chapter 3

1244 Words
Ayana mengingat ingat saat hantu wanita itu memegang lengannya dan bayangan kejadian itu muncul di matanya. Ia mengingat tempat dimana mayat wanita itu di sembunyikan, dan ia mengenali wilayah itu adalah wilayah kumuh di pinggir kota. Ia berjalan menuju kantor polisi terdekat untuk memberitahu tentang wanita itu, tapi saat berada di depan halaman kantor polisi ia bingung harus bicara apa. Ia melihat ke dalam kantor polisi dan ia pun terbelalak karena melihat hantu wanita itu berdiri di pintu masuk kantor polisi, wanita itu melambaikan tangan meminta Ayana masuk. Ayana menepuk jidatnya sendiri dengan wajah ditekuk. Saat melewati hantu wanita itu, Ayana bergumam pelan "Ngapain si Lo siang siang nongol, nggak takut kebakar apa?!" Ucap Ayana sambil melirik sekilas pada hantu wanita itu Ia mengedarkan pandangannya dan melangkah menuju meja layanan publik. "Selamat siang pak" "Siang mbak, ada yang bisa saya bantu" "Iya pak, mmmm.....gini mmm...itu.." "Yang jelas ngomongnya mbak, ada apa?" "Sebenarnya saya agak bingung mau bicara apa pak?" "Gimana sih mbak kok malah bingung. Mbak mau laporan kehilangan, penculikan. Pencurian atau apa?" Ayana masih bingung harus laporan apa pada petugas kepolisian tersebut, hantu wanita berdiri di sebelah meja polisi itu. "Begini pak, ada hantu wanita yang bilang ke saya kalau dia dibunuh dan mayatnya belum ditemukan. Ia ingin saya memberitahu pada polisi untuk menunjukkan lokasi mayatnya berada" "Kamu bercanda ya, mana ada hantu?" Ujar polisi di Depan Ayana, beberapa orang yang berada di dalam kantornya polisi langsung melihat ke arah Ayana dengan tatapan aneh "Apa wajah saya seperti orang yang bercanda pak?" Ucap Ayana. "Atau kamu pembunuhnya?" Ucap pak polisi dengan tatapan curiga "Ya Allah pak, kalau saya yang membunuhnya untuk apa saya lapor kesini?, Bapak mau terima laporan saya apa enggak?" Sungut Ayana karena polisi di depannya  tak percaya padanya, Ia juga jengkel karena hantu wanita itu masih menatapnya dengan memelas menyiratkan ucapan minta tolong. "Jangan pasang muka seperti itu!!" "Apa kamu bilang?" Tanya polisi itu. "Bukan bapak, tapi dia" Ayana menunjuk ke ruang kosong di sebelah polisi yang membuat polisi itu bergidik "Siapa?" "Ya hantu wanita itu pak, dari tadi kan dia disitu nungguin saya kasih laporan ke bapak, tuh mukanya sedih pak" "Sudah sudah kamu jangan nakutin, kalau kamu mau bercanda di tempat lain aja, jangan disini, saya sedang sibuk" "Tapi pak....." "Tolong keluar mbak...." Dengan sedikit kesal, Ayana berdiri dan melangkah keluar dari kantor polisi. Hantu wanita itu tiba tiba sudah berjalan disampingnya, membuat Ayana tersentak kaget "Busyet....ngagetin aja Lo" "Tolong aku......" "Iya iya gue tolongin, ini lagi mikir. Diem aja sih, pusing gue elo ngomong itu Mulu" Beberapa orang yang melihat Ayana bicara sendiri hanya menggelengkan kepala, Ayana yang menyadari itu hanya bisa menahan emosi "Gara gara elo nih gue disangka gila kan sama orang" gerutu Ayana, tiba tiba ia berhenti. Ia mendapatkan ide, ia menoleh pada hantu wanita itu tapi ia sudah menghilang membuat Ayana manyun "Ih kebiasaan nih hantu, datang tiba tiba, hilang tiba tiba" Ayana melihat jam di ponselnya "Ya Allah sudah jam setengah 5, gue belum sholat ashar. Setengah jam lagi gue ada janji lagi sama Sheila" Ayana jalan buru buru mencari masjid, untungnya 25 meter didepannya ada masjid, ia segera menunaikan kewajibannya dan setelah selesai, ia mencari angkot menuju cafe ia janji bertemu Sheila. Ia datang terlambat 5 menit, ia lihat Sheila sudah duduk dan menikmati minuman. Ayana berlari menuju meja tempat Sheila berada. "Ah elo Ay, Lo yang minta ketemu, elo juga yang telat. Gimana sih" gerutu Sheila "Sorry sorry, gue ada urusan penting tadi" jawab Ayana. "Tumbenan sih Lo ngajak ketemu?" Tanya Sheila "Gue dipecat" "Hah.... dipecat?, Elo kurang ganteng makanya di pecat hahaha" "Rese Lo" ucap Ayana sambil meminum minuman Sheila "Eh minuman gue" "Pesan lagi" ucapan Ayana menghabiskan minuman Sheila tapi ia langsung tersedak saat melihat hantu wanita itu berdiri di sebelah Sheila "Elo kenapa sih Ay kok Ampe keselek gitu?" "Aduh panjang ceritanya Shel, gue ajak elo ketemu karena gue mau minta tolong elo cariin kerja buat gue. Kalau bisa secepatnya soalnya gue kan lagi butuh duit buat bayar seragam anak anak" "Wah kebetulan, temen kakak gue lagi cari guru les buat anaknya. Udah SMP sih kelas 3, biar nilainya bagus saat ujian. Otak elo kan encer bisa tuh ngajar dia" "Berhubungan dengan otak lagi nih gue?, Sebenarnya gue pengen banget menghindari kerjaan yang kayak gini, tapi dapatnya itu itu juga" "Elo tuh harusnya bersyukur dikasih otak yang encer Sama Allah, bukan malah kayak gini. Malah milih kerjaan kasar" "Gue bersyukur kok Shel, bersyukur banget. Tapi......" "Nggak usah tapi tapi an, elo terima nggak kerjaan ini?" "Iya gue terima" "Oke nanti gue info in lagi mulai kapan kamu ngajarnya ya" "Sip" "Tolong aku........" "Iya iya, aduh berisik banget sih Lo" "Ih apaan sih Lo Ay siapa coba yang berisik?" "Itu sebelah elo" Sheila menoleh ke sebelah, yang ada hanya udara kosong "Apaan sih Ay, jangan nakutin ah" ucap Sheila, bulu kuduknya mulai meremang. Ayana menceritakan semuanya pada Sheila pertemuan pertama dengan hantu wanita itu hingga ia ke kantor polisi tak siang. "Beneran Ay?" Ucap Sheila tak percaya "Elo sahabat gue Shel, masa nggak percaya sama gue?" "Gue percaya tapi agak gimana gitu sih Ay" "Elo ikut gue yah nyariin mayat dia?" "Ih ogah, takut gue Ay" "Elo yang nggak lihat dia aja takut, apalagi gue yang lihat muka dia yang pucat pasi" "Terus kenapa elo malah mau cari Mayar dia?" "Dia itu selalu muncul dihadapan gue minta tolong, masa gue diam aja sih Shel. Bisa bisa gue dihantui seumur hidup gue kalau nggak bantu dia" "Sepertinya elo harus di ruqyah deh Ay, agar nggak bisa lihat gitu lagi. Sebenarnya sejak kapan sih kamu bisa lihat?" "Gue nggak tahu, ya kemarin itu, selama ini juga nggak pernah lihat yang gitu gitu, elo ada nggak kenal ustad yang bisa ruqyah?" "Ada, ustad ini guru spiritual keluarga gue. Ntar gue minta papa deh kalau kesana ajak kamu" Oooo----oooO Ayana dan Sheila mengedarkan pandangan ke tanah lapang yang luas di pinggiran kota. Hari sudah mulai gelap "Sebelah mana mayatnya Ay?" "Nggak tahu, kita berpencar aja shel" "Ogah....gelap gini, mana penerangan juga kurang, kita pulang aja yuk besok kita cari lagi" "Aduh Shel, gue ntar malam malah nggak bisa tidur. Dia bakal minta tolong terus" "Ya udah tanyain dia, dimana mayatnya disembunyikan" "Dia nggak ada disini sekarang Shel" "Ya panggil lah" "Lo pikir dia jin dalam botol apa, datang kalau di panggil. Songong Lo" Sheila hanya terkekeh mendengar jawaban Ayana, di kejauhan Ayana melihat hantu wanita itu menunjuk ke satu arah. "Disana Shel" tunjuk tangan Ayana Mereka berjalan mendekati arah yang ditunjuk hantu wanita itu, sebuah sudut yang ditutupi dedaunan kering. Mereka berdua menyingkirkan daun daun itu dan Menemukan mayat wanita itu yang memakai celana dan kemeja wanita yang sudah sangat kotor tertimbun dedaunan kering. Bau busuk mulai tercium "Terus gimana Ay?" "Kita telepon polisi biar mereka kesini" Ayana mengambil handphone di sakunya dan menelpon polisi, ia mengatakan  menemukan mayat dan menyebutkan alamat ia berada sekarang "Kita nungguin polisi datang Ay?" "Enggaklah, kita tunggu bentar Sampai dengar suara sirine polisi, lalu kita sembunyi" "Sembunyi, kenapa?" "Elo mau jadi tersangka karena ada di TKP?" "Nggak lah" "Ya udah Makanya diem, nurut aja sama gue" "Gini amat sih Ay mau nolongin hantu?" "Mau gimana lagi, orang aku udah lapor polisi mereka nggak percaya. Ya udah cara ini yang bisa kita pakai" jawab Ayana 15 menit kemudian suara sirine mobil polisi terdengar mendekat, Ayana menarik tangan Sheila lari menjauh dan bersembunyi di balik pepohonan. Terlihat beberapa personil polisi menyisir tempat itu dan menemukan mayat wanita itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD