawah shower dingin dia memejamkan mata, bayangan Galang dan Reno terlintas di pikirannya. Dia lelah ditatap remeh oleh mereka berdua, dia lelah untuk menjadi Zakiya. Dia kesal kenapa ibunya harus terkena gangguan jiwa. Kenapa hidupnya seperti ini? Dia hanya bisa menangis di bawah guyuran air, selalu begini. Bahkan sampai kini dia belum sunat sama sekali. Semua temannya tau jika dia belum sunat, dia tak tau harus bagaimana menjadi lelaki.             Tidak hanya teman, beberapa tetangga juga mengucilkannya. Mengucilkan ibunya dan sikapnya yang seperti perempuan. Dia benci kepada dunia ini, membuat dia terpuruk, kenapa hidupnya begitu kejam dan tidak adil untuknya? ***  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Head Over Heels

read
15.9K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.8K
bc

DENTA

read
17.1K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook