bc

Bidadari dalam Kalbu

book_age18+
165
FOLLOW
1.1K
READ
goodgirl
drama
sweet
bxg
city
another world
others
Writing Academy
like
intro-logo
Blurb

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku." (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam "ash-shahihah": 285).

chap-preview
Free preview
Bab 1
[ARSY PoV] Kala cinta itu datang dari hati maka yang ada hanyalah bagaimana cara untuk membahagiakannya, namun bila cinta itu datang karena nafsu, maka yang ada hanyalah apa yang sudah dia berikan untuk buat saya bahagia. Ust - Hanan Attaki Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: "Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha."(HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287). Menutup kembali aplikasi dakwah yang ada dalam ponselku. Sedikit banyak kurenungkan lagi, apa yang sudah aku jalani sekarang ini. Apakah sudah sesuai dengan yang dicontohkan para istri-istri Rasulullah, meski dalam hati ada suatu ejekan yang membuat diri ini rapuh dan merasa tidak mampu. Kamu siapa, berharap bisa seperti mereka-mereka yang sudah menjadi pilihan Allah? Dua bulan menyandang status istri membuatku belajar hal baru. ya aku adalah istri dari lelaki yang bernama Daffa, seseorang yang baru beberapa kali menemuiku tapi dengan yakinnya dia meminangku, menjadikan aku penyempurna ibadahnya, dan Alhamdulillah nya sudah dua bulan juga aku mengandung buah cinta kami, hadiah terindah yang Allah titipkan pada kami. Tidak sedikit yang mengira aku hamil di luar nikah, makanya menikah dengan buru-buru. Sesekali keluarga kami meluruskan tapi mau bagaimanapun kita tidak bisa membungkam semua mulut orang, kan? Jadi biarlah mereka berkata sesuka mereka, yang terpenting kami sudah berusaha meluruskan dan membatah hal tersebut. Bukankah kita tahu bahwa sebenarnya gunjing atau ghibah itu dilarang. Jika gunjingan itu tidak benar maka hal itu menjadi fitnah yang bahkan lebih kejam dari pembunuhan seperti yang tertera pada surah Al-Baqarah ayat 21 yang berarti,"....fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan...." Kembali pada kisahku dan suamiku Daffa. Kalau ada yang bertanya apakah aku bahagia, maka aku akan menjawab, bahagia itu relatif bagi setiap pasangan, dan aku bahagia saat ini. Suamiku adalah orang yang senang memanjakanku selama ini. Semua yang aku inginkan diturutinya tanpa mengeluh sedikitpun, tidak peduli rasa lelah yang menderanya di saat yang sama. Entah terbuat dari apa hatinya itu. Ada satu malam ketika dia baru saja pulang dari kantor. Waktu itu dengan tidak tahu malu, aku memintanya untuk mengelus perutku. Eits—tentu saja aku bertingkah manja seperti itu, setelah aku sendiri sudah menyelesaikan semua kewajibanku sebagai seorang istri. Aa', panggilanku untuk Daffa, selalu menanyakan apa yang aku inginkan saat aku selesai menjalankan kewajibanku. Bahkan sebelum aku melaksanakan kewajibanku, dia pasti sudah lebih dulu menawarkan padaku, apa saja yang aku inginkan. Dia tidak pernah menuntut aku untuk melakukan ini dan itu. Tapi kalau soal ibadah, dia nomor satu. Pernah sekali aku malas untuk hafalan dengannya, dan dia mendiamkan aku selama beberapa jam karena marah. Ini dia lakukan agar tidak keluar kata-kata yang kelak menyakitiku dan membuatnya menyesal ucapnya pada saat itu. Bagiku, Daffa suami yang sangat luar biasa, insya allah ia akan menjadi sosok imam yang tepat untukku dan anak-anak kami kelak, aamiin. Ya, Allah... semoga kami selalu dipersatukan bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Aamiin. *** Malam ini udara Jakarta lebih sejuk dari pada biasanya. Ditemani temaram lampu balkon, aku merebahkan diri seraya bersandar pada tubuh suamiku. Aa' mengelus-elus perutku, ah... betapa nyamannya berada di posisi seperti ini dengannya. Ini adalah saat-saat menyenangkan yang senang kulakukan manakala kami bersantai usai melaksanakan rutinitas masing-masing. "Sepertinya anak kita sangat manja ya, Yang?" Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. "Iya, manja seperti ayahnya." "Seperti bundanya juga," sahutnya, seraya menciumi pipiku. Mungkin karena pipiku menjadi lebih berisi saat sedang hamil, suamiku itu suka gemas menciumi pipiku. "A'..." "Iya, Sayang?" "Arsy pingin makan kebab dekat kampus. Kita kesana yuk?" pintaku tiba-tiba, padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Sudah cukup larut untuk jam malam menurut Daffa. "Aa' saja yang beli. Adek istirahat aja ya?" "Nggak mau. Maunya Arsy ikut, tapi kita pakai sopir saja ya? Aa' kan capek baru pulang kerja." "Ya sudah kita ganti baju dulu ya?" Jujur sebenarnya ini hanya alasanku saja. Akhir-akhir ini, kami jarang memiliki quality time di luar. Lebih sering duduk santai sambil berpelukan, bahkan beberapa hari ini hal itu sudah terbilang jarang dilakukan. Dunia perkuliahannya telah menyita sebagian waktunya untukku, yah... tak apalah, setidaknya jangan sampai ia melupakan ibadah. Setelah selesai berganti pakaian, kami segera berangkat diantarkan supir keluarga. Mobil milik Daffa baru saja dimodifikasi. Daffa menambahkan sekat yang bisa digeser di antara supir dan ruang penumpang. Katanya supaya kita tidak malu jika ingin bermesraan di mobil, dan katanya andaikan aku terpaksa bepergian sendiri dengan sopir maka tidak terjadi fitnah. Kami memang sudah menikah, tapi tetap saja aku malu saat orang lain melihat kami bermesraan. Kalau masih sekedar berpegangan tangan tak masalah, kalau lebih dari itu aku takut akan timbul. Hati manusia tidak ada yang tahu, bukan? Maka lebih baik kita selalu berhati-hati dalam bertindak dan bersikap. "Sayang, mau makan di tempat atau dibawa pulang?" "Dibawa pulang saja ya, A'? Biar leluasa makannya. Arsy pingin makannya disuapi Aa'. Aa' mau, kan?" "Apa sih yang nggak buat kamu, Istriku?" jawabnya, sambil mencubit pelan hidungku sekaligus mencium keningku. Tak terasa, kami pun sampai di gerai kebab yang kami tuju. Terlalu nyaman bersandar sambil berpelukan dengan Aa' membuatku tidak memperhatikan jalanan lagi. Beginilah indahnya pacaran setelah menikah. Nikmatnya berlipat, bahkan kita juga mendapatkan pahala. "Mau beli berapa kebabnya, Sayang?" "Mau beli semua variannya. Berarti beli lima ya, A'?" "Emang sanggup habisinnya? Nanti Adek sakit perut, loh...." "Kan ada ,Aa', yang bantuin Arsy habisin kalau Arsy kenyang. Beli aja semua, tapi yang ukurannya kecil...," Aku mulai merengek. "Yaudah. Aa' pesenin dulu. Kamu tunggu sini aja ya?" "Nggak mau! Di sana banyak perempuan, nanti Aa' dilihatin sama mereka. Arsy ikut! Kalau nggak, Arsy aja yang turun buat beli kebabnya." "Jangan harap, ya! Di sana juga banyak laki-laki." "Mereka nggak akan tergoda, A'. Arsy ini bercadar." "Adek tunggu sini. Biar Aa' yang pesen—Aa' pakai masker dan topi deh kalau Adek takut Aa' dilihatin." "Ehm, anu... biar saya saja yang pesan. Aden sama Non di sini aja." Pak Roni, supir kami, akhirnya menengahi. Pasti Pak Roni mendengarkan perdebatan kami. "Nggak apa-apa, Pak. Biar kami saja. Ayo, Dek." Daffa menggandeng tanganku turun dari mobil. Aku mengambil topi yang Daffa pakai. "Nggak usah pakai topi, A'. Cukup masker aja." Yah, mungkin bagi kalian ini terlihat berlebihan. Tapi, aku tidak tahu kenapa, semenjak hamil aku sering merasa tidak rela jika Daffa dilihat perempuan lain. Suamiku ini ganteng, seorang mantan selebritis yang terkenal. Saat kami menikah, beritanya dimuat di banyak media pemberitaan. sampai saat inipun masih ada sesekali media yang kepo dengan kehidupan kami. Akhirnya setelah drama kecil tadi kami memutuskan turun dari mobil dan memasuki gang kecil tersebut dengan jalan kaki, kami pun sampai di kedai kebab milik Pak Rojak, langgananku saat masih kuliah dulu. Setiap pulang kuliah, aku pasti mampir ke sini untuk membeli kebab. Daffa saja sampai menjulukiku sebagai Ratu Kebab. "Pak, kebabnya semua varian. Tapi tiap porsinya yang kecil aja," kata Daffa kepada Pak Rojak. "Bungkus, Den?" "Bungkus, Pak." "Oke, tunggu sebentar ya." Daffa beralih memanggilku. "Dek, duduk sini dulu," katanya, menduduki salah satu kursi di kedai kebab. Aku menuruti ajakannya, lalu mengulurkan tangan. "Pinjem hp-nya dong, A'." "Buat apa, Sayang?" tanya Daffa, seraya mengambil benda pipih yang aku ingin pinjam, dari dalam saku jaketnya. "Mau liat Instagram." "Oh..." Daffa meletakkan hp-nya di tanganku. Segera saja aku membuka ** miliknya. Aku senang melihat-lihat foto yang diunggah Daffa ke akun Instagramnya. Daffa senang menuliskan caption yang tidak pernah gagal membuatku tersenyum malu. Misalnya saja pada foto yang satu ini; aku sedang membawa buku, dan Daffa memayungiku menggunakan sorban—ceritanya lagi gerimis gitu. Di foto itu, Daffa menuliskan caption; tetap di sampingku, dan mari melangkahkan kaki menuju jannah-Nya. Daffa selalu mengunggah fotoku yang sedang menghadap ke belakang, tampak samping, sedang menunduk, dan pose lainnya yang tidak menunjukkan wajahku meskipun aku menggunakan cadar. Kata Daffa, meskipun wajah tidak terlihat, namun mata bisa membuat orang jatuh cinta. Selain fotoku, Daffa juga gemar mengunggah video dakwah. "Hmm, Aa' sering update **, ya?" "Nggak juga kok, Sayang. Terakhir kayaknya sebulan lalu deh. Waktu Aa' lebih sering dialihkan ke tugas-tugas kuliah. Ah... waktu kebersamaan kita juga berkurang ya?" Aku tersenyum. "Yang penting Aa' jangan sampai lupain kewajiban Aa' sebagai hamba Allah," kataku. Tak apalah waktunya untukku berkurang, sudah peka dengan perasaanku saja sudah cukup. "InsyaAllah, Sayang. Tegur Aa' kalau sampai Aa' lalai, ya?" "InsyaAllah. Aa' juga jangan sampai nggak tegur Arsy kalau Arsy lalai." "Aa' mau kita berjodoh bukan hanya di dunia, namun juga di akhirat nanti." Ya, Allah... terima kasih telah mengirimkan Daffa menjadi suamiku. Mungkin memang benar, jodoh akan datang di waktu yang tepat. Tidak terlalu cepat, namun juga tidak terlalu lama. "Wah, pasangan baru ya? Romantis banget!" Salah seorang wanita yang duduk di dekat kami, tiba-tiba membuka pembicaraan. Wanita itu tidak sendiri, ada seorang laki-laki yang duduk berhadapan dengannya. Mungkinkah mereka adalah pasangan suami istri seperti aku dan Daffa? Kalau melihat cincin perak yang melingkari jari manis kanan mereka, sepertinya iya.... "Omong-omong, namaku Raka, dan ini istriku, Irina. Kami juga baru menikah." "Salam kenal, Mas Raka. Namaku Daffa, bidadariku ini namanya Arsy." "Assalamu'alaikum," kataku, mengucapkan salam. "Wa'alaikumussalam," balas Raka dan Irina, bersamaan. "Kalian sedang kencan?" tanya Mbak Irina. "Bisa dibilang begitu. Istriku sedang mengidam, Mbak." "Kebetulan Irina juga sedang mengidam. Sekarang usia kehamilannya sudah masuk bulan ke-5. Hmm, kayaknya kita lumayan banyak kesamaan, ya? Kecuali usia kita mungkin—kayaknya kalian masih di bawah 25 nih...." "Iya, kami segera mengesahkan hubungan kami, daripada dosa karena memikirkan yang bukan milik kita." "Betul, betul. Kami juga tidak berpacaran sebelum menikah. Kami dijodohkan. Dulu, aku pikir aku tidak akan bisa mencintai Irina, namun setelah akad... perasaan itu muncul begitu saja. Mungkin karena sudah halal, Allah merahmati perasaan suci itu dengan mudahnya." Sementara Mas Raka dan Daffa berbincang-bincang, Mbak Irina menghampiri dan meminta nomor teleponku. Wah, siapa sangka karena aku mengidam, kami justru mendapatkan teman baru? TBC Di bawah ini adalah update IG Daffa @Daffa_Arsy Gengam terus tanganku dan jangan kau lepaskan 1 Bulan lalu Abigail dan 42,865 like 2k komentar + Abigail duhh Daffa beruntungnya kamu Rizki @Daffa_Arsy doain moga gue cepat nyusul dong. N_ail duh yang jomblo berkualitas banyakin istighfar biar nggak baper Syifa oleh-oleh dong Bunga maaf ya Kak @Daffa_Arsy kemarin sempat komen nggak enak, langgeng terus yaaa kaka berdua jadi fav couple ku Dea duh pengantin baru mah bebas. Robby @Daffa_Arsy tanyain ke istrimu dong masih ada nggak stok perempuan kek dia Cosmetik mau kulit mulus? Yuk cek Ig kita sis. Prima @Cosmetik kena pajak iklan dong kalau numpang promo di status orang wk wk wk Daffa_Arsy nikah muda itu ibadah Asyik banyak pahala lagi. Daffa_Arsy Aku tidaklah sempurna begitupun dirimu namun kita berusaha saling menyempurnakan @DaffaArsyFans dan 46,865 like 1,5k komentar + Panji duhh kapan begini yaa? Bima Up Restu Up Bagas Up Putra Up Cintya Up Rendra Up Lala Up DaffaArsyFans kaka berdua makin kompak saja (: <3 tbc

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Not Dating

read
550.9K
bc

Secret Marriage

read
943.7K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
291.0K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.7K
bc

Bukan Ibu Pengganti

read
526.8K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
157.1K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
580.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook