bc

Trace Of Love

book_age18+
524
FOLLOW
4.5K
READ
sweet
campus
like
intro-logo
Blurb

Gyselle Illyssa pulang dari studi di Kosovo dan berniat pulang ke tempat tinggalnya di kota Tirana - Albania untuk melangsungkan acara pernikahannya seminggu ke depan dengan Ansel Luxio.Namun di tengah jalan menuju ke rumahnya dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kedua matanya buta sehingga Luxio pun membatalkan pernikahannya dengan gadis itu.Saat menjalani perawatan Gadis itu berharap tunangannya itu akan sabar menunggunya Namun ternyata dugaannya salah pria itu malah menikah dengan kakaknya, Gracia Illyssa.Dalam kondisi terpuruk juga ditinggalkan oleh tunangannya Gadis itu bertemu dengan Keenan Colton, seorang CEO play-boy yang membuat harinya serasa hidup kembali. Namun Giselle yang buta tak pernah tahu jika pria itu seorang playboy dengan banyak wanita di sisinya. Bagaimanakah kisah mereka selanjutnya, apakah mereka bisa terus berhubungan atau malah berpisah di tengah jalan?

chap-preview
Free preview
Eps. 1 Kecelakaan Setelah Wisuda
“Giselle, kau sudah siap belum?” suara seorang gadis terdengar dari luar kamar Giselle. Pagi ini di Universitas Kesovo diadakan acara wisuda. Giselle sedang bersiap untuk mengikuti acara wisuda sedari tadi. “Ya, sebentar, Ariana,” teriaknya dari dalam kamar. Ariana adalah teman dekat Giselle, juga teman seasrama. Letak kamar mereka berhadapan. “Ck, 10 menit lagi acara wisuda di mulai. Kenapa dia belum selesai juga?!” pekiknya, sembari melihat jam tangan yang melingkar di tangan kanannya. Ariana yang tak sabar sampai membuka pintu kamar Giselle. Terlihat dalam kamar, Giselle baru merias wajahnya. “Astaga, Giselle! Kenapa kau baru merias wajahmu?!” pekiknya lagi, tak percaya. Sungguh mereka akan benar-benar terlambat jika menunggu Giselle selesai merias. Dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menghasilkan riasan yang sempurna. “Aku bangun kesiangan,” jawabnya singkat. Semalam Giselle tidur larut malam sekali. Kenapa? Karena dia tak bisa tidur. Dia lupa untuk memberitahu keluarganya perihal wisudanya kali ini, karena kesibukannya untuk persiapan acara wisuda. Harus mengikuti gladi wisuda yang diulang beberapa kali, dan masih banyak hal lainnya lagi. Yang membuatnya lelah hingga lupa untuk mengabari keluarga. Dan saat ia menghubungi semua keluarganya tak ada satu pun yang bisa ia hubungi. Nomor orang tuanya tidak aktif. Sedangkan nomor kakaknya aktif, tapi panggilannya tak diangkat. Karena itu ia sampai tidur larut malam. Giselle terus mengulangi menelepon sampai baterainya habis, namun tetap tak terhubung dengan keluarganya. “Bagaimana ini?” ucap Giselle, merespon. “Sini biar aku bantu.” Ariana mengambil alat rias Giselle kemudian segera membantunya memakai alas bedak. “Sudah selesai,” ucap Ariana dua menit kemudian, menaruh kembali alat rias tersebut. Hasil riasan Ariana bisa dibilang lumayan meskipun tidak sempurna karena dilakukan dengan super terburu-buru, untuk mengejar waktu. Yang penting tidak terlihat norak dan masih wajar saja. “Cepat kita berangkat sekarang,” ajak Ariana. Giselle mengangguk, mereka berdoa kemudian berjalan dengan terburu-buru keluar dari kamar menuju ke tempat berlangsungnya acara wisuda. Dengan setengah berlari akhirnya mereka tiba tepat waktu dan segera duduk di kursi kosong yang ada di bagian belakang. Baru saja mereka duduk 2 menit acara wisuda pun segera dimulai. Selama acara berlangsung kisah tampak tak fokus dan berulang kali gadis itu menatap ponsel. Bahkan pesan yang ku kirim pada ayah dan ibu semalam juga tidak terkirim, gerutunya dalam hati. Ia benar-benar kecewa bercampur sedih. Tak ada satu pun dari keluarganya yang peduli padanya. Bahkan pesan yang dia kirim pada kakaknya sebenarnya terkirim, tapi juga tak ada balasan. Dengan hati intrasel ingin menangis Giselle tetap mengikuti acara wisuda sampai selesai. Tiga jam kemudian acara wisuda selesai. Para mahasiswa tak langsung pulang. banyak dari mereka berfoto bersama keluarga. Bahkan Ariana saja yang rumahnya jauh, semua keluarganya datang untuk mendukungnya, batin Giselle, melihat temannya itu sedang berfoto bersama keluarga, juga tertawa bersama. Giselle yang berhenti sebentar dan terpaku menatap harmonisnya keluarga Ariana, kemudian berjalan Kembali menuju ke kamarnya dengan wajah tertekuk. "Kemana mereka semua, sebenarnya?" gumam Giselle, benar-benar merasa sedih. "Mungkin aku bisa mendapatkan penjelasan dari mereka nanti,” lirihnya, berjalan dengan limbung. Empat tahun sudah dia mengenyam pendidikan di universitas dan saat ini adalah puncaknya, namun semuanya terasa hambar tanpa kehadiran keluarga meskipun dia masuk pada jajaran cumlaude. Dia merasa tak perlu berlama-lama di sana, jika semakin lama berada di sana maka hatinya akan terasa semakin sesak saja ketika melihat temannya yang lain tersenyum bersama keluarganya. Sedangkan dia hanya sendirian saja. Giselle sampai kamar. Ia segera mengemasi semua barang yang sudah ditatanya semalaman. Ia kemudian membawa semua barangnya dan memasukkannya ke bagasi mobil. "Semua sudah ku masukkan." Giselle menutup kembali bagasi mobilnya kemudian duduk di depan. Ia mengendarai sendiri mobilnya menuju ke rumah dengan jarak tempuh kurang lebih sekitar empat jam, menuju ke Albania. "Aku hampir sampai." gumamnya tersenyum simpel saat membaca plang besar bertuliskan nama kota kelahirannya. Jalanan saat itu lenggang hingga pada jalur 170 km terjadi kemacetan parah. "Jika macet seperti ini apa aku akan sampai ke rumah 30 menit lagi?" celetuknya berhenti dan menatap ke sekitar. Jalanan sangat padat, merayap. Setiap lima menit barulah ia melaju sejauh 30 cm. 20 menit berikutnya terdengar suara dentuman yang keras sekali di titik 150 km. Di sana terjadi kecelakaan beruntun saat sebuah bus oleng dan menghantam salah satu mobil di sana. Jarak tiap kendaraan yang sangat berdekatan membuat kendaraan yang ada di belakangnya ikut tersapu dan hal itu terus terjadi sampai ke titik belakang. "Ada apa ini ?" pekik Giselle saat itu sedang santai dan mendengarkan musik untuk melepas penat dalam kemacetan. Ia tetap asik mendengarkan lagu yang diputarnya melalui headset, tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Bahkan tidak panik sama sekali, di saat banyak deretan mobil jauh di depannya sana panik sekali. Sebuah van bermuatan besi panjang di depannya tiba-tiba mundur dengan cepat dan tanpa bisa menghindar besi tersebut membuat kaca mobil Giselle pecah. “Ada apa ini?!” pekiknya, barulah melepas headsetnya saat melihat kaca mobilnya retak terkena sebuah hantaman, yang entah ia sendiri tak tahu apa penyebabnya. Akh! Semua pertanyaannya terjawab sudah saat kaca mobilnya bagian depan mulai pecah. Dan barulah dia bisa melihat dengan jelas van itu mundur menabrak mobilnya. Giselle pun memundurkan mobilnya, namun sayang karena jarak antara tiap kendaraan yang ada saat ini hanya berjarak 10 sentian saja membuatnya tak bisa mundur jauh dan malah menabrak mobil yang ada di belakangnya. Terdengar suara besi di depannya yang saling berbenturan setelah tali pengaman yang mengikat besi itu lepas. “Gawat! Bagaimna caraku menghindar?!” Giselle panik saat melihat besi panjang berdiameter dua senti itu mulai jatuh berhamburan. Ia bahkan membanting setir mobilnya ke samping untuk menghindarinya. Namun sayang, tetap saja meskipun ada beberapa besi yang berhasil ia hindari tapi ada beberapa besi yang tetap menembus mobilnya. "Akh, mata ku !" teriaknya seketika saat besi yang menembus mobilnya itu kini menembus kedua matanya. Bahkan ia merabanya sendiri, ada besi yang menancap pada kedua matanya. Ia berusaha untuk mencabutnya, namun tangannya gemetar hebat tak sanggup mencabutnya. Semuanya terasa cepat dan terjadi begitu saja meskipun ia sudah berusaha keras untuk melindungi dirinya. Pada akhirnya dia tak bisa melakukan apapun. Giselle merasa matanya perih luar biasa, juga panas. Bahkan dia tak bisa memejamkan matanya ataupun menggerakkan matanya. Dalam rasa sakit yang tak bisa dijelaskan dengan kata, dia teringat pada sosok lelaki, tunangannya, yang sebentar lagi akan menjadi suaminya dalam kurun waktu 7 hari ke depan. "Ansel tunggu aku di pelaminan." gumam Giselle di ujung rasa sakitnya yang teramat sangat sekali. Dia tak bisa menahannya lagi sampai akhirnya dia pingsan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
100.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
208.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook